Kamis, 27 November 2025
Beranda / Ekonomi / Akibat Banjir dan Mati Lampu Antrean BBM Makin Panjang, Ini Sikap Kadin Aceh

Akibat Banjir dan Mati Lampu Antrean BBM Makin Panjang, Ini Sikap Kadin Aceh

Kamis, 27 November 2025 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh, Muhammad Iqbal Piyeung, meminta Pertamina segera membenahi distribusi BBM agar krisis energi tidak berlarut-larut di tengah situasi darurat berupa banjir dan pemadaman listrik. [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Antrean panjang kendaraan di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Banda Aceh dan Aceh Besar semakin mengular dalam dua hari terakhir. Pemadaman listrik berkepanjangan akibat banjir yang melanda Aceh memperparah kondisi distribusi BBM yang sebelumnya sudah bermasalah.

Bahkan sebelum banjir dan pemadaman terjadi, warga telah mengeluhkan panjangnya antrean di beberapa SPBU. Namun sejak dua hari terakhir, situasi berubah drastis: antrean kendaraan mencapai hampir satu kilometer di SPBU Lamdingin, SPBU Kampung Kramat, SPBU Simpang Jam, serta sejumlah SPBU lainnya. Banyak warga terpaksa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mendapatkan BBM, sementara mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi lumpuh.

Sejumlah pengendara menyebut kondisi ini bukan terjadi tiba-tiba, melainkan buntut dari pembatasan distribusi BBM ke Aceh yang dilakukan Pertamina sejak beberapa pekan terakhir. Ketika banjir datang dan listrik padam, Aceh berada dalam posisi paling rentan karena suplai sudah tidak stabil sejak awal.

Menanggapi fenomena ini, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh, Muhammad Iqbal Piyeung, meminta Pertamina segera membenahi distribusi BBM agar krisis energi tidak berlarut-larut di tengah situasi darurat.

“Masalah antrean BBM ini bukan muncul hari ini. Sebelum banjir pun suplai BBM ke Aceh sudah tidak stabil. Pembatasan distribusi membuat Aceh sangat rentan ketika terjadi gangguan alam. Karena itu, Pertamina harus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme pengiriman ke Aceh,” ujar Iqbal kepada Dialeksis, Kamis (27/11/2025).

Dalam situasi bencana, lanjutnya, pasokan energi adalah kebutuhan dasar yang tidak boleh terhenti.

“Ketika listrik padam, masyarakat bergantung pada BBM untuk genset, transportasi, dan kebutuhan mendesak lainnya. Banyak pelaku usaha kecil, transportasi logistik, hingga layanan publik terganggu karena tidak bisa mendapatkan BBM. Ini berpotensi melumpuhkan aktivitas ekonomi.” jelasnya.

Iqbal mendesak Pemerintah Aceh melakukan koordinasi intensif dengan Pertamina agar suplai BBM untuk Aceh diprioritaskan selama masa tanggap darurat. 

“Kadin berharap pemerintah bergerak cepat. Jangan menunggu antrean makin panjang dan kepanikan publik makin besar. Pertamina harus memastikan ada penambahan kuota sementara dan percepatan distribusi.” tegasnya.

Ia juga memberikan kritik konstruktif mengenai perlunya ketahanan energi yang lebih kuat di Aceh.

“Aceh adalah wilayah rawan banjir dan gangguan infrastruktur. Sudah semestinya ada sistem buffer stock atau depo cadangan yang bisa diaktifkan ketika jalur distribusi terganggu. Kita tidak boleh mengulang krisis yang sama setiap kali bencana terjadi. Kadin siap menjadi mitra dalam merumuskan skema distribusi energi yang lebih tangguh.” ujarnya.

Meski situasi di lapangan masih dinamis dan pemulihan listrik berlangsung bertahap, publik berharap koordinasi antara Pemerintah Aceh, Pertamina, dan para pemangku kepentingan segera menghasilkan langkah konkret. Di tengah musibah banjir dan keterbatasan energi, kepastian pasokan BBM bukan sekadar kebutuhan teknis, tetapi penopang utama stabilitas sosial dan ekonomi.

“Aceh membutuhkan respons cepat, terukur, dan berpihak kepada keselamatan serta kenyamanan warga. Kini, semua mata tertuju pada pemerintah dan Pertamina untuk memastikan Aceh tidak kembali terperangkap dalam krisis serupa setiap kali bencana datang,” pungkas ketua Kadin Aceh. [arn]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI