Beranda / Berita / Dunia / Ini Daftar Perang Amerika Serikat di Timur Tengah dari Masa ke Masa

Ini Daftar Perang Amerika Serikat di Timur Tengah dari Masa ke Masa

Minggu, 14 Januari 2024 23:00 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Dunia - Secara historis, kebijakan Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah didasarkan pada kekuatan senjata sebagai cara untuk memengaruhi geopolitik. Menginvasi negara lain seperti menjadi hobi dari negara Paman Sam. 

Invasi terbaru AS dilakukan terhadap Yaman dengan klaim menargetkan situs-situs kelompok Houthi. Invasi yang dimulai pada Jumat dini hari itu juga melibatkan Inggris dengan rudal Tomahawk sebagai senjata andalan. 

Ledakan besar terjadi di Sanaa, Hodeidah, dan kota-kota lain, kata gerakan Ansar Allah atau Houthi Yaman dan saksi mata, yang menyebabkan kematian lima orang dan melukai enam lainnya. 

Tindakan tersebut terjadi setelah Washington dan London bersumpah untuk membalas tindakan Houthi yang mencegah kapal-kapal tujuan Israel melakukan perjalanan di Selat Bab Al-Mandab di Laut Merah.

Meski telah diserang AS dan Inggris, Houthi mengatakan bahwa mereka akan terus menargetkan kapal-kapal yang berangkat atau kembali dari pelabuhan Israel sampai Tel Aviv mengakhiri perang genosida di Gaza, Palestina. 

Menolak untuk memberikan tekanan apa pun terhadap Israel, Washington memilih untuk menyerang target-target Houthi di Yaman.

Para pejabat AS termasuk Koordinator Komunikasi Strategis di Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih John Kirby mengatakan bahwa Washington berharap kelompok Houthi telah menerima pesan tersebut. 

Merespons komentar itu, Houthi menegaskan bahwa demi membela rakyat Palestina di Gaza, mereka akan terus berdiri di pihak yang melawan kejahatan Israel.

Perang AS di Timur Tengah dari Masa ke Masa

Perang telah menjadi cara AS untuk memengaruhi geopolitik dan menyelesaikan masalah yang tidak dapat dicapai melalui cara lain di berbagai negara di Timur Tengah.

1. Perang di Lebanon (1982“1983)

Pada bulan Juni 1982, Israel menginvasi Lebanon. Ini bukan pertama kalinya Tel Aviv melakukan agresi militer besar-besaran terhadap tetangga kecilnya di Arab. Ketika Israel berusaha melenyapkan kelompok perlawanan Palestina, Hizbullah, dan kelompok perlawanan Arab lainnya di negara tersebut, Washington datang untuk menyelamatkannya. 

Pada bulan September 1982, AS mengirimkan kapal perang USS John Rodgers dan kapal penjelajah nuklir USS Virginia ke pantai Lebanon dalam operasi militer atas dasar apa yang disebut sebagai “pertahanan diri yang agresif”. Kapal perang Amerika terlibat dalam pengeboman beberapa sasaran, termasuk kota Suk Al-Gharb.

2. Perang di Libya (1986)

Pada bulan Maret 1986, pemerintahan Presiden Ronald Reagan mengizinkan serangan militer besar-besaran terhadap sasaran militer Libya yang sebagian besar terfokus di Tripoli, Benghazi, Bandara Internasional Mitiga, dan Bandara Internasional Benina. Pada bulan berikutnya, Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS melancarkan serangkaian serangan laut di Ibu Kota Libya, Tripoli, yang mengakibatkan kematian sedikitnya 40 warga Libya, termasuk putri angkat pemimpin Libya Kolonel Muammar Gaddafi.

3. Perang Pertama di Irak (1991)

Menyusul invasi Irak ke Kuwait pada bulan Agustus 1990, AS yang berjaya pasca-Perang Dingin menggalang koalisi 42 negara, melaksanakan perang besar melawan Irak. 

Perang Amerika, yang mengakibatkan kematian puluhan ribu orang, terjadi dalam dua fase: yang disebut Operation Desert Shield, yang berlangsung dari Agustus 1990 hingga Januari 1991, dan Operation Desert Storm, yang dimulai dengan kampanye pengeboman besar-besaran terhadap Irak pada bulan Januari 1991.

Perang tersebut mengakibatkan berdirinya banyak pangkalan militer AS di kawasan Teluk, dan menabur benih banyak intervensi dan konflik militer lainnya, yang terus dirasakan di seluruh kawasan hingga saat ini.

4. Operasi di Irak (1991-2003)

Setelah perang pertama di Irak, AS dan sekutunya telah membatasi wilayah geografis di bagian utara dan selatan negara itu sebagai zona larangan terbang, sehingga militer Irak tidak diizinkan beroperasi. AS mengebom banyak sasaran di Irak, yang berujung pada Operation Desert Fox pada tahun 1998, dan akhirnya memicu perang besar lainnya di Irak pada tahun 2003. 

5. Perang di Afganistan dan Sudan (1998) 

Pemerintah Presiden Bill Clinton memerintahkan serangan udara besar-besaran terhadap sasaran di Afghanistan dan Sudan, dengan kedok memerangi terorisme. Namun serangan-serangan tersebut, terutama dalam kasus Sudan, tampaknya menargetkan infrastruktur sipil, khususnya perusahaan farmasi terbesar di negara tersebut; Al-Shifa sebuah peristiwa yang terbukti menjadi bencana dalam beberapa bulan dan tahun mendatang.

 Namun apa yang disebut Operation Infinite Reach pada bulan Agustus 1998 tampaknya dimotivasi oleh hal lain, yaitu pengalihan perhatian dari skandal seksual Bill Clinton di Gedung Putih, yang pada akhirnya berujung pada pemakzulannya. 

6. Lagi, Operasi di Irak (1998) Pada tahun yang sama, juga pemerintahan Bill Clinton melakukan apa yang disebut Operation Desert Fox, kampanye pengeboman selama empat hari terhadap Irak, yang berlangsung dari tanggal 16-19 Desember. 

Seperti yang sering terjadi, Washington bergabung dengan London dalam perang yang singkat namun mematikan. Kedua negara mengeklaim bahwa Irak dihukum karena mengganggu pekerjaan inspektur Komisi Khusus PBB yang mencari senjata pemusnah massal. Bertahun-tahun kemudian membuktikan bahwa Irak tidak memiliki senjata pemusnah massal. Serangan sporadis terhadap Irak berlanjut selama bertahun-tahun. 

7. Perang di Afghanistan (2001“2021) Dijuluki "Perang Melawan Teror", Washington dan sekutu Baratnya melancarkan perang besar dan invasi ke Afghanistan pada Oktober 2021. 

Sebagai salah satu negara termiskin di dunia, Afghanistan telah mengalami perang tanpa henti selama 20 tahun, yang mengakibatkan kematian dan luka-luka”baik secara langsung maupun akibat kelaparan dan konflik yang terkait dengan perang ratusan ribu warga Afghanistan. 

8. Perang Kedua di Irak (2003-2011) Perang kedua yang dipimpin AS di Irak juga dilakukan dengan kedok memerangi terorisme, meskipun Irak tidak terbukti memiliki hubungan dengan serangan 11 September 2001, dan senjata pemusnah massal (WMD) juga tidak ditemukan di negara tersebut. 

Tujuan resmi operasi militer tersebut, menurut Washington, adalah untuk melucuti senjata Irak demi mewujudkan perdamaian, stabilitas, dan keamanan baik di kawasan Teluk maupun di Amerika Serikat. 

Selain kematian lebih dari satu juta warga Irak, perang yang dipimpin AS telah mengguncang Timur Tengah hingga hari ini, yang mengakibatkan runtuhnya negara Irak dan bangkitnya militansi regional. 

9. Perang di Libya (2011) Setelah salah menafsirkan Resolusi Dewan Keamanan PBB tahun 1973, AS dan anggota NATO lainnya melancarkan perang melawan Libya pada tanggal 19 Maret, yang dijuluki Operation Odyssey Dawn. 

Meskipun perang tersebut pada akhirnya menyebabkan runtuhnya negara Libya, hal ini juga mengakibatkan perang saudara yang sama mematikannya dan perpecahan di negara tersebut, yang masih terjadi hingga hari ini. 

10. Serangan ke Suriah (2018) AS dan sekutunya melakukan serangan militer terhadap kota Damaskus dan Homs di Suriah pada bulan April 2018, dengan tuduhan bahwa Suriah telah menggunakan senjata kimia dalam serangan di kota Douma.

 11. Lagi, Serangan Suriah (2021) Pada bulan Februari 2021, AS melakukan serangan udara di wilayah perbatasan di Suriah timur, mengeklaim bahwa serangan tersebut merupakan pembalasan atas serangan sebelumnya terhadap pasukan AS dan koalisi di Irak. 

12. Serangan di Kawasan Regional (2014“sekarang) Pada tahun 2014, AS dan anggota NATO lainnya, serta militer regional, mulai menyerang posisi-posisi para milisi radikal yang menamakan dirinya Islamic State atau ISIS. "Perang melawan ISIS" juga melibatkan kelompok lain, seperti al-Qaeda dan Front Al-Nusra. Serangan itu terjadi di wilayah Irak dan Suriah. 

Serangan Amerika juga terjadi di berbagai belahan Timur Tengah dan Afrika, menurut daftar target yang ditetapkan Pentagon dan disetujui Gedung Putih. Hal ini mengakibatkan serangan yang terjadi di Yaman, Somalia, dan wilayah lain di Timur Tengah dan Afrika Timur. 

13. Perang di Yaman (2000“2023) Serangan AS terhadap Yaman telah terjadi di bawah beberapa pemerintahan AS; George Walker Bush, Barack Obama, Donald Trump, dan Joe Biden, yang mengakibatkan ribuan orang terbunuh dan terluka. 

Serangan AS sering kali terjadi melalui penggunaan program drone militer AS, dan sering kali dibenarkan sebagai bagian dari "perang melawan teror" AS, khususnya terhadap al-Qaeda. Sebagian besar serangan terjadi pada masa pemerintahan Barack Obama dan Donald Trump. 

14. Operation Prosperity Guardian (2023“sekarang) Pada 18 Desember 2023, pemerintahan Biden meluncurkan apa yang disebut Operation Prosperity Guardian, dengan tujuan melindungi keselamatan kapal komersial di Laut Merah. 

Pada 11 Januari, rancangan resolusi AS disetujui oleh Dewan Keamanan PBB, yang mengutuk kelompok Houthi Yaman, namun tanpa mengizinkan tindakan militer apa pun terhadap Yaman. Pada 12 Januari, saat fajar, AS dan Inggris melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap sasaran-sasaran Yaman yang diklaim sebagai posisi Houthi. (SINDOnews)

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda