Beranda / Dialog / Kelangkaan Obat dan Multivitamin di Banda Aceh Masa Pandemi, Benarkah?

Kelangkaan Obat dan Multivitamin di Banda Aceh Masa Pandemi, Benarkah?

Kamis, 05 Agustus 2021 16:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banda Aceh, Lukman, SKM, M.Kes. [Foto: amd/ftr]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Selama pandemi masyarakat terus berupaya meningkat daya tahan (imun) tubuh dengan menyediakan stok obat-obatan guna antisipasi menghindari terkenanya virus covid-19. Daya tahan tubuh yang kuat tentu harus didampingi dengan olahraga dan penggunaan multi-vitamin agar tubuh dalam kondisi yang prima selama menjalani aktivitas di masa pandemi covid.

Mendalami akan keadaan itu, khususnya di Kota Banda Aceh Dialeksis.com, Rabu (04/08/2021) menghubungi Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banda Aceh, Lukman, SKM, M.Kes untuk bincang-bincang mengenai ketersediaan obat-obatan, terkhususnya Kota Banda Aceh.

Berikut ini wawancara eksklusif bersama Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banda Aceh, Lukman, SKM, M.Kes bersama awak media Dialeksis.com, Rabu (04/08/2021) di Banda Aceh, diterima di ruang kerjanya.

Apakah ketersediaan obat-obatan, khususnya di Dinas Kesehatan kota Banda Aceh selalu tersedia?

Ketersediaan obat-obatan di Dinkes Kota Banda Aceh sampai hari masih memadai, hanya satu macam obat Covid-19 yang sudah kita pesan, pertama kita pesan melalui e-Catalog. Tapi pihak terkait mengatakan tidak ada. Jadi kita lakukan lelang, sudah berproses dan sudah ada pemenangnya, dan lainya juga sudah terpenuhi. Obat yang dimaksud sampai saat belum sampai dan kita terus lakukan koordinasi, mungkin dalam 1/2 hari ini sudah tersedia. Dan Ketersediaan obat-obatan jenis lainnya mudah-mudahan selalu tersedia.

Apa faktor yang membuat terjadinya kekosongan obat-obatan, apakah ini disebakan karena pandemi saja?

Kosongnya obat-obatan memang sering terjadi. Namun, bukan karena pandemi ini saja, kadang-kadang nanti ada satu macam obat yang sudah mulai menipis stoknya, tapi kita antisipasi dengan cepat agar ketersediaan obat-obatannya tersedia selalu. Namun, hal tersebut bukanlah suatu patokan yang bisa dijadikan kekosongan ketersediaan obat-obatan yang disebabkan pandemi saat ini.

Tingginya tingkat kasus Covid-19, tentu membuat masyarakat terus memburu obat-obatan demi meningkatkan kestabilan tubuh, obat jenis apa saja yang paling diburu masyarakat?

Kalau kita melihat, obat covid ini tidak bisa dijual bebas, jadi masyarakat tidak membeli atau memburu obat covid ini secara bebas. Masyarakat hanya bisa membeli obat yang sejenis multi-vitamin secara bebas. Ketika ada yang menjual obat antivirus secara bebas itu sudah melanggar aturan.

Apalagi dengan giatnya informasi-informasi bahwa kita dalam kondisi seperti ini perlu meningkatkan daya tahan tubuh dengan vitamin C. Dan saya pikir multi-vitamin adalah sasaran tertinggi masyarakat. Selanjutnya ketersediaannya masih aman-aman saja dipasar terkhususnya di Banda Aceh, dan sampai saat ini belum pernah ada momen sampai benar-benar habis atau kosong stok-stok tersebut.

Apakah upaya dari pihak Dinkes Kota Banda Aceh sendiri dalam menyediakan ketersediaan obat-obatan agar tidak pernah out of stock?

Dinkes kota Banda Aceh menyediakan obat-obat itu untuk jangka waktu 18 bulan setiap tahun. Persediaan tahun ini adalah untuk kebutuhan obat 18 bulan, karena nanti akan berganti tahun dan akan disediakan lagi, jadi sisa stock kita masih ada.

Jadi sambil menunggu datangnya stok yang baru ini, jadi tetap masih ada stok tahun lalu, jadi tidak akan pernah kosong gudang farmasi Dinkes Kota Banda Aceh. dan itu sudah menjadi standar perencanaan obat.

Tapi dengan momen pandemi atau adanya peningkatan kasus bisa jadi obat yang banyak dipakai itu obat demam bisa saja kosong stoknya sementara, tapi untuk hari ini Dinkes Kota Banda Aceh masih tersedia semua stoknya dan belum ada kekosongan sama sekali.

Sesuai data lapangan diperoleh Dialeksis.com, ada beberapa apotik yang ketersediaan obat-obatnya sudah mulai menipis. Apakah dalam hal ini adanya koordinasi terkait hal tersebut antara pihak Dinkes Kota Banda Aceh dan apotik-apotik berada di Banda Aceh?

Dalam pembinaan apotik ini memang ada dibawah Dinkes Kota Banda Aceh, tapi apotik ini cara untuk distribusi obat, penyimpanan obat, ketersediaan obat itu menjadi tanggung jawab langsung BPOM. Kalau pembinaan dari Dinkes Kota Banda Aceh, itu hanya standar dia menjual obat.

Misalnya, bagaimana standar penyimpanan obat harus memenuhi standar yang berlaku, obat apa saja yang boleh dijual itu dengan standar yang sedang berlaku, dan mensosialisasi syarat-syarat sebelum dia membuat apotik, itu pembinaan dari Dinkes Kota Banda Aceh. Dalam hal ini pihak apotik langsung berhubungan dengan BPOM dan itu semua sudah diatur oleh pemerintah.

Apa yang membuat terjadinya kelangkaan obat-obatan dibeberapa wilayah selama pandemi?

Dalam kondisi seperti ini pemerintah sudah mengambil kebijakan seperti penambahan 3 kali lipat daripada obat-obat tertentu untuk mengantisipasi kemungkinan kekurangan obat-obatan, itu sudah diprediksi dan sudah di antisipasi, dan Mentri Kesehatan juga sudah sampaikan dalam minggu ini sudah teratasi daripada kelangkaan obat-obatan.

Hal yang membuat terjadinya kelangkaan obat itu dalam proses produksi obat itu masih standar produksi kapasitas. Misalnya, produksi obat itu 5.000 perhari, sementara kebutuhan obat sangat tinggi bisa 2/3 kali lipat, jadi bisa terjadi kekosongan. Namun, hari ini kebijakan pemerintah kita, sudah memberi intruksi pada industri farmasi untuk meningkatkan kapasitas produksi 3 kali lipat dari jumlah produksi yang biasanya dilakukan. [ftr]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda