Beranda / Feature / Dandim 0106; Bila Cinta Gayo Selamatkanlah Danau!

Dandim 0106; Bila Cinta Gayo Selamatkanlah Danau!

Kamis, 04 Mei 2023 19:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo

DIALEKSIS.COM| Ada pernyataan menarik dari seorang militer yang dipercayakan bertugas di Aceh Tengah. Sebagai orang Gayo harus mencintai daerahnya. Cinta bukan hanya sekedar diucapkan, namun dibuktikan dengan perbuatan.

“Saya juga sudah mencintai Gayo. Sebelum saya menjadi Dandim di Aceh Tengah, saya pernah bertugas di Gayo” sebut Letkol. Inf. Kurniawan Agung Sancoyo, ketika dilangsungkan ngopi bareng Kapolres Aceh Tengah dengan para wartawan.

Dalam temu ramah dengan Kapolres yang baru tiga pekan bertugas di Aceh Tengah, AKBP.Dody Indra Eka Putra mengajak Dandim 0106 Aceh Tengah sebagai mitra tugasnya di negeri dingin itu, kumpul bareng dengan wartawan di sana.

Di sela duduk santai sambil menikmati kopi terbaik dunia ini, Dandim menyatakan cintanya kepada Gayo. Bahkan Dandim menanyakan kecintaan wartawan di Gayo, orang Gayo yang membangun negerinya.

“Sederhana saja, kalau cinta Gayo, selamatkanlah Danau Lut Tawar yang menjadi kebangaan rakyat Aceh. Pedulilah pada danau sebelum menjadi rawa-rawa, karena setiap tahunya debit air di danau ini semakin menyusut".


Awalnya Kurniawan menanyakan berapa anak sungai yang mengaliri air di danau. Sebagai orang Gayo harus tahu itu. Selanjutnya bukan hanya tahu berapa anak sungai yang mensuplai air danau, namun bagaimana menjaga debit air di danau ini agar tidak kelak kita dikutuk anak cucu.

“Lihatlah danau saat ini sudah tercemar, sementara kita minum air sumbernya dari sana. Saat ini saja sudah seperti ini, bagaimana nanti dicucu kita, setelah kita masuk kubur, apakah kita tidak dikutuk keturunan kita,” sebut Dandim.

Ikan endimik Danau Lut Tawar juga terancam punah. Anak ikan juga diangkat, bagaimana ikan ini akan berbiak melanjutkan keturunanya dan kelak menunjukan ke cucu kita, bahwa mereka hidup di danau, tanya Kurniawan.

Adanya keramba, jaring apung di seputaran danau sudah selayaknya ditertibkan. Jangan anak ikanpun diangkat, kapan ikan-ikan ini akan berbiak.

“Saya perhatikan jaring-jaring keramba yang bertebaran di danau, bentuk dan ukuranya sama, bisa jadi pemodalnya juga sama,” sebut Dandim.

Mendapat pernyataan ini, salah seorang wartawan yang hadir dalam pertemuan ngopi bareng itu ikut memberikan komentar,” Bagaimana tidak sama, itukan aspirasi dewan (DPRK Aceh Tengah-Red), ada juga oknum tentara dan polisi yang memodalinya,” sebut salah seorang wartawan yang hadir dalam pertemuan itu.

Dandim kembali melanjutkan, “Jangan sudah hancur dulu baru kita terkejut, sudah seharusnya dirawat dan ditertibkan. Di kampung saya juga ada telaga. Belajarlah kita dari pengalaman daerah lain,” pinta Dandim.

Menyingung soal air danau, Dandim menyebutkan, bila ada yang mengatakan bahwa pakan ikan di danau ini bersih, saya katakana tidak. Bisa dibuktikan bila kita menyelami danau, pakan ikan itu akan tersisa di dasar danau.

Tentunya air akan tercemar dan itulah sumber air kita, lantas apakah akan kita biarkan seperti ini terus. Untuk itu bila mencintai Gayo, maka selamatkanlah Danau Lut Tawar, pinta Dandim.

