Rabu, 15 Oktober 2025
Beranda / Ekonomi / Krisis Rare Earth Mengintai, Momentum Indonesia Desain Ekonomi Anti-Rapuh

Krisis Rare Earth Mengintai, Momentum Indonesia Desain Ekonomi Anti-Rapuh

Selasa, 14 Oktober 2025 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Indri

Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian menyampaikan ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang kini merambah ke sektor logam tanah jarang (rare earth elements) dinilai menjadi sinyal penting bagi Indonesia untuk menata ulang arsitektur ekonominya. [Foto: net via realitarakyat.com]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang kini merambah ke sektor logam tanah jarang (rare earth elements) dinilai menjadi sinyal penting bagi Indonesia untuk menata ulang arsitektur ekonominya. 

Pemerintah diingatkan agar tak hanya fokus pada ketahanan (resilience), tapi bertransformasi menjadi ekonomi yang mampu tumbuh dalam tekanan atau anti-fragile economy.

Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, mengatakan bahwa dunia tengah bergerak menuju periode yang semakin tidak pasti. Dalam situasi ini, Indonesia perlu memperkuat likuiditas domestik dan memastikan sistem fiskal-moneter yang adaptif.

“Kita tidak butuh benteng perlindungan semata. Yang kita perlukan adalah sistem ekonomi yang hidup, dinamis, dan mengalirkan likuiditas ke sektor produktif,” kata Fakhrul dalam keterangan resmi yang diterima pada Selasa (14/10/2025).

Fakhrul menyoroti langkah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menggerakkan kembali dana pemerintah ke sektor keuangan lewat perbankan sebagai sinyal awal menuju transformasi ekonomi nasional. Namun, ia menekankan bahwa perbankan harus lebih berani menjadi saluran pertumbuhan.

“Uang kita ada, tapi keberanian menyalurkan secara tepat seringkali tidak ada. Ini soal memperkuat mekanisme, bukan hanya jumlah dana,” ujarnya.

Tiga Fokus Strategis

Dalam jangka menengah hingga panjang, Fakhrul menyebut ada tiga langkah penting yang harus diprioritaskan pemerintah untuk memperkuat struktur ekonomi nasional:

1. Membangun sistem pembiayaan produktif dengan risiko terukur--termasuk memperluas peran modal ventura dan instrumen pembiayaan inovatif bagi sektor riil.

2. Menata ulang pengelolaan SDA strategis, terutama logam tanah jarang, agar Indonesia tak hanya jadi pemasok bahan mentah tapi pemain kunci dalam rantai pasok industri global.

3. Menjaga keberlanjutan fiskal dan kredibilitas moneter, guna menjaga kepercayaan pasar di tengah dinamika global seperti ancaman tarif 100% dari AS dan pembatasan ekspor dari Tiongkok.

Momentum Desain Ekonomi Baru

Fakhrul menegaskan, gejolak global seperti krisis rare earth bukan alasan untuk defensif, tetapi justru menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperkuat fondasi ekonomi dalam negeri.

“Ekonomi yang tangguh adalah yang bisa tumbuh saat tekanan datang. Kita perlu desain ekonomi baru yang berpijak pada nilai tambah dan kepentingan nasional,” tegasnya.

Dengan narasi global yang semakin mengarah pada perebutan sumber daya strategis, Fakhrul menilai Indonesia harus mengambil sikap tegas agar tidak terseret arus, tapi justru berdiri tegak sebagai pemain utama dalam ekosistem industri global berbasis SDA. [in]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI