Beranda / Berita / Sudah 8 Kasus Omicron di RI, Semua Pihak Diminta Kerja Sama

Sudah 8 Kasus Omicron di RI, Semua Pihak Diminta Kerja Sama

Sabtu, 25 Desember 2021 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Ilustrasi. [Foto: nytimes] 


DIALEKSIS.COM | Jakarta  - Sebanyak 8 kasus varian Omicron tercatat telah ditemukan di Indonesia dan saat ini dalam penanganan. Kerja sama dari berbagai pihak menjadi kunci utama untuk mencegah dan mengendalikan Omicron.

Terkait hal tersebut, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi menegaskan bahwa apapun varian virusnya, kunci menghadapinya tetap sama, yaitu menegakkan protokol kesehatan, memperkuat upaya testing, lacak dan isolasi, serta melakukan vaksinasi.

"Saat ini Omicron ini menjadi varian yang menyita banyak perhatian, terutama dengan karakteristiknya yang memungkinkan untuk memunculkan gelombang COVID-19 di berbagai negara," tutur Nadia dalam Siaran Pers dari Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) - KPCPEN, Jumat (24/12).

Badan Kesehatan Dunia WHO, kata Nadia, menyatakan per tanggal 23 Desember, sudah ada 110 negara yang melaporkan menemukan kasus Omicron, baik yang diperoleh dari para pelaku perjalanan maupun yang dari komunitas. Hal ini berarti sudah terjadi penularan di tingkat masyarakat.

Tingkat penularan Omicron diyakini melebihi varian Delta, meski sejauh ini gejala yang ditimbulkan lebih ringan. Namun, Nadia mengatakan bahwa studi masih terus dilakukan untuk memahami karakteristik varian ini.

WHO dalam laporannya menyampaikan bahwa risiko untuk semua negara masih dikategorikan sangat tinggi. Dengan mempertimbangkan varian dominan saat ini masih varian Delta (96 persen) yang sempat memunculkan gelombang besar di berbagai negara beberapa waktu yang lalu.

"Tentu kita sudah melakukan antisipasi supaya Omicron yang sudah diidentifikasi di Indonesia tidak menyebar dan meluas di masyarakat. Oleh karena itu, semua harus ikut andil dalam upaya pengendalian transmisi varian ini," tegas Nadia.

Ia juga menekankan, semua pihak harus tetap waspada dan tetap taat prokes. Dia juga menekankan semua pihak untuk juga bersiap jika gelombang berikutnya mungkin akan muncul seiring dengan meluasnya varian baru tersebut.

Dalam mencegah dan mengendalikan Omicron, Nadia menekankan kerja sama dari berbagai pihak adalah kunci utamanya. Hal itu juga termasuk terus mendukung upaya-upaya bersama yang tengah dilakukan, seperti vaksinasi. Dia berharap seluruh pihak dapat segera melakukan vaksinasi demi menurunkan risiko tinggi apabila terjangkit Covid-19.

"Apapun jenis vaksinnya, tidak pilih-pilih vaksin. Pastikan kita dan orang-orang di sekeliling kita sudah mendapatkan vaksinasi lengkap. Bantu untuk memberikan pengertian dan pemahaman tentang pentingnya vaksinasi, bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya," papar Nadia.

Kerja sama selanjutnya yang sangat dibutuhkan yakni mematuhi protokol kesehatan, seperti menggunakan masker yang pas, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan menjaga jarak.

Jika merasa memiliki gejala seperti demam batuk dan nyeri tenggorokan, segera memeriksakan diri ke puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdekat.

"Selain itu, juga mendukung kegiatan pelacakan kontak dan pemeriksaan swab jika diperlukan," katanya.

Dalam laporan Satgas COVID-19, di mana survei terkait kepatuhan terhadap protokol kesehatan dilakukan secara rutin, terlihat bahwa kepatuhan sudah baik.

"Akan tetapi masih cukup banyak kab/kota yang masih rendah angka kepatuhannya, seperti dalam penggunaan masker. Oleh karena itu, mari untuk saling mengingatkan betapa pentingnya penggunaan masker dan juga protokol kesehatan lainnya, untuk mencegah penularan COVID-19," tegas Nadia.

Menyoroti pergerakan warga menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), Nadia mengimbau masyarakat untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan, guna mencegah adanya gelombang COVID-19 ketiga sebagai dampak dari peningkatan mobilitas dan interaksi antar masyarakat.

Dikatakannya, saat ini mobilitas penduduk di Maluku, Nusa Tenggara dan Papua sudah meningkat melebihi kondisi pra pandemi COVID-19. Sementara itu, meskipun masih di bawah kondisi pra pandemi, mobilitas penduduk di Jawa dan Bali sudah meningkat sejak awal Desember 2021.

Dia mengingatkan bahwa mobilitas penduduk tinggi merupakan faktor risiko transmisi COVID-19.

"Kami dari pemerintah selalu melakukan mitigasi terkait peningkatan risiko penularan, terutama yang dipengaruhi oleh peningkatan pergerakan masyarakat selama masa libur panjang ini," imbuhnya.

Ia meminta seluruh masyarakat dan tentunya para pelaku perjalanan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan dan selalu memantau kesehatan diri sendiri juga keluarga. Jika ada yang sakit untuk dapat segera memeriksakan diri ke puskesmas atau fasyankes terdekat. (CNN Indonesia) 

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda