Selasa, 10 Juni 2025
Beranda / Berita / Dunia / Anthony Reid Wafat, Dunia Akademik Kehilangan Cahaya Sejarah Asia Tenggara

Anthony Reid Wafat, Dunia Akademik Kehilangan Cahaya Sejarah Asia Tenggara

Senin, 09 Juni 2025 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Anthony Reid sejarah Asia Tenggara meninngal dunia. Foto: Kolase Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Dunia akademik, khususnya kajian sejarah Asia Tenggara, berduka. Anthony Reid, sejarawan kawakan dan pemikir besar yang selama puluhan tahun mendedikasikan hidupnya untuk memahami dan mengungkap sejarah kawasan, meninggal dunia pada Minggu, 8 Juni 2025. Kabar kepergiannya disampaikan pertama kali oleh ekonom nasional sekaligus anggota Dewan Ekonomi Nasional, Chatib Basri, melalui akun media sosial pribadinya.

Berita duka ini segera menyebar luas, tak hanya di kalangan akademisi dan sejarawan, tetapi juga di antara masyarakat luas, terutama komunitas pecinta sejarah Aceh. Nama Anthony Reid telah begitu lekat dalam ingatan publik Aceh dan Indonesia, sebagai sosok asing yang justru sangat gigih mengungkap dan merangkai sejarah lokal dengan pendekatan ilmiah yang mendalam dan penuh empati.

Berpulangnya Anthony Reid menorehkan luka yang mendalam di hati banyak koleganya lintas disiplin ilmu dan generasi. Ucapan belasungkawa dan kenangan pribadi membanjiri ruang-ruang diskusi akademik dan media sosial. Salah satu ungkapan duka datang dari Prof. Dr. Firman Noor, M.A., Peneliti Senior di Pusat Riset Politik, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang mengenal Reid secara langsung sejak masa studi.

"Anthony Reid adalah nama besar. Sebuah ikon yang tidak terbantahkan dalam dunia akademis, khususnya kajian mengenai Asia Tenggara. Karya-karyanya sangat monumental dan membuka mata kita semua tentang kehidupan kita sendiri sebagai warga Asia Tenggara, termasuk rakyat Aceh di dalamnya," ungkap Prof. Firman kepada Dialeksis.com.

Lebih lanjut, Firman menggarisbawahi keunikan sosok Reid: seorang yang lahir dan besar jauh dari Asia Tenggara, namun justru mampu memahami dan menyampaikan jati diri kawasan ini dengan begitu tajam dan mendalam. "Sebuah keanehan memang, bagaimana kita justru memahami siapa kita dari seseorang yang berasal dari tempat yang jauh. Tapi itulah faktanya," ujarnya.

Anthony Reid dikenal luas melalui karya-karya besarnya seperti Southeast Asia in the Age of Commerce dan An Indonesian Frontier: Acehnese and Other Histories of Sumatra. Buku-buku tersebut bukan hanya menjadi rujukan penting bagi para sejarawan, tetapi juga menjadi pintu masuk bagi generasi baru untuk memahami sejarah Asia Tenggara sebagai bagian dari dinamika global.

Khusus untuk Aceh, Reid memiliki kedekatan intelektual dan emosional yang khas. Ia membongkar sejarah panjang dan kompleks negeri Serambi Mekkah itu, menelusuri akar-akar konflik, perdagangan, hingga dinamika politik dan sosialnya dengan sangat rinci namun tetap berpihak pada kemanusiaan.

“Reid bukan hanya menulis sejarah, ia menghidupkannya,” ujar seorang akademisi muda Aceh Firdaus Mirza Nusuary, akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Syiah Kuala yang mengaku banyak terinspirasi dari karya-karyanya.

Prof. Firman Noor juga mengenang masa ketika dirinya menjadi mahasiswa di Australian National University (ANU) pada tahun 2006, di mana ia berkesempatan mengenal dan berdialog langsung dengan sang sejarawan. "Secara pribadi saya bersyukur mendapat kenangan berharga atas nama beliau," tuturnya.

Ia menutup testimoninya dengan doa: "Semoga Tuhan memberikan balasan atas karya-karya beliau yang telah mencerahkan kita semua. Telah berpulang sang panutan. Terima kasih atas dedikasimu yang tiada akhir, melahirkan karya-karya luar biasa, termasuk bagi bangsa Indonesia. Selamat jalan, Anthony Reid. Semoga jasa-jasamu dikenang hingga akhir zaman."

Anthony Reid bukan hanya dikenang karena kejeniusannya dalam menulis dan meneliti, tetapi juga karena kehangatan dan kejujurannya sebagai seorang ilmuwan. Ia kerap menjembatani dunia akademik barat dengan realitas Asia Tenggara, tidak dengan pandangan kolonial, tetapi dengan penghormatan pada konteks lokal.

Kepergiannya memang sebuah kehilangan besar, namun warisannya tetap hidup. Di kampus-kampus, ruang diskusi, dan rak-rak perpustakaan, nama Anthony Reid akan terus disebut. Pemikirannya akan terus menjadi jembatan pengetahuan lintas generasi, dan cintanya pada sejarah kawasan ini akan tetap menyala dalam setiap karya yang terinspirasi oleh jejaknya.

Selamat jalan, Anthony Reid. Dunia kehilangan seorang sejarawan besar, namun sejarah akan selalu mengingatmu. [arn]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI