Senin, 21 Juli 2025
Beranda / Ekonomi / Harga Beras Melambung, UMKM Kuliner Banda Aceh Kian Terjepit

Harga Beras Melambung, UMKM Kuliner Banda Aceh Kian Terjepit

Minggu, 20 Juli 2025 18:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Warung makan Ayam Geprek Aghina yang berlokasi di kawasan Lampaseh, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh. Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com.


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kenaikan harga beras dalam beberapa pekan terakhir kian menghimpit pelaku usaha kuliner di Banda Aceh. Salah satunya dirasakan Khairuni (36), pemilik warung makan Ayam Geprek Aghina yang berlokasi di kawasan Lampaseh, Kecamatan Kutaraja.

Warung yang dikenal dengan sajian ayam geprek pedas dan sambal khas itu kini harus memutar otak untuk tetap bertahan. Pasalnya, harga beras sebagai bahan pokok utama terus melonjak dan nyaris tak terkendali.

“Biasanya saya beli beras isi 15 kilogram seharga Rp225 ribu. Tapi sekarang sudah tembus Rp260 ribu. Itu pun harus antre di beberapa toko,” ujar Khairuni kepada Dialeksis.com saat ditemui di warungnya, Minggu (20/7/2025).

Kondisi ini menurutnya sangat menyulitkan, sebab setiap hari ia membutuhkan paling sedikit dua karung beras untuk memenuhi pesanan pelanggan. 

Tak hanya itu, sebelumnya Khairuni biasa membeli beras premium ukuran 10 kilogram seharga Rp130 ribu. Namun saat ini, harga karung yang sama telah melonjak hingga Rp160 ribu bahkan Rp175 ribu.

“Bayangkan saja, selisih Rp30 ribu per karung. Kalau sehari dua karung, dalam sebulan beban naik ratusan ribu. Belum lagi cabai, minyak, dan gas elpiji juga naik,” ujarnya sambil menunjukkan catatan belanja warung yang kian membengkak.

Meski demikian, Khairuni mengaku belum berani menaikkan harga jual makanan di warungnya. Menurutnya, pelanggan sebagian besar adalah mahasiswa dan pekerja dengan pendapatan terbatas.

“Satu porsi ayam geprek masih saya jual Rp10 ribu sampai Rp15 ribu. Kalau saya naikkan, pelanggan pasti mengeluh. Tapi kalau dipertahankan, keuntungan makin menipis,” katanya.

Ia berharap pemerintah, terutama dinas terkait di Banda Aceh, bisa menstabilkan harga beras. “Kalau terus begini, kami bisa-bisa hanya kerja untuk tutup modal. UMKM tidak hanya butuh pelatihan, tapi juga perlindungan terhadap gejolak harga pasar,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI