Sabtu, 02 Agustus 2025
Beranda / Ekonomi / Aceh Catat Inflasi Tertinggi di Sumatera: Dosen FEB USK Soroti Tantangan Aceh Tengah

Aceh Catat Inflasi Tertinggi di Sumatera: Dosen FEB USK Soroti Tantangan Aceh Tengah

Sabtu, 02 Agustus 2025 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Fakhruddin, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala (FEB USK). Foto: Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Aceh - Fakhruddin, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala (FEB USK), menyatakan keprihatinan sekaligus memberikan penjelasan ekonomis atas angka inflasi Aceh yang kini tergolong tertinggi di Sumatera. Ia merespons berita tentang kabupaten Aceh Tengah yang mencatat inflasi tahunan (y on y) paling tinggi di Aceh, mencapai 3,49 % RRI.

Menurut Fakhruddin, capaian inflasi seperti itu harus dilihat dalam dua perspektif kewaspadaan terhadap tekanan biaya hidup dan peluang perbaikan kebijakan harga serta distribusi.

“Angka 3,49 % tidak bisa diabaikan. Jika menilik laporan BPS Aceh per Juli 2024, inflasi provinsi Aceh rata rata berada di kisaran 2,51 %, dan Aceh Tengah tercatat memiliki inflasi tertinggi sebesar 3,38 % pada periode tersebut. Perbedaan ini menunjukkan dinamika harga yang lebih tajam di Aceh Tengah,” ujarnya kepada Dialeksis saat diminta keterangan, Sabtu (2/09/2025).

Fakhruddin melanjutkan bahwa penyebabnya kemungkinan besar terletak pada fluktuasi komoditas pangan utama seperti cabai merah, bawang, beras, serta komoditas rokok kretek mesin (SKM) dan emas perhiasan yang memang sering menjadi penyumbang inflasi di Aceh.

Dalam penjelasannya, Fakhruddin menegaskan bahwa inflasi yang lebih tinggi pada satu wilayah tidak berarti kegagalan ekonomi, melainkan menggarisbawahi perlunya pendekatan kebijakan harga dan distribusi yang lebih tegas dan terkoordinasi. 

“Zona geografis dan struktur ekonomi Aceh Tengah, sebagai daerah penghasil pertanian dan komoditas hortikultura, seharusnya memberikan keunggulan pada kestabilan harga,” tambahnya.

Menurut beliau, solusi perlu mencakup, penguatan rantai pasokan lokal dan pengawasan distribusi, agar harga komoditas tidak anjlok saat kelebihan pasokan atau melesat saat terjadi gangguan.

Selain itu mantan aktivis ini menjelaskan solusi lainnya, harus sinergi antara pemerintah daerah, petani, dan pelaku usaha, untuk menjaga ketersediaan stok sekaligus mendukung marjin usaha petani dan pedagang.

Solusi akhir ia juga menjelaskan pentingnya advokasi kebijakan harga dan subsidi yang cermat, serta intervensi moneter jika diperlukan untuk menekan lonjakan harga yang tidak proporsional.

Fakhruddin menutup pernyataannya dengan optimisme hati-hati. “Saya percaya bahwa dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah daerah, akademisi, lembaga statistik, dan masyarakat Aceh Tengah mampu menekan laju inflasi tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.”

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI