Beranda / Berita / Dunia / Hamas: Suriah Terus Digempur Musuh karena Dukung Palestina

Hamas: Suriah Terus Digempur Musuh karena Dukung Palestina

Minggu, 15 April 2018 12:25 WIB

Font: Ukuran: - +


serangan udara AS ke Suriah

DIALEKSIS.COM - Deputi Ketua Biro Politik gerakan perlawanan Islam Palestina, Hamas menekankan urgensi persatuan dan solidaritas rakyat Suriah.

Ismail Haniyeh, kepada surat kabar Yeni Safak, Turki mengatakan, rakyat Suriah dalam menjaga persatuan negara ini, harus bergerak di jalan para pemimpin mereka dengan kewaspadaan atas konspirasi musuh yang ingin memecah belah Suriah.

Haniyeh menuturkan, Suriah terus digempur oleh musuh-musuh gerakan perlawanan karena mendukung Palestina. Dia juga menyesalkan sikap diam negara-negara Arab menyaksikan situasi krisis di Suriah.

Deputi Ketua Biro Politik Hamas itu juga menyinggung kondisi sulit masyarakat Gaza yang dilanda krisis akibat blokade rezim Zionis Israel.

Ia mengharapkan upaya Turki untuk membangun pelabuhan di Jalur Gaza yang selama ini terus dihalangi para penjajah dan diblokade oleh Israel.

Ismail Haniyeh

Ditakdirkan gagal

Media pemerintah Suriah menyebut serangan koalisi militer Amerika Serikat, Prancis dan Inggris yang dilancarkan ke ibu kota Damaskus sebagai operasi ilegal dan "ditakdirkan gagal".

Dikutip dari laman Straits Times, Sabtu (14/4/2018), pasukan Amerika Serikat, Prancis dan Inggris menggempur ibu kota Suriah atas dugaan serangan senjata kimia yang menewaskan puluhan orang di Douma, pekan lalu.  

"Agresi tripartit adalah pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional," kata kantor berita SANA.  

Koresponden AFP di Damaskus melaporkan setidaknya ada beberapa ledakan berturut-turut yang terdengar pada pukul 04.00 pagi waktu setempat (01.00 GMT) yang diikuti suara mesin pesawat, demikian dikutip dari laman Times of Israel.

Kepulan asap pun dapat terlihat dari tepi utara dan timur ibu kota. Media Suriah itu juga merilis sejumlah foto dengan awan berwarna merah yang tampak jelas di langit Damaskus.

Kantor berita SANA juga melaporkan, serangan gabungan Amerika Serikat menyasar pada pusat penelitian yang terletak di bagian Timur Laut dan pusat militer di kawasan Damaskus, tetapi serangan yang mengarah pada tempat penyimpanan senjata berhasil digagalkan.

Sementara itu laporan lain menyebut langit Aleppo di bagian utara terlihat cerah, sama halnya dengan Hasakeh (Timur Laut), serta Latakia dan Tartus di tepian barat, tempat penyimpanan senjata militer Suriah dan Rusia.

Sementara, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran menilai agresi dan ketergesaan Amerika dan sekutunya ke Suriah bersumber dari kegeraman para agresor dan pendukung regional mereka akan kekalahan pasti para teroris.

Menurut laporan IRIB, Mayjend Mohammad Bagheri dalam percakapan telepon dengan Jenderal Ali Abdullah Ayoub, Menteri Pertahanan Suriah menekankan, para pelaku kejahatan bukan saja aksi ilegal dan brutal mereka tidak menguntungkan, yang terjadi justru bangsa dan pemerintah Suriah semakin bersatu dan kompak dalam menghadapi serangan musuh dalam dan luar negeri.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran menegaskan simpati dan dukungan terus-menerus Republik Islam Iran kepada pemerintah dan rakyat Suriah seraya mengatakan, bangsa Iran akan selalu berada bersama bangsa dan militer Suriah dalam memerangi teroris. 

Menteri Pertahanan Suriah dalam percakapan itu menyampaikan apresiasinya kepada bangsa dan pemerintah Iran seraya mengatakan, agresi Amerika dan sekutunya tidak banyak merugikan dan militer Suriah dengan sistem anti udaranya mampu mencegat dan menjatuhkan sejumlah besar rudal-rudal para agresor.

Melanjutkan aksi-aksi ekspansif Amerika, hari Sabtu dinihari Amerika, Inggris dan Perancis menyerang sejumlah target di Suriah dengan alasan penggunaan senjata kimia yang diklaim terjadi di kota Douma, Ghouta Timur. 

Salah satu stasiun televisi Amerika Serikat menyebut serangan militer negara itu ke Suriah, sebagai serangan "simbolis" dan mengakui kehandalan sistem pertahanan udara Suriah.

Stasiun televisi CNN (14/4/2018) melaporkan, serangan rudal Amerika, Inggris dan Perancis ke Suriah adalah sebuah kemenangan bagi pemerintah Suriah. 

Televisi Amerika itu dalam analisisnya menggarisbawahi kemampuan tempur militer Suriah dan mengakui bahwa sistem anti-rudal Suriah mampu menghancurkan sebagian rudal yang ditembakkan Amerika. Menurut CNN, kemampuan militer Suriah belum hilang dan masih kuat. Dan rudal-rudal Amerika, Inggris dan Perancis gagal mencapai targetnya karena keburu dihancurkan sistem pertahanan udara Suriah.

Media Barat dalam beberapa hari terakhir mempublikasian berita yang menuduh pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia di kota Douma, Ghouta Timur dan atas dalih ini, Amerika bersama sekutunya menyerang Suriah. (sumber online)

Keyword:


Editor :
Ampuh Devayan

riset-JSI
Komentar Anda