DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Upaya meningkatkan nilai tambah hasil perikanan tangkapan sampingan atau bycatch terus digalakkan di Aceh Barat.
Kali ini, kelompok pengolah dan pemasar hasil laut (Pohlaksar) Camar Laut di Gampong Suak Indrapuri, Kecamatan Johan Pahlawan, mendapat pendampingan langsung dari tim dosen Universitas Teuku Umar (UTU) dalam pelatihan pembuatan terasi berbahan baku bycatch, Sabtu (16/8/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari program pemberdayaan berbasis masyarakat melalui hibah Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia.
Pelatihan dipimpin oleh dosen UTU, Rahmawati, S.P., M.Si, bersama dua rekannya, Nabila Ukhty, S.Pi., M.Si, dan Arrazy Elba Ridha, S.ST., M.T.
Menurut Rahmawati, pelatihan ini lahir dari keprihatinan terhadap masih banyaknya bycatch yang terbuang percuma atau hanya dijual dengan harga rendah. Padahal, bahan tersebut sebenarnya memiliki potensi besar untuk diolah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.
“Selama ini banyak ikan kecil, udang rebon, atau hasil tangkapan lain yang tidak laku di pasar utama hanya dijadikan limbah. Padahal kandungan proteinnya sangat tinggi. Jika diolah dengan benar, hasilnya bisa menjadi terasi berkualitas dengan cita rasa khas yang justru diminati konsumen,” jelas Rahmawati.
Dalam sesi awal, para peserta diperkenalkan dengan teknologi penepungan menggunakan mesin modern. Rahmawati menegaskan, penggunaan mesin penepung memberi dampak signifikan terhadap mutu dan efisiensi produksi.
“Tekstur bahan baku menjadi lebih homogen dan waktu produksi bisa dipangkas secara efisien. Ini penting agar produk bisa diproduksi dalam skala lebih besar tanpa mengurangi kualitas,” tambahnya.
Tak berhenti di teori, para peserta juga langsung mempraktikkan proses pembuatan terasi. Mulai dari pengolahan bahan mentah, fermentasi yang higienis, hingga pengemasan modern yang tahan lama.
Hasil praktik pembuatan terasi dalam kegiatan ini juga diharapkan menjadi model produk siap jual yang segera dapat dipasarkan. Bagi masyarakat pesisir, program semacam ini bukan hanya soal peningkatan keterampilan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru yang lebih berkelanjutan.
Ia mengatakan bahwa Pohlaksar Camar Laut diharapkan mampu memaksimalkan potensi bycatch, mengurangi limbah perikanan, sekaligus memperkuat posisi produk olahan lokal di pasar.
"Ini adalah langkah nyata bagaimana ilmu pengetahuan bisa langsung diterapkan di lapangan untuk kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.
Anggota tim, Nabila Ukhty, menekankan pentingnya standar mutu dalam menjaga konsistensi rasa dan aroma terasi.
“Pemilihan bahan baku berkualitas, proporsi campuran yang tepat, proses fermentasi yang benar, sampai pengemasan yang sesuai standar, semua itu menjadi kunci agar produk bisa bersaing di pasar. Tidak hanya soal rasa, tetapi juga daya simpan produk,” ujarnya.
Antusiasme peserta pun terlihat sepanjang pelatihan. Ketua Pohlaksar Camar Laut, Elvo Almira, menyampaikan apresiasi atas pendampingan dari UTU yang dinilai membawa semangat baru bagi kelompok mereka.
“Pelatihan ini sangat bermanfaat. Kami jadi lebih percaya diri untuk meningkatkan kapasitas produksi. Harapan kami, produk terasi Camar Laut bukan hanya dikenal di pasar lokal, tapi juga bisa menembus pasar luar daerah bahkan nasional,” pungkasnya.[*]