Demikian dengan hutan-hutan serapan air danau, bisa dilihat sendiri bagaimana kondisinya. Apakah sungai-sungai sumber air di danau masih menyediakan air yang dibutuhkan danau. Lihatlah air danau yang terus menyusut dari tahun ke tahun. Cintailah danau kebangaan rakyat ini, pinta Kurniawan.

Dialog sambil ngopi bareng yang digagasi Kapolres Aceh Tengah ba,da Ashar ini banyak membahas isu kantibmas, ketertiban berlalu lintas, namun disela sela materi itu, Dandim justru bertanya kepada wartawan berapa anak sungai yang menyediakan anak untuk Danau Lut Tawar.

Sekedar catatan, dikutip dari WikipediA, Danau Laut Tawar adalah sebuah danau dan kawasan wisata yang terletak di Dataran Tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh. Luasnya kira-kira 5.472 hektare dengan panjang 17 km dan lebar 3,219 km. Volume airnya kira-kira 2.537.483.884 m³ (2,5 triliun liter).

Ada 25 aliran krueng (sungai kecil) yang bermuara ke Danau Laut Tawar dengan total debit air kira-kira 10.043 liter per detik. Kini kondisi sungai itu tidak semuanya mensuplai air untuk kebutuhan danau.

Danau kebangaan rakyat Aceh ini memiliki kedalaman bervariasi. Rerata kedalaman danau: 35 meter dari pinggir danau: 8,9 meter. 100 meter dari pinggir danau: 19,27 meter. 620 meter dari pinggir danau: 51,13 meter.

Rerata suhu air danau diukur berdasarkan kedalaman: 1 meter: 21,55 °C semek semek. 5 meter: 21,37 °C. 10 meter: 21,15 °C, 20 meter: 20,70 °C, 50 meter: 19,35 °C.

Kecerahan tertinggi 2,92 meter (di tengah danau), sedangkan yang terendah 1,29 meter (Kp. Kuala II ). Semakin tinggi kecerahan, maka semakin jernih air.

Selain itu, Danau Lut Tawar memiliki karakteristik kimiawi. Sungai Peusangan, Takengon Tingkat keasaman (pH) rata-rata 8,35.DO, dissolved oxygen atau oksigen terlarut rata-rata 5,94 ppm.

BOD, biological oxygen demand atau kebutuhan oksigen oleh bakteri dan mikroba untuk menetralisir bahan organik kira-kira 0,8 ppm. COD, chemical oxygen demand atau kebutuhan oksigen oleh bakteri dan mikroba untuk menetralisir bahan kimia sangat kecil sehingga tidak terdeteksi.

Masih bersumber dari WikipediaA, tentang flora ditemukan 46 jenis plankton yang terbagi atas 11 kelas di Danau Laut Tawar, dengan rincian kelas Chlorophyceae sebesar 35%, Bacillariophyceae 24%, Myxophyceae 9%, dan kelas lain sebesar 32%. Hydrilla sp., eceng gondok, dan kiambang juga dapat ditemukan hidup di pinggiran danau.

Sementara untuk fauna ditemukan 3 jenis moluska, 1 jenis annelida, 37 jenis ikan, dan 49 jenis serangga yang hidup di kawasan Danau Laut Tawar.

Untuk hewan yang hidup di sekitar danau, ditemukan 20 spesies mamalia yang terbagi atas 13 famili, beberapa di antaranya termasuk hewan yang dilindungi, antara lain binturung, pukas, trenggiling, landak, kancil, napu, owa, siamang, tanado, harimau, kucing hutan, rusa, dan kijang.

Namun kini bagaimana dengan keadaan Danau yang menjadi kebanggaan rakyat Aceh ini. Rasa kekhawatiran Dandim Kurnaiwan dia ungkapkan ke media.  Walau dia bukan pakar lingkungan, namun dia sudah menunjukan rasa empatynya. Kalau bukan kita yang menyelamatkan dan mencintai negeri ini, siapa lagi yang diharapkan. *** Bahtiar Gayo


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda