Kamis, 14 Agustus 2025
Beranda / Ekonomi / BPS Ungkap Indikator yang Bikin Aceh Masih Tertinggi Kemiskinan di Sumatra

BPS Ungkap Indikator yang Bikin Aceh Masih Tertinggi Kemiskinan di Sumatra

Rabu, 13 Agustus 2025 12:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Plt Kepala BPS Aceh, Tasdik Ilhamudin. Dokumen BPS Provinsi Aceh.


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh merespons sorotan publik terkait status Aceh yang secara beruntun masih berada di posisi provinsi dengan persentase penduduk miskin tertinggi di Sumatra.

Plt Kepala BPS Aceh, Tasdik Ilhamudin, menegaskan bahwa label termiskin melainkan persoalan tantangan sosial-ekonomi yang sedang dihadapi dan diukur melalui indikator yang jelas serta terstandar nasional.

Menurut Tasdik, BPS tidak mengukur kemiskinan dari persepsi atau penilaian subjektif, melainkan berdasarkan pendekatan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar atau basic needs approach. 

“Kami menghitung kemiskinan dari sisi pengeluaran, baik kebutuhan makanan maupun bukan makanan. Penduduk yang pengeluarannya per kapita per bulan berada di bawah Garis Kemiskinan, itulah yang tergolong miskin,” jelasnya kepada mediq DIALEKSIS.COM, Rabu (13/8/2025).

BPS menghitung Garis Kemiskinan (GK) melalui dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKNM).

GKM adalah nilai pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan minimal setara 2.100 kilokalori per kapita per hari, diwakili oleh 52 jenis komoditi di perkotaan dan perdesaan seperti beras, ikan, daging, telur, sayur, buah, hingga minyak goreng.

GKNM mencakup kebutuhan dasar non-makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan, yang diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis di perdesaan.

“Data utama kami berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) modul konsumsi, ditambah survei khusus paket komoditi kebutuhan dasar. Jadi ini betul-betul data lapangan, bukan asumsi,” tambah Tasdik.

Data terbaru BPS menunjukkan, persentase penduduk miskin di Aceh pada Maret 2025 mencapai 12,33 persen atau sekitar 704,69 ribu orang. Angka ini turun 0,31 poin dari September 2024 yang berada di 12,64 persen (718,96 ribu orang).

Jika dirinci, wilayah perdesaan mencatat penurunan persentase penduduk miskin dari 14,99 persen menjadi 14,44 persen (-0,55 poin), setara berkurangnya 19,7 ribu orang. Sebaliknya, di perkotaan, kemiskinan justru sedikit naik dari 8,37 persen menjadi 8,54 persen (+0,17 poin), bertambah sekitar 5,5 ribu orang.

“Ini artinya perbaikan di desa cukup signifikan, tapi di kota justru ada tekanan baru, kemungkinan dari faktor biaya hidup yang meningkat,” ujar Tasdik.

Beras, rokok kretek filter, ikan tongkol/tuna/cakalang, dan telur ayam menjadi komoditi makanan yang paling memengaruhi nilai Garis Kemiskinan, baik di kota maupun desa. Sementara itu, biaya perumahan, bensin, listrik, dan pendidikan menjadi penyumbang terbesar dari sisi non-makanan.

“Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga turun, yang artinya jurang antara penduduk miskin dan yang hampir miskin sedikit menyempit. P1 turun dari 1,951 menjadi 1,836 dan P2 dari 0,470 menjadi 0,420,” kata Tasdik.

Sejak 2020, angka kemiskinan Aceh mengalami fluktuasi. Pandemi COVID-19 pada 2020“2021 menyebabkan lonjakan, dengan puncaknya pada September 2021 di 15,53 persen. Namun tren menurun mulai tampak sejak Maret 2022.

Tasdik mengingatkan, status termiskin di Sumatra harus dilihat dalam konteks perbandingan persentase, bukan semata-mata jumlah absolut. 

“Aceh memang punya persentase tertinggi di Sumatra, tapi secara jumlah, ada provinsi lain yang penduduk miskinnya lebih banyak. Ini bukan untuk mengurangi keprihatinan, melainkan agar publik memahami konteksnya,” tegasnya.

Ia mengatakan bahwa data BPS seharusnya menjadi rujukan kebijakan, bukan sekadar labelisasi. “Angka ini ibarat cermin, memperlihatkan kondisi sebenarnya. Dari situ, pemerintah dan masyarakat bisa bersama-sama mencari jalan keluar. Yang paling penting adalah bagaimana angka ini terus menurun dari waktu ke waktu,” pungkas Tasdik.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI