Beranda / Berita / Dunia / Dua Korea: PBB Membicarakan Perlucutan Senjata di Perbatasan

Dua Korea: PBB Membicarakan Perlucutan Senjata di Perbatasan

Rabu, 17 Oktober 2018 20:11 WIB

Font: Ukuran: - +

FILE PHOTO: Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berbicara saat berjalan-jalan di Samjiyon Guesthouse di provinsi Ryanggang, Korea Utara, 20 September 2018. Korps Pers / Pyeongyang Press melalui REUTERS


DIALEKSIS.COM | Seoul  - Korea Utara dan Korea Selatan babak baru perdamaian, keduanya pihak mengadakan pembicaraan tiga-arah yang pertama dengan Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNC) pada hari Selasa 16 Oktober 2018 dengan agenda membahas cara-cara untuk mendemilitarisasi perbatasan ketika para tetangga mendorong perdamaian, demikian menurut Kementerian Pertahanan Korea Selatan.

Pekan ini kedua Korea sepakat untuk mulai membuka kembali hubungan kereta api dan jalan, terlepas dari kekhawatiran AS bahwa pencairan hubungan yang cepat dapat merusak upaya untuk menekan Korea Utara agar menyerahkan senjata nuklirnya.

Pertemuan hari Selasa merupakan kelanjutan dari pertemuan tingkat tinggi antara para pemimpin kedua negara di ibukota Korea Utara, Pyongyang, pada bulan lalu.

Kedua pemimpin sepakat untuk mengadakan pembicaraan dengan UNC, yang tumpang tindih dengan pasukan AS di Selatan dan mengawasi urusan di Zona Demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan kedua Korea, untuk memuluskan jalan perlucutan senjata di salah satu perbatasan paling dijaga di dunia.

Pertemuan itu Selasa berlangsung selama sekitar dua jam di desa perbatasan Panmunjom, dan dipimpin oleh para pejabat militer pangkat kolonel dari kedua belah pihak dan Burke Hamilton, sekretaris Komisi Gencatan Senjata Militer UNC, kata kementerian itu.

"Mereka membahas masalah teknis langkah-langkah demiliterisasi yang akan dilakukan di masa depan," kata kementerian Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.

Langkah-langkah mereka bertujuan untuk mulai dari menarik senjata api dan mengurangi personil pos penjaga dan menyesuaikan peralatan pengawasan, menurut kementerian. Lalu, mereka sepakat untuk menggunakan saluran tiga arah untuk diskusi lebih lanjut.

Jenderal Vincent Brooks, yang memimpin Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatakan bahwa perundingan tersebut dirancang untuk menggunakan cara-cara yang disepakati dalam mengelola masalah di sepanjang DMZ sehingga tercapai tujuan yang ditetapkan oleh kedua Korea.

"Saya terdorong oleh dialog trilatelar yang produktif ini," kata Brooks dalam sebuah pernyataan. Pertemuan-pertemuan mendatang akan bergerak untuk mengatasi langkah-langkah yang telah dilakukan kedua belah pihak, katanya.

Korea Utara dan Selatan yang kaya dan demokratis secara teknis masih berperang karena Perang Korea 1950-53 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Sebagai langkah awal, mereka mengeluarkan 11 pos penjaga dalam jarak 1 km (0.6 mil) dari Garis Demarkasi Militer di perbatasan mereka pada akhir tahun ini.

Mereka mulai memindahkan ranjau darat di beberapa daerah dan akan membangun jalan untuk proyek percontohan yang ditetapkan, lalu untuk April mulai menggali sisa-sisa tentara yang hilang dari Perang Korea.

Kedua pihak juga akan menarik semua senjata api dari Area Keamanan Bersama (JSA) di Panmunjom, mengurangi jumlah personil yang ditempatkan di sana dan berbagi informasi tentang peralatan pengawasan.

Wisatawan akan diizinkan masuk ke JSA.

Langkah-langkah itu akan mengubah perbatasan menjadi "tempat perdamaian dan rekonsiliasi," kata kementerian itu. (o)


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda