Beranda / Berita / Dunia / Roket China Jatuh Liar ke Bumi

Roket China Jatuh Liar ke Bumi

Senin, 03 Mei 2021 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Roket yang membawa modul stasiun luar angkasa China Kamis (29/4) lalu jatuh liar ke Bumi dengan tidak terkendali.

Setelah menyelesaikan misi untuk mengantar modul stasiun luar angkasa China ke orbit, seharusnya roket ini kembali mendarat di Bumi di lokasi yang telah ditentukan di laut. Lokasi ini biasa menjadi lokasi pembuangan roket habis pakai.

Tapi, alih-alih mendarat sesuai rencana, roket ini malah terus mengitari Bumi tanpa kendali. Pihak berwenang mengatakan roket tersebut diperkirakan akan jatuh kembali ke Bumi dalam beberapa hari mendatang.

Hal ini berdasarkan pengamatan radar darat yang digunakan oleh militer AS untuk melacak pesawat ruang angkasa dan objek lain di luar angkasa.

Mereka mendeteksi sebuah objek dan mengategorikannya sebagai badan roket Long March 5B. Sekarang objek itu ditetapkan sebagai 2021-035B.

Badan roket itu adalah tahap inti Long March 5 dengan panjang sekitar 30 meter dan lebar lima meter berada dalam ketinggian orbit antara 170 hingga 372 kilometer dari permukaan Bumi dan meluncur dengan kecepatan lebih dari tujuh kilometer per detik.

Roket ini bisa terlihat sebagai kilatan di angkasa jika diamati oleh pengamat amatir di Bumi. Kilatan itu menunjukkan bahwa roket jatuh tidak terkendali. Sehingga, roket Long March-5B Y2 diperkirakan akan memasuki atmosfer Bumi tak terkendali dalam beberapa hari mendatang.

Lokasi kemungkinan jatuh

Menurut Jonathan McDowell, Astronom yang melacak objek yang mengorbit Bumi, roket ini bisa jadi sudah terbakar seluruhnya di atmosfer ketika jatuh ke Bumi setelah berputar-putar di orbit. Namun, ada kemungkinan bongkahan besar puing dapat bertahan masuk kembali.

Tapi, dimana, kapan, dan berapa besar sisa roket Long March 5B yang akan mendarat di Bumi sulit untuk diprediksi.

Lantaran sebagian besar planet ini terbuat dari lautan, jadi kemungkinan besar roket akan mendarat di air. Meski demikian tak tertutup kemungkinan bongkahan sisa roket ini bisa mengancam wilayah berpenghuni.

Namun, terbuka kemungkinan serpihan roket ini akan jatuh di wilayah berpenduduk dan bisa menimbulkan risiko pada bangunan dan kehidupan yang ada di permukaan Bumi.

Kemiringan orbital tahap inti Long March 5B yang saat ini sedang mengitari Bumi setiap 90 menit adalah sebesar 41,5 derajat. Artinya, lokasi berputar roket ini melewati kota-kota seperti New York, Madrid dan Beijing di utara hingga Chili dan Wellington, Selandia Baru, di selatan, seperti dikutip SpaceNews.

Lokasi-lokasi ini bisa terancam kapan saja. Tapi, kemungkinan besar puing-puing roket itu akan kembali ke laut atau daerah tak berpenghuni. Jika mencapai lokasi berpenghuni dan kota besar, roket itu berpotensi memberi dampak kerugian materil dan jiwa yang besar.

Sisa puing roket

Berapa besar bongkahan yang tersisa akan tergantung pada ukuran dan kepadatan benda dan variabel lain termasuk variasi dan fluktuasi atmosfer, yang dipengaruhi oleh aktivitas matahari dan faktor lainnya.

Menurut Holger Krag, kepala Kantor Program Keamanan Luar Angkasa untuk ESA (badan antariksa Eropa) untuk memperkirakan hal ini perlu mengetahui juga desain roket itu, seperti dikutip Slash Gear.

Namun, dia mengatakan aturan praktis yang masuk akal adalah sekitar 20 hingga 40 persen dari massa roket itu bisa bertahan dari gesekan dengan atmosfer dan masuk kembali ke permukaan Bumi.

China dikritik

McDowell mengkritik membiarkan objek masuk kembali tanpa terkendali adalah hal yang tidak dapat diterima dengan standar peluncuran luar angkasa saat ini.

Sebab, menurutnya sejak 1990 tidak ada objek dengan berat lebih dari 10 ton yang sengaja dibiarkan berkeliaran di orbit tanpa terkendali. Roket Tiongkok ini sendiri berukuran panjang 30,5 meter kaki dan lebar 4,6 meter.

Varian roket terbesar China ini sebelumnya mengangkut modul stasiun luar angkasa ke orbit seberat 22.5 metrik ton. Modul stasiun luar angkasa Tianhe itu adalah fase pertama dari rangkaian pengiriman yang akan dilakukan China.

"Tahap inti Long March 5B tujuh kali lebih masif daripada tahap kedua Falcon 9 yang menyebabkan banyak perhatian pers beberapa minggu lalu ketika memasuki kembali di atas Seattle dan membuang beberapa bagian tangki tekanan di negara bagian Washington," jelas McDowell.

Modul stasiun luar angkasa China Tianhe terpisah dari roket Long March 5B-2Y 492 detik setelah peluncuran. Modul itu berhasil memasuki orbit yang direncanakan di orbit rendah Bumi.

Ini bukan kali pertama China membiarkan roketnya mendarat tak terkendali. Sebelumnya, peluncuran Long March 5B juga masuk kembali ke Bumi tak terkendali.

Namun, insiden terbesar dan paling terkenal adalah masuknya kembali Skylab seberat 76 ton milik NASA pada 1979. Benda antariksa ini jatuh tak terkendali ke Bumi dan menyebarkan puing-puing sepanjang Samudra Hindia dan Australia Barat.[CNNIndonesia]


Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda