Selasa, 15 Juli 2025
Beranda / Ekonomi / Mei 2025, Utang Luar Negeri Tembus USD 435,6 Miliar

Mei 2025, Utang Luar Negeri Tembus USD 435,6 Miliar

Senin, 14 Juli 2025 17:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia
Ilustrasi. Utang Luar Negeri. [Foto: net via pasardana]

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2025 tercatat sebesar USD 435,6 miliar, tumbuh 6,8% secara tahunan (year-on-year/yoy). Pertumbuhan ini melambat dibandingkan April 2025 yang sebesar 8,2% (yoy). Perlambatan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya laju pertumbuhan ULN pemerintah serta kontraksi pada ULN swasta.

“Struktur ULN Indonesia tetap sehat dan terkendali. Rasio terhadap PDB masih berada di level aman, yakni sebesar 30,6%, dan didominasi oleh utang jangka panjang,” ujar Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, dalam keterangan resmi, Senin (14/7/2025).

ULN Pemerintah Melambat

Pada Mei 2025, posisi ULN pemerintah tercatat sebesar USD 209,6 miliar, tumbuh 9,8% (yoy), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh 10,4% (yoy). BI mencatat perlambatan ini dipengaruhi oleh pembayaran jatuh tempo Surat Berharga Negara (SBN) internasional.

“Di tengah ketidakpastian global, kepercayaan investor terhadap Indonesia tetap terjaga. Ini tercermin dari aliran masuk modal asing ke SBN domestik,” kata Ramdan.

ULN pemerintah terutama digunakan untuk membiayai sektor-sektor prioritas, antara lain Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (22,3% dari total ULN pemerintah), Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial (18,7%), dan Jasa Pendidikan (16,5%).

"Selain itu, ULN juga digunakan untuk Konstruksi (12,0%) dan Transportasi serta Pergudangan (8,7%)," sebut Ramdan. "ULN pemerintah tetap didominasi utang jangka panjang, yakni sebesar 99,9% dari totalnya".

ULN Swasta Kontraksi Lebih Dalam

Sementara itu, ULN swasta mencatat kontraksi sebesar 0,9% (yoy), lebih dalam dibandingkan April yang minus 0,4% (yoy). Posisi ULN swasta pada Mei tercatat sebesar USD 196,4 miliar.

Kontraksi ini bersumber dari ULN lembaga keuangan, yang pertumbuhannya melambat dari 2,8% menjadi 1,2%; ULN perusahaan nonkeuangan, yang mencatat kontraksi 1,4%, lebih dalam dari April yang minus 1,2%.

Sementara itu, sektor ekonomi penyumbang terbesar ULN swasta, yaitu Industri Pengolahan, Jasa Keuangan dan Asuransi, Pengadaan Listrik dan Gas, Pertambangan dan Penggalian.

"Totalnya menyumbang 80,2% dari ULN swasta," ungkap Ramdan. "Mayoritas ULN swasta juga dalam bentuk jangka panjang, dengan proporsi 76,5%."

Bank Indonesia menegaskan akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam memantau dan mengelola ULN.

“Peran ULN akan terus dioptimalkan untuk mendukung pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan, tentunya dengan tetap meminimalkan risiko,” pungkas Ramdan.[ra]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI