Jum`at, 17 Oktober 2025
Beranda / Berita / Dunia / Ketegangan Memuncak, AS Kerahkan Pengebom Strategis B-52H ke Karibia Dekat Venezuela

Ketegangan Memuncak, AS Kerahkan Pengebom Strategis B-52H ke Karibia Dekat Venezuela

Kamis, 16 Oktober 2025 19:00 WIB

Font: Ukuran: - +

AS Kerahkan Pesawat Pengebom B-52 Stratofortress. Foto: Sgt. Robert J. Horstman / Wikimedia Commons (Domain Publik – Angkatan Udara AS)


DIALEKSIS.COM | Washington - Amerika Serikat mengerahkan tiga pesawat pengebom strategis B-52H Stratofortress ke wilayah Karibia selatan yang berbatasan langsung dengan Venezuela, di tengah memanasnya hubungan kedua negara tersebut dalam beberapa pekan terakhir.

Data dari platform pelacakan penerbangan Flightradar24 menunjukkan tiga pesawat militer dengan tanda panggilan BUNNY01, BUNNY02, dan BUNNY03 lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Barksdale, Louisiana, menuju area udara Karibia pada Rabu (15/10) waktu setempat. Dua di antaranya tercatat melintasi wilayah informasi penerbangan Maiquetia, di lepas pantai Venezuela, sementara satu lainnya beroperasi di wilayah udara Karibia selatan.

B-52H Stratofortress dikenal sebagai pesawat pengebom jarak jauh milik Angkatan Udara AS yang mampu membawa senjata nuklir maupun konvensional. Pesawat ini memiliki daya jelajah lebih dari 14.000 kilometer dan dapat bertahan di udara selama berjam-jam berkat dukungan pesawat tanker pengisian bahan bakar di udara.

Pengerahan pesawat sekelas B-52H biasanya menandai eskalasi strategi militer AS, terutama di kawasan yang dianggap memiliki potensi konflik atau ancaman terhadap kepentingan nasionalnya.

Menurut laporan Newsweek, operasi penerbangan kali ini diduga menjadi bagian dari misi Satuan Tugas Pengebom (Bomber Task Force) yang kerap digunakan Washington untuk menunjukkan kekuatan militer di kawasan strategis dunia. Namun, hingga kini belum ada pernyataan resmi dari Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) terkait tujuan pasti penerbangan tersebut.

Pemerintah Venezuela merespons keras kehadiran pesawat-pesawat pengebom itu. Presiden Nicolás Maduro menilai pengerahan militer Amerika Serikat di wilayah Karibia merupakan bentuk provokasi dan ancaman langsung terhadap kedaulatan nasional negaranya.

“Kami tidak akan diam terhadap upaya agresi ini. Seluruh kekuatan militer Venezuela siaga penuh untuk mempertahankan tanah air,” tegas Maduro dalam pidatonya di Caracas, Kamis (16/10).

Sebagai langkah antisipasi, Maduro memerintahkan pengerahan 2.500 tentara di sepanjang garis pantai Karibia dan perbatasan dengan Kolombia. Ia juga meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turun tangan untuk menengahi ketegangan dan mencegah potensi konflik bersenjata di kawasan tersebut.

“Tindakan militer AS ini tidak hanya mengancam Venezuela, tetapi juga mengganggu stabilitas regional di Amerika Latin,” ujarnya.

Hubungan Amerika Serikat dan Venezuela kembali memanas dalam beberapa bulan terakhir. Ketegangan ini merupakan kelanjutan dari friksi yang terjadi sejak era pemerintahan Donald Trump, yang menuduh Venezuela sebagai pusat perdagangan narkoba dan korupsi politik.

Insiden terbaru yang memicu kemarahan Caracas terjadi ketika militer AS menembaki sejumlah kapal di lepas pantai Venezuela, yang menurut Washington membawa narkotika ilegal. Pemerintah Venezuela membantah tuduhan tersebut dan menyebut kapal-kapal itu mengangkut warga sipil. Akibat serangan tersebut, enam orang tewas.

Ketegangan meningkat pada September lalu ketika serangan serupa kembali terjadi. Jika diakumulasikan, sebanyak 27 orang dilaporkan tewas akibat serangkaian operasi maritim AS di kawasan itu. Caracas menuding tindakan Washington telah melanggar hukum internasional dan prinsip kedaulatan negara.

“AS menggunakan dalih perang terhadap narkoba untuk menjustifikasi agresinya terhadap negara berdaulat,” demikian pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Venezuela.

Langkah Washington menempatkan pesawat pengebom nuklir di kawasan Karibia dipandang sejumlah pengamat sebagai sinyal peringatan bagi Venezuela sekaligus pesan geopolitik kepada Rusia dan Tiongkok, dua negara yang selama ini menjadi sekutu utama Caracas.

Pakar hubungan internasional dari Universitas George Washington, Michael McFaul, menilai pengerahan B-52H menunjukkan Amerika ingin menunjukkan “deterrence posture” terhadap aktivitas militer negara-negara pesaing di belahan barat.

“Pengerahan B-52H bukan hanya pesan untuk Maduro, tetapi juga bagi Moskow dan Beijing agar tidak memperluas pengaruh militernya di Amerika Selatan,” kata McFaul.

Dengan situasi yang terus memanas, kawasan Karibia kini berpotensi menjadi titik baru ketegangan global, di tengah meningkatnya rivalitas geopolitik antara Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya melawan poros Rusia - Tiongkok - Venezuela.

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI