Sabtu, 21 Juni 2025
Beranda / Berita / Dunia / Pernikahan Putra Netanyahu Ditunda Akibat Perang, Publik Israel Justru Meradang

Pernikahan Putra Netanyahu Ditunda Akibat Perang, Publik Israel Justru Meradang

Jum`at, 20 Juni 2025 20:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersama putranya Yair. Foto: Aleksey Nikolskyi/Sputnik Kremlin Pool Photo via AP, File


DIALEKSIS.COM | Yerusalem - Di tengah meningkatnya eskalasi perang antara Israel dan Iran, pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu justru memicu kontroversi baru. Ia menyebut keluarganya sebagai “pahlawan” karena menunda pernikahan putranya, Avner Netanyahu, akibat pecahnya konflik. Alih-alih menuai simpati, klaim tersebut justru mendapat kecaman luas dari publik Israel.

Dalam sebuah pernyataan resmi yang disampaikan di depan Soroka Medical Center rumah sakit yang mengalami kerusakan akibat serangan rudal balistik Iran di Be’er Sheva Netanyahu mencoba membangkitkan semangat publik. Ia membandingkan situasi Israel saat ini dengan Blitz di London pada Perang Dunia II, dan menyatakan bahwa keluarganya juga turut menanggung “pengorbanan pribadi.”

“Pernikahan Avner, yang sudah lama direncanakan, harus ditunda. Itu berdampak besar, bukan hanya bagi Avner, tetapi juga bagi tunangannya dan istri saya, Sara,” ucap Netanyahu seperti dikutip The Guardian, Jumat (20/6/2025). “Mereka adalah pahlawan karena mampu menanggung kekecewaan ini.”

Namun pernyataan itu langsung memicu gelombang kritik, baik dari warganet maupun kalangan politisi lintas partai. Banyak yang menilai Netanyahu tidak peka terhadap penderitaan masyarakat akibat perang yang sedang berlangsung.

"Setiap keluarga saat ini menanggung beban. Ada yang kehilangan orang yang dicintai, rumah yang hancur, dan rasa aman yang lenyap. Dan Netanyahu memilih menyoroti penundaan pernikahan anaknya?" tulis salah satu pengguna X (dulu Twitter) dengan nada geram.

Kemarahan publik makin meluas setelah beredar laporan bahwa Netanyahu sempat mempertimbangkan mengambil cuti untuk menghadiri pernikahan Avner yang dijadwalkan berlangsung Senin ini di tengah serangan udara dan ancaman protes antipemerintah yang terus berlanjut.

Padahal, pernikahan tersebut sebenarnya sudah sempat direncanakan pada November tahun lalu, namun ditunda karena alasan keamanan.

Salah satu kritik paling tajam datang dari Anat Angrest, ibu seorang sandera Israel yang hingga kini belum dibebaskan dari Gaza. "Anak saya telah berada di ruang bawah tanah Gaza selama 622 hari. Kami tidak tahu apakah dia hidup atau tidak. Dan Netanyahu menyebut dirinya pahlawan karena pernikahan anaknya ditunda?” tulis Angrest di media sosial.

Gilad Kariv, anggota Knesset dari Partai Buruh, menyebut Netanyahu sebagai “narsisis tanpa batas.” Ia menilai klaim perdana menteri itu mencerminkan keputusasaan politik dan egoisme pribadi.

“Saya mengenal banyak keluarga yang pernikahannya tidak sekadar ditunda, tetapi tidak akan pernah terjadi karena mereka telah kehilangan segalanya,” kata Kariv. Ia juga menepis pujian Netanyahu kepada istrinya, Sara, yang disebut “pahlawan” karena menanggung kekecewaan: “Para dokter yang meninggalkan keluarga mereka untuk bertugas di malam hari, merekalah pahlawan. Guru-guru yang tetap membimbing murid dari rumah melalui Zoom, mereka juga pahlawan.”

Senada dengan itu, jurnalis Amir Tibon menilai pernyataan Netanyahu sebagai cerminan karakter lamanya. “Tidak ada yang mengejutkan lagi dari Netanyahu. Bahkan dalam krisis nasional, dia tetap mengutamakan citra dan kepentingan dirinya sendiri.”

Sementara itu, data resmi pemerintah Israel menyebutkan sedikitnya 24 warga sipil telah tewas dalam konflik terbaru ini. Di sisi lain, kelompok HAM berbasis di Amerika Serikat mencatat sedikitnya 263 warga sipil Iran meninggal akibat serangan mendadak dari udara yang dilancarkan Israel.

Kritik terhadap Netanyahu tidak hanya mencerminkan kekecewaan masyarakat atas kepemimpinannya dalam konflik, tetapi juga semakin memperdalam krisis kepercayaan terhadap elit politik negeri itu. Ketika sebagian besar warga Israel berjuang menjaga nyawa dan harapan di tengah ketidakpastian, klaim “pengorbanan” Netanyahu dinilai tak lebih dari manuver citra yang keliru waktu dan tempat.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
dpra