Sabtu, 22 November 2025
Beranda / Ekonomi / Prof Agussabti Nilai Jalur Hijau UMKM jadi Jalan Baru Aceh Memimpin Pasar Global

Prof Agussabti Nilai Jalur Hijau UMKM jadi Jalan Baru Aceh Memimpin Pasar Global

Sabtu, 22 November 2025 19:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Wakil Rektor I Universitas Syiah Kuala (USK), Prof. Dr. Ir. Agussabti, M.Si., IPU., ASEAN Eng. Foto: Nora/Dialeksis 


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Wakil Rektor I Universitas Syiah Kuala (USK), Prof. Dr. Ir. Agussabti, M.Si., IPU., ASEAN Eng menyampaikan gagasan strategis mengenai pentingnya transformasi sektor pertanian dan perkebunan sebagai penggerak utama UMKM Aceh menuju panggung global. 

Pemikiran tersebut ia paparkan dalam kegiatan Muzakarah Saudagar Aceh dan UMKM Expo Saudagar Aceh 2025 yang digelar Majelis Pengurus Wilayah Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (MPW ISMI) Aceh bersama Pemerintah Aceh, Sabtu (22/11/2025) di Balai Meuseuraya Aceh.

Dalam presentasinya yang dihadir langsung wartawan Dialeksis, Prof Agussabti menjelaskan bahwa perekonomian Aceh masih bertumpu pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan kontribusi sekitar 31 hingga 32 persen. Namun, besarnya potensi ini belum sepenuhnya terkonversi menjadi kekuatan ekspor. 

Ia menilai masih terdapat kesenjangan kualitas produk UMKM, lemahnya hilirisasi, hingga rendahnya daya saing yang membuat Aceh sulit menembus pasar global secara konsisten.

Prof Agussabti kemudian menawarkan konsep “Jalur Hijau UMKM”, sebuah pendekatan transformasi berkelanjutan yang mendorong pelaku usaha beralih dari pola produksi konvensional menuju model bisnis yang mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). 

Transformasi ini, menurutnya,”harus terjadi secara menyeluruh mulai dari budidaya, pengolahan, pengemasan, hingga pemasaran agar UMKM mampu menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah, efisien sumber daya, dan memenuhi standar keberlanjutan internasional,” ujarnya. 

Dirinya lanjut menjelaskan bahwa percepatan transformasi tersebut tidak dapat berjalan tanpa kolaborasi antarsektor. Pemerintah memiliki peran dalam menetapkan regulasi, standar hijau, serta memberikan insentif teknologi dan pembiayaan. 

Sementara itu, akademisi diharapkan menghadirkan inovasi berupa varietas unggul ramah lingkungan, teknologi pascapanen hemat energi, serta sistem ketertelusuran digital. 

“Dunia usaha dan UMKM dituntut menjadi motor implementasi dengan mengadopsi praktik produksi berkelanjutan, memperkaya diversifikasi produk, serta mengejar sertifikasi internasional,” jelasnya lebih mendalam kepada audien seminar ISMI Aceh.

Menurut Prof Agussabti, dua aktor tambahan juga perlu dilibatkan untuk memperluas dampak transformasi, yaitu komunitas/LSM serta media dan platform digital. Keduanya berperan dalam membangun kesadaran ekologis, memperkuat pendampingan di tingkat produsen, serta memperluas branding hijau produk Aceh menuju publik internasional. 

Prof Agussabti menilai kolaborasi berlapis ini akan menjadi fondasi penting dalam mempercepat modernisasi UMKM Aceh agar mampu mengakses pasar global dengan lebih percaya diri.

Dalam kesempatan itu, Prof Agussabti turut menyoroti kebutuhan Aceh terhadap penguatan kelembagaan petani, peningkatan standar kualitas, dan percepatan hilirisasi sebagai strategi inti memenangkan kompetisi global. 

Menurutnya, manajemen usaha yang adaptif terhadap dinamika pasar serta pemanfaatan teknologi digital menjadi syarat utama yang tidak dapat ditawar lagi di era perdagangan modern.

Ia menutup paparannya dengan nada optimistis. Transformasi hijau, katanya, bukan hanya bertujuan meningkatkan ekspor semata, tetapi juga menciptakan pembangunan yang inklusif, meningkatkan kesejahteraan petani, serta menjaga kelestarian lingkungan. 

Dengan dukungan penuh Pemerintah Aceh, sinergi bersama ISMI, dan semangat pelaku usaha yang ingin tumbuh sebagai eksportir baru, Prof Agussabti yakin produk lokal Aceh bukan hanya akan bersaing, tetapi mampu memimpin di pasar dunia.

“Jalur Hijau UMKM adalah masa depan ekonomi Aceh. Jika kita bergerak bersama, Aceh bukan hanya bagian dari pasar global, tetapi menjadi pemain utamanya,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI