DIALEKSIS.COM | Aceh - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh kembali mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem pada Selasa pagi, 16 Juli 2025. Dalam pembaruan yang disampaikan pukul 06.21 WIB, prakirawan BMKG Aceh memperingatkan adanya potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir serta angin kencang di sejumlah wilayah di Aceh.
Dalam keterangan resminya, BMKG menyebut potensi hujan lebat diperkirakan terjadi mulai pukul 06.31 WIB dan berlangsung hingga sekitar pukul 09.52 WIB.
“Peringatan dini cuaca ini kami keluarkan mengingat adanya indikasi meteorologis yang kuat akan terbentuknya awan konvektif secara signifikan di beberapa kabupaten/kota di Aceh,” ujar Prakirawan BMKG Aceh dalam keterangannya.
Wilayah-wilayah yang masuk dalam kategori potensi hujan sedang-lebat disertai petir dan angin kencang mencakup sejumlah kabupaten dan kota yang tersebar dari pesisir barat hingga timur Aceh. Berikut daftar daerah yang telah dipantau BMKG sebagai zona rawan cuaca ekstrem pagi ini:
BMKG mengimbau masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi dampak yang dapat ditimbulkan, seperti banjir lokal, pohon tumbang, genangan air, hingga terganggunya aktivitas transportasi darat maupun laut.
“Cuaca ekstrem seperti ini bisa menimbulkan risiko, terutama bagi aktivitas luar ruang, pelayaran, serta wilayah permukiman yang rawan banjir atau tanah longsor,” lanjut prakirawan.
Warga juga diminta agar selalu memantau informasi terbaru dari BMKG melalui kanal resmi seperti aplikasi mobile Info BMKG, media sosial, atau stasiun-stasiun pemantauan cuaca setempat.
Kondisi cuaca yang cepat berubah dan tidak menentu seperti yang terjadi pagi ini merupakan bagian dari dinamika atmosfer tropis di wilayah Indonesia, khususnya di wilayah Aceh yang kerap dilintasi awan-awan hujan dari Samudera Hindia maupun Selat Malaka.
“Periode peralihan musim dan aktivitas gelombang atmosfer seperti Madden Julian Oscillation (MJO) dapat memicu peningkatan curah hujan secara tiba-tiba di beberapa wilayah,” jelas prakirawan BMKG.
Kondisi ini, menurutnya, bukan hanya berdampak pada penurunan visibilitas dan terganggunya aktivitas transportasi, tetapi juga bisa memicu gangguan jaringan listrik dan komunikasi akibat sambaran petir.
Sebagai lembaga resmi pemantau cuaca dan iklim, BMKG menyatakan tetap siaga 24 jam dalam memantau dinamika atmosfer yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi.
“Kami terus melakukan pemantauan dan analisis setiap saat. Jika terjadi perubahan kondisi yang signifikan, informasi akan segera kami perbarui dan sampaikan ke publik,” ujar Prakirawan BMKG Aceh.
Masyarakat diimbau untuk tidak panik, namun tetap waspada dan mengambil langkah-langkah mitigatif, seperti memeriksa kondisi atap rumah, memastikan saluran air tidak tersumbat, dan tidak berteduh di bawah pohon saat terjadi petir.