DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pengamat Kebijakan Publik, Dr. Nasrul Zaman, menegaskan pentingnya peran PT Bank Aceh Syariah (BAS) sebagai instrumen utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Aceh. Menurutnya, BAS tidak boleh lagi hanya terfokus pada penyaluran kredit konsumtif bagi Aparatur Sipil Negara (ASN), melainkan perlu memperluas alokasi pembiayaan ke sektor produktif.
“Kalau selama ini BAS hanya memprioritaskan kredit konsumtif ASN, ke depan harus ada perimbangan. Kredit untuk UMKM dan skala mikro harus diperbesar agar masyarakat terbebas dari jeratan tengkulak dan pinjaman online yang mencekik,” ujar Nasrul, Rabu (10/9/2025).
Ia menilai, jika berharap pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) seperti Mustaqim dan lainnya, jangkauan layanan mereka sangat terbatas dengan modal yang minim. Karena itu, BAS sebagai bank daerah terbesar harus hadir lebih dekat ke masyarakat.
“Selain memperbesar perolehan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari pemerintah pusat, BAS juga perlu mengoptimalkan jaringan layanan hingga ke tingkat desa, seperti dulu yang dimiliki BRI dengan unit desa. BAS harus punya unit desa bila ingin benar-benar berkontribusi besar untuk pembangunan Aceh,” jelasnya.
Nasrul juga menyinggung kepemimpinan baru BAS di bawah Direktur Utama Fadhil Ilyas. Ia menaruh optimisme, gaya komunikasi serta kemampuan membangun jejaring yang dimiliki Fadhil akan mampu menjawab harapan masyarakat Aceh.
“Dengan kecakapan komunikasi dan silaturahmi, saya percaya Fadhil Ilyas bisa mengakselerasi visi dan misi Mualem-Dek Fadh dalam aktivitas perbankan untuk menopang semangat pembangunan Aceh saat ini. Insya Allah, Direktur baru BAS bisa mewujudkan hal itu,” pungkasnya. [arn]