DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Universitas Syiah Kuala (USK) memperkuat perannya sebagai katalisator transformasi berkelanjutan melalui Program Diktisaintek Berdampak, yang mengintegrasikan pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat berbasis sains dan teknologi.
Program ini dirancang untuk menjawab tantangan global dan lokal sekaligus mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) melalui inovasi kampus yang aplikatif.
Prof. Dr. Ir. Agussabti, M.Si., IPU, Wakil Rektor Bidang Akademik USK, menegaskan bahwa program ini menjadi tulang punggung strategis universitas dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan berbasis kearifan lokal.
“Transformasi berkelanjutan memerlukan kolaborasi multidisiplin. Melalui Diktisaintek, kami menyinergikan tridharma perguruan tinggi untuk menghasilkan solusi inovatif yang menyentuh kebutuhan masyarakat sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan,” ujarnya di Kampus Darussalam bersama Dialeksis, Banda Aceh.
Program ini mengusung kurikulum berbasis proyek dan praktikum lapangan yang dirancang untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan menyelesaikan masalah kompleks, seperti krisis energi, ketahanan pangan, dan mitigasi bencana.
“Mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi terlibat langsung dalam proyek seperti pengembangan energi terbarukan dan teknologi pertanian berkelanjutan. Ini fondasi untuk menciptakan pemimpin masa depan yang responsif terhadap isu keberlanjutan,” jelas Prof Agussabti seorang inovator dan penceramah.
Fokus riset terapan di bidang energi terbarukan, teknologi pertanian rendah emisi, kesehatan masyarakat, dan mitigasi bencana menjadi prioritas. Salah satu pencapaian signifikan adalah pengembangan alat deteksi dini stunting berbasis AI bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Aceh.
“Inovasi ini tidak hanya mendukung SDG 3 (Kesehatan), tetapi juga menjadi model pencegahan stunting yang bisa direplikasi di daerah lain,” tambahnya.
Di sektor energi, USK menggulirkan pelatihan teknologi biogas bagi peternak untuk mengurangi limbah sekaligus menyediakan energi bersih (SDG 7).
Sementara di bidang ekonomi, pendampingan UMKM berbasis digital dan pengolahan produk lokal seperti minyak atsiri dan kopi Aceh telah meningkatkan produktivitas masyarakat sekaligus membuka pasar berkelanjutan.
Program pengabdian masyarakat USK dirancang untuk mengimplementasikan hasil riset secara langsung. Contohnya, pendampingan petani dalam menerapkan teknologi pertanian presisi untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia, serta pelatihan pengelolaan sampah berbasis komunitas.
“Kami bekerja sama dengan pemerintah, industri, dan LSM agar setiap inovasi tepat guna dan berkelanjutan,” tuturnya.
Sejak diluncurkan pada 2021, program ini telah berkontribusi pada 12 dari 17 indikator SDGs. Ke depan, USK berencana memperluas dampaknya dengan membuka pusat inovasi berkelanjutan di lima kabupaten prioritas.
“Target 2025, 70% desa di Aceh akan merasakan manfaat langsung, mulai dari akses energi bersih hingga peningkatan ekonomi hijau,” tegasnya.
Dukungan hibah Kedaireka dari pemerintah pusat dinilai mempercepat realisasi program. “Ini sejalan dengan visi USK sebagai universitas kelas dunia yang mengedepankan inovasi berdampak dan keberlanjutan,” tutupnya.