Beranda / Berita / Dunia / Perang Nuklir India Lawan Pakistan Diambang Pintu

Perang Nuklir India Lawan Pakistan Diambang Pintu

Minggu, 06 September 2020 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

[Foto: Representational Image: iStock]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - India dan Pakistan sama-sama memiliki kekuatan nuklir selama beberapa dekade. Keduanya pun tak segan saling ancam bakal mengerahkan tenaga nuklir mereka untuk menumpas lawan. Seberapa kuat kekuatan nuklir India dan Pakistan?

Kemelut India-Pakistan tampaknya masih jauh dari kata selesai. Pada 2019, India melakukan serangan udara menyasar kamp pemberontak di wilayah Pakistan, dua pekan usai bom bunuh diri di wilayah Kashmir. Sejak saat itu, hubungan India-Pakistan kian memanas dan dikhawatirkan kedua negara bertetangga yang memiliki senjata nuklir ini akan terlibat dalam perang.

Terlebih, saat itu, Perdana Menteri India Narendra Modi berjanji akan membalas serangan teror terburuk yang menewaskan 42 anggota polisi paramiliter India. Bahkan, jika cara membalasnya harus dengan menggunakan senjata nuklir India. Dalam kasus tersebut, diketahui, Jaish-e-Mohammad (JeM) atau Tentara Muhammad yang berbasis di Pakistan mengklaim bertanggung jawab.

Sebelas dua belas, Perdana Menteri Pakistan juga sempat menyatakan kekhawatirannya soal potensi perang nuklir di Khasmir. September silam, saat ia di forum PBB, Khan terang-terangan menyebutkan, masalah Pakistan dan India bakal jadi krisis besar yang mungkin diikuti dengan pembantaian manusia atau serangan nuklir, ketika segala hal jadi tak terkendali.

Meskipun sempat mereda, masalah menyeruak kembali sejak India mencabut klausul konstitusional status semi-otonom dari pihak Kashmir di bawah kendalinya, tulis Republika. India memindahkan ratusan ribu pasukan ke wilayah itu dan melakukan ribuan penangkapan. Menurut Khan, langkah yang didorong ideologi nasional Hindu Modi itu tergolong fasis. Sehingga, jika tak ada pilihan lain, Pakistan mungkin akan menyerang balik India sekuat tenaga.

Lantas, jika perang nuklir betulan meletus, siapa yang akan menang? Jawabannya, tak ada. Semua pihak akan tumbang dan menderita banyak kerugian. Bahkan, kerugian senada juga bakal terasa hingga seluruh dunia.

Sekarang mari kita lihat kekuatan nuklir yang dimiliki masing-masing negara. India dalam hal ini memiliki 130 hingga 140 hulu ledak nuklir— dan lebih banyak lagi yang akan diproduksi.

“Diperkirakan India sudah menghasilkan cukup plutonium militer untuk 150 hingga 200 hulu ledak nuklir. Namun, kemungkinan hanya memproduksi 130 hingga 140,” menurut Hans Kristensen dan Matt Korda dari Proyek Informasi Nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika pada 2018, dinukil dari Intisari.

Kendati begitu, imbuhnya, tambahan plutonium akan dibutuhkan untuk memproduksi hulu ledak untuk rudal yang sekarang tengah dikembangkan, dan Negeri Bollywood itu dilaporkan sedang membangun beberapa fasilitas produksi plutonium baru. ”

Tak hanya itu, “India terus memodernisasi persenjataan nuklirnya. Dengan setidaknya lima sistem senjata baru yang sekarang sedang dikembangkan untuk melengkapi atau menggantikan pesawat berkemampuan nuklir yang ada, sistem pengiriman berbasis darat, dan sistem berbasis laut.”

India juga membeli tiga puluh enam pesawat tempur Rafale Prancis yang membawa senjata nuklir dalam layanan Prancis, dan mungkin bisa dilakukan untuk India.

Dari segi umur, kekuatan rudal nuklir India baru berusia lima belas tahun, tetapi sudah memiliki empat jenis rudal balistik darat: jarak pendek Prithvi-II dan Agni-I, jarak menengah Agni-II, dan jarak menengah Agni-III.

“Setidaknya dua rudal Agni jarak jauh lainnya sedang dikembangkan: Agni-IV dan Agni-V,” kata laporan itu.

Sebaliknya, kekuatan nuklir Pakistan pun tak bisa dianggap enteng. Sebagai kekuatan nuklir selama beberapa dekade, Pakistan sekarang berusaha untuk membangun “triad” nuklirnya sendiri, membuat persenjataan nuklir yang tangguh dan mampu melakukan serangan balasan yang menghancurkan.

