Minggu, 13 Juli 2025
Beranda / Berita / Dunia / Serangan Iran Rusak Pangkalan AS di Qatar, Pentagon Akui Al Udeid Kena Rudal

Serangan Iran Rusak Pangkalan AS di Qatar, Pentagon Akui Al Udeid Kena Rudal

Sabtu, 12 Juli 2025 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Penampakan rudal-rudal Iran di langit Tel Aviv, Israel pada Sabtu (14/6/2025). Kementerian Pertahanan Qatar memastikan sistem pertahanan udara negara berhasil menggagalkan serangan rudal Iran yang menargetkan Pangkalan Udara. Foto: khaberni/tangkap layar. 


DIALEKSIS.COM | Internasional - Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (Kemhan AS) untuk pertama kalinya mengakui bahwa Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar mengalami kerusakan akibat serangan rudal yang diluncurkan Iran pada 23 Juni lalu. Pernyataan ini disampaikan secara resmi oleh juru bicara Kemhan AS, Sean Parnell, melalui surel kepada sejumlah media pada Sabtu (12/7).

Parnell mengatakan bahwa serangan rudal tersebut menyebabkan kerusakan ringan pada infrastruktur dan peralatan militer di pangkalan, namun tidak menimbulkan korban jiwa.

"Ada kerusakan minim pada peralatan dan struktur di pangkalan. Tidak ada korban luka," ujarnya, seperti dikutip dari laporan Iran International.

Meski demikian, Parnell menegaskan bahwa Pangkalan Al Udeid tetap beroperasi secara penuh. “Pangkalan tetap mampu menjalankan semua misinya bersama mitra kami di Qatar demi menjamin keamanan dan stabilitas kawasan,” tambahnya.

Serangan rudal yang diluncurkan Iran merupakan respons langsung atas serangan udara yang dilakukan Amerika Serikat sehari sebelumnya, yakni pada 22 Juni. Saat itu, militer AS menyerang tiga situs nuklir milik Iran, yang disebut-sebut atas desakan Israel.

Sebanyak 19 rudal dilaporkan ditembakkan oleh Iran ke arah pangkalan militer Al Udeid. Namun, menurut laporan militer Qatar, 18 rudal berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara gabungan AS-Qatar. Satu rudal yang lolos pertahanan diketahui menghantam sebuah struktur penting di pangkalan tersebut: sebuah kubah geodesik (radome) yang menampung perangkat Modernized Enterprise Terminal (MET).

MET merupakan sistem komunikasi canggih senilai USD 15 juta atau sekitar Rp243 miliar, yang berfungsi sebagai penghubung komunikasi suara, video, dan data antara pasukan AS di lapangan dengan pusat komando di seluruh dunia.

Citra satelit yang dianalisis oleh media Iran International dan kantor berita Associated Press mengonfirmasi bahwa radome MET hancur akibat hantaman rudal tersebut. Hal ini memperkuat laporan adanya kerusakan yang sebelumnya tidak diakui secara terbuka oleh Washington.

"Satu rudal balistik Iran menghantam Pangkalan Udara Al Udeid pada 23 Juni, sementara sisanya dicegat oleh sistem pertahanan udara AS dan Qatar," ungkap Parnell.

Serangan rudal Iran ke pangkalan militer AS ini menandai eskalasi terbaru dalam ketegangan antara Washington dan Teheran. Iran melancarkan serangan sebagai pembalasan atas tindakan militer AS terhadap fasilitas nuklirnya, yang dituding sedang digunakan untuk memperkaya uranium hingga hampir mencapai tingkat senjata.

Israel, yang tengah terlibat konflik terbuka dengan Iran, disebut sebagai pihak yang mendesak AS untuk mengambil tindakan keras. Meskipun lembaga intelijen AS tidak menemukan bukti kuat bahwa Iran telah memproduksi senjata nuklir, pemerintah AS tetap memutuskan untuk menyerang tiga lokasi nuklir strategis di Iran guna menghambat kemampuan nuklir negara tersebut.

Langkah ini kemudian memicu respons cepat dari militer Iran, yang tidak hanya mempersulit upaya diplomasi, tapi juga meningkatkan kekhawatiran akan konflik terbuka yang lebih luas di kawasan Teluk.

Serangan terhadap Pangkalan Al Udeid juga menempatkan Qatar dalam posisi yang tidak nyaman. Negara kecil di Teluk itu merupakan sekutu dekat AS sekaligus tuan rumah bagi salah satu pangkalan militer terbesar AS di luar negeri. Namun, Qatar juga memiliki hubungan diplomatik yang sensitif dengan Iran.

Insiden ini menjadi pengingat betapa rapuhnya stabilitas kawasan Timur Tengah yang selama ini menjadi arena benturan kepentingan geopolitik antara kekuatan-kekuatan besar dunia. Qatar, yang selama ini memainkan peran sebagai mediator, kini kembali harus menyeimbangkan posisi strategisnya antara dua kekuatan besar yang saling berseteru.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI