Beranda / Berita / Dunia / Pemilu Malaysia Semakin Memanas, Raja Akhirnya Turun Tangan

Pemilu Malaysia Semakin Memanas, Raja Akhirnya Turun Tangan

Minggu, 20 November 2022 23:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Pemilih mengantri di TPS selama pemilihan umum ke-15 di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (19/11/2022). Pemilu di Malaysia menggunakan sistem first past the post di mana partai atau koalisi yang berhasil mengantongi 112 dari total 222 kursi di parlemen akan membentuk pemerintahan. [Foto: Annice Lyn/Getty Images]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Situasi Pemilihan Umum (Pemilu) di Malaysia semakin memanas. Dimana masih hasilnya masih menggantung, karena belum ada koalisi mayoritas yang memenangkan parlemen

Belum ada satu partai politik yang melewati ambang batas di Parlemen. Dua kandidat bergegas untuk mendapatkan dukungan dari saingannya sehari setelah pemilihan umum.

Melansir Reuters, Pemimpin Oposisi Anwar Ibrahim dan Mantan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin mengatakan mereka dapat membentuk pemerintahan dengan dukungan dari partai lain yang mereka tidak sebutkan.

Pemilihan pada hari, Sabtu (19/11/2022) melihat penurunan dari kekuatan politik yang selama ini mendominasi dari kemerdekaan 1957 hingga 2018.

Untuk membentuk pemerintahan, mungkin memerlukan keterlibatan raja Malaysia yang sebagai besar peranannya mencakup kekuasaan untuk menunjuk sebagai perdana menteri yang diyakini akan memimpin mayoritas, ketika tidak ada koalisi yang dapat melakukannya.

Istana Malaysia di bawah kepemimpinan Raja Malaysia atau Yang di-Pertuan Agong, Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah pada Minggu (20/11/2022) sudah menginstruksikan para pihak untuk mengajukan nama anggota parlemen yang menurutnya memiliki mayoritas pada pukul 14.00 (06.00 GMT) pada Senin.

Koalisi Pakatan Harapan Anwar memenangkan 82 kursi majelis rendah, kurang dari 112 mayoritas tetapi sedikit di atas aliansi Muhyiddin Yassin dengan 73 kursi.

Aliansi Barisan Nasional Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob juga Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) yang telah lama menjadi kekuatan politik dominan Malaysia mengalami kekalahan elektoral terburuk yang pernah ada. Hanya 30 kursi dari 178 yang diperebutkan.

Karena para pemilih menolak UMNO dan Koalisi Barisan Multietnis yang dipimpinnya untuk pemilihan kedua. Sedangkan Koalisi Perikatan Nasional Muhyiddin dalam kontes nasional pertamanya, menarik dukungan dari basis tradisional Barisan.

"Saya pikir apa yang kita pelajari di sini adalah bahwa negara ini lebih terpecah belah," kata Wakil Direktur Pelaksana di Konsultan Risiko Politik Bower Group Asia, Asrul Hadi Abdullah Sani," mengutip Reuters, Minggu (20/11/2022).

"Masuknya Perikatan Nasional ke bank Suara UMNO ini menunjukan bahwa ada tiga koalisi yang sah di masa depan politik Malaysia," tambahnya.

Kunci kemenangan pemilu ini ada partai islam PAS dalam koalisi Perikatan yang mengamankan jumlah kursi terbesar. Dimana sebagian besar dari kelompok muslim melayu mayoritas penduduk.

Muhyiddin juga dikabarkan telah bertemu dengan pemimpin negara bagian Sarawak dan sedang berdiskusi dengan pihak lain untuk membentuk pemerintahan.(CNBC Indonesia)


Keyword:


Editor :
Akhyar

riset-JSI
Komentar Anda