Program nuklir Pakistan dimulai pada 1950-an, selama hari-hari awal persaingannya dengan India. Dikutip dari The National Interest, Presiden Zulfikar Ali Bhutto mengatakan pada 1965, “Jika India membuat bom, kami akan makan rumput atau daun, bahkan rela kelaparan, untuk mendapatkannya bom kami sendiri.”

Program tersebut menjadi prioritas yang lebih tinggi setelah kekalahan negara itu pada 1971 di tangan India, yang menyebabkan Pakistan Timur memisahkan diri dan menjadi Bangladesh. Para ahli percaya hilangnya wilayah itu memalukan negara.

Saat ada laporan India sedang membangun senjata nuklir, Pakistan mempercepat program nuklirnya. Pada Mei 1974, India menguji bom pertamanya, dengan nama sandi “Smiling Buddha,” membuat anak benua itu menuju nuklirisasi.

Pakistan memulai proses pengumpulan bahan bakar yang diperlukan untuk senjata nuklir, memperkaya uranium dan plutonium. Negara ini secara khusus dibantu oleh AQ Khan, ahli metalurgi yang bekerja di Barat yang kembali ke negara asalnya pada 1975 dengan desain mesin sentrifugal dan kontak bisnis yang diperlukan untuk memulai proses pengayaan.

Program Pakistan dibantu oleh negara-negara Eropa dan program akuisisi peralatan klandestin yang dirancang untuk menghentikan upaya non-proliferasi. Negara-negara luar akhirnya keluar setelah mengetahui tujuan sebenarnya dari program tersebut, tetapi upaya klandestin terus berlanjut, lapor The National Interest.

Tidak diketahui kapan tepatnya Pakistan menyelesaikan perangkat nuklir pertamanya. Mantan presiden Benazir Bhutto, putri Zulfikar Bhutto, mengklaim ayahnya memberi tahu dia, perangkat pertama telah siap pada 1977. Anggota Komisi Energi Atom Pakistan mengatakan desain bom telah selesai pada 1978 dan bom tersebut diuji pada 1983.

Benazir Bhutto kemudian menyatakan bom Pakistan disimpan dan dibongkar hingga 1998, ketika India menguji enam bom dalam rentang tiga hari. Hampir tiga minggu kemudian, Pakistan melakukan jadwal pengujian tembakan cepat serupa, meledakkan lima bom dalam satu hari dan bom keenam tiga hari kemudian.

Para ahli yakin cadangan nuklir Pakistan terus bertambah. Pada 1998, timbunan diperkirakan berjumlah lima hingga dua puluh lima perangkat, tergantung pada seberapa banyak uranium yang diperkaya yang dibutuhkan setiap bom. Saat ini Pakistan diperkirakan memiliki gudang senjata yang terdiri dari 110 hingga 130 bom nuklir.

Pada 2015, Carnegie Endowment for International Peace dan Stimson Center memperkirakan kemampuan pembuatan bom Pakistan pada 20 perangkat setiap tahunnya, itu berarti Pakistan dapat dengan cepat menjadi kekuatan nuklir terbesar ketiga di dunia. Pengamat lain, bagaimanapun, yakin Pakistan hanya dapat mengembangkan 40 hingga 50 hulu ledak lagi dalam waktu dekat.

Pakistan saat ini memiliki “triad” nuklir dari sistem pengiriman nuklir yang berbasis di darat, udara, dan laut. Negara itu diyakini telah memodifikasi pesawat tempur F-16A buatan Amerika dan mungkin pesawat tempur Mirage buatan Prancis untuk mengirimkan bom nuklir pada 1995. Karena pesawat tempur tersebut harus menembus jaringan pertahanan udara India untuk mengirimkan muatan mereka ke kota-kota dan sasaran lainnya, pesawat Pakistan kemungkinan besar akan mengirimkan senjata nuklir taktis terhadap target medan perang.

Pakistan jelas mengembangkan kemampuan nuklir yang kuat yang tidak hanya dapat mencegah tetapi juga melawan perang nuklir. Mereka juga berurusan dengan masalah keamanan internal yang dapat mengancam integritas persenjataan nuklirnya. Sebagaimana yang ditekankan Kyle Mizokami dalam tulisannya di The National Interest, Pakistan dan India jelas berada di tengah-tengah perlombaan senjata nuklir yang, secara relatif, dapat menyebabkan cadangan nuklir yang sangat tinggi yang mengingatkan kita pada Perang Dingin. Jelas, kesepakatan pengendalian senjata untuk anak benua itu sangat dibutuhkan [matamatapolitik].

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda