Senin, 27 Oktober 2025
Beranda / Berita / Dunia / Kamerun Bergejolak Jelang Hasil Pemilu, 4 Tewas di Douala

Kamerun Bergejolak Jelang Hasil Pemilu, 4 Tewas di Douala

Senin, 27 Oktober 2025 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Para pengunjuk rasa membakar barikade di Garoua selama demonstrasi pendukung oposisi politik pada 21 Oktober 2025, menjelang pengumuman hasil pemilihan presiden Kamerun. [Foto: AFP]


DIALEKSIS.COM | Kamerun - Sedikitnya empat orang tewas di kota terbesar Kamerun, Douala, setelah bentrokan pecah antara aparat keamanan dan pendukung oposisi menjelang pengumuman hasil pemilihan presiden.

Kericuhan terjadi pada Minggu (26/10/2025), ketika ratusan pendukung kandidat oposisi Issa Tchiroma menentang larangan demonstrasi dan turun ke jalan untuk mengekspresikan kekecewaan mereka terhadap proses pemilu yang dianggap curang.

Para pengunjuk rasa memblokade jalan, membakar ban, dan melemparkan batu ke arah polisi. Aparat membalas dengan menembakkan gas air mata dan menggunakan meriam air untuk membubarkan massa, menurut laporan Reuters.

“Para pengunjuk rasa menyerang kantor polisi di distrik kedua dan keenam. Beberapa anggota pasukan keamanan terluka, dan empat orang sayangnya kehilangan nyawa mereka,” ujar Samuel Dieudonne Ivaha Diboua, Gubernur wilayah Littoral yang membawahi Douala, seperti dikutip AFP.

Tim kampanye Tchiroma mengonfirmasi jumlah korban jiwa tersebut.

Oposisi Klaim Menang

Ketegangan meningkat setelah hasil sementara pemilu 12 Oktober menunjukkan Presiden Paul Biya, 92 tahun, masih unggul dan berpeluang meraih masa jabatan kedelapan.

Namun, Tchiroma mengklaim dirinya justru memenangkan 54,8 persen suara, sementara Biya hanya memperoleh 31,3 persen.

“Kami tahu rakyat Kamerun telah memilih perubahan. Jika Dewan Konstitusi mengumumkan hasil yang dipalsukan, kami tidak akan diam,” kata Tchiroma dalam pidatonya pekan lalu.

Pemerintah menolak tuduhan kecurangan dan meminta masyarakat menunggu hasil resmi yang dijadwalkan diumumkan pada Senin (27/10/2025).

Protes Meluas dan Internet Terputus

Aksi serupa dilaporkan meluas ke berbagai kota, termasuk ibu kota Yaoundé, serta Garoua, Maroua, Bertoua, dan Bafoussam.

Dari Douala, jurnalis lokal Blaise Eyong mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kemarahan warga, terutama kaum muda, semakin memuncak.

“Anak muda di sini sangat marah. Mereka merasa masa depan mereka terus dirampas,” ujar Eyong. “Tingkat pengangguran tinggi, sementara mereka melihat elite politik tetap berkuasa selama puluhan tahun.”

Eyong juga melaporkan adanya gangguan internet dan pemadaman listrik di beberapa wilayah sejak beberapa hari terakhir. “Tapi itu tidak menghentikan kaum muda untuk bersatu,” tambahnya.

Penangkapan dan Tuduhan Pemberontakan

Sementara itu, manajer kampanye Tchiroma menyebut sekitar 30 politisi dan aktivis telah ditahan, termasuk Anicet Ekane, pemimpin partai MANIDEM, dan Djeukam Tchameni, tokoh dari gerakan Union for Change.

Menteri Administrasi Teritorial Kamerun, Paul Atanga Nji, membenarkan adanya penangkapan tersebut. “Pemerintah tidak akan membiarkan gerakan pemberontakan mengguncang negara,” ujarnya dalam konferensi pers, tanpa menyebutkan jumlah pasti yang ditahan.

Presiden Biya sendiri telah memimpin Kamerun sejak 1982, menjadikannya salah satu kepala negara tertua dan terlama di dunia. Jika kembali terpilih, masa jabatannya yang baru akan membuatnya tetap berkuasa hingga mendekati usia 100 tahun. [Aljazeera & News Agencies]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI