DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemadaman listrik yang telah berlangsung dua hari terakhir di sejumlah wilayah Aceh menimbulkan kerugian besar bagi para petani. Ketua Asosiasi Perpadi Aceh sekaligus Wakil Ketua Umum KADIN Aceh Bidang Pertanian, Darmawan, mengaku resah karena aktivitas penggilingan padi lumpuh total.
Menurutnya, kondisi ini bukan hanya merugikan pelaku usaha penggilingan, tetapi juga menghantam petani secara langsung.
“Sudah dua hari listrik padam, penggilingan padi tidak bisa beroperasi. Harga gabah yang sebelumnya Rp6.800 per kilogram kini jatuh menjadi Rp6.300 per kilogram. Petani yang seharusnya menikmati hasil panen justru mengalami kerugian besar,” kata Darmawan kepada Dialeksis, Rabu (1/10/2025).
Darmawan menambahkan, di tengah jatuhnya harga gabah, Bulog yang seharusnya hadir menyerap hasil panen petani belum juga melakukan langkah konkret.
“Bulog pun sampai hari ini belum ada turun tangan membantu penyerapan. Padahal, keberadaan Bulog di Aceh sangat vital untuk menjaga stabilitas harga gabah,” tegasnya.
Ia menilai, tanpa intervensi Bulog, posisi tawar petani semakin lemah. “Kasihan nasib petani kita. Mereka bekerja keras di sawah, tapi hasil panen tidak sebanding dengan biaya produksi. Ini persoalan serius yang tidak boleh dibiarkan,” ujar Darmawan.
Selain menyoroti Bulog, Darmawan juga menyampaikan kekecewaannya terhadap PLN. Menurutnya, pemadaman listrik berkepanjangan bukan sekadar masalah teknis, melainkan persoalan tata kelola yang lemah.
“PLN adalah BUMN yang sudah lama hadir di Aceh, tapi kenapa sampai hari ini pelayanan kelistrikan masih sering gagal? Dampaknya bukan hanya rumah tangga gelap-gelapan, tapi perekonomian masyarakat lumpuh, petani merugi, industri kecil mati,” kritiknya.
Darmawan mendesak agar PLN segera menemukan solusi jangka pendek maupun jangka panjang. “Kita tidak bisa terus beralasan ada gangguan teknis. Kalau memang kapasitas pembangkit kurang, segera cari solusi. Kalau jaringan rapuh, segera perkuat. Jangan tunggu sampai petani dan masyarakat menjerit baru bergerak,” katanya.
Ia juga meminta agar Bulog segera turun tangan melakukan penyerapan gabah dengan harga yang layak. “Kalau harga terus terjun bebas, petani akan malas menanam musim depan. Ini akan berdampak pada ketahanan pangan Aceh. Pemerintah dan BUMN jangan menutup mata,” tandasnya.
Lebih jauh, Darmawan menekankan bahwa krisis ini seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah daerah maupun pusat. “Petani adalah tulang punggung ekonomi Aceh. Kalau sektor pertanian tumbang karena listrik padam dan harga anjlok, maka Aceh akan semakin tertinggal,” ujarnya.
Ia menegaskan, diperlukan sinergi antara PLN, Bulog, dan Pemerintah Aceh untuk menjawab persoalan ini. “Kami di Kadin siap mendorong solusi dan memberi masukan. Tapi yang paling penting, pemerintah jangan hanya memberi janji, harus ada tindakan nyata di lapangan,” kata Darmawan.
Darmawan berharap agar persoalan listrik dan anjloknya harga gabah segera ditangani. “Kami tidak ingin petani Aceh terus-menerus jadi korban. Saatnya PLN memperbaiki pelayanan, dan Bulog menjalankan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Jika tidak, kesejahteraan petani hanya akan jadi jargon tanpa makna,” pungkasnya. [ra]