Senin, 04 Agustus 2025
Beranda / Feature / Gunung Merapi Burni Telong "Tubuh Tua" yang Memberi Sinyal

Gunung Merapi Burni Telong "Tubuh Tua" yang Memberi Sinyal

Minggu, 03 Agustus 2025 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo
Burni Telong di antara hamparan kopi dan pemukiman penduduk, kini levelnya naik ke waspada (foto/dok Pemkab Bener Meriah)

DIALEKSIS.COM| Feature- Tubuhnya sudah tua, sudah lebih seratus tahun tidak lagi memuntahkan lahar. Terakhir ledakanya terjadi pada 7 Desember 1924. Gunung merapi dengan hamparan kebun kopi di bawahnya, sudah 5 kali meletus.

Ledakan keduanya yang terbilang dahsyat. Letusan pada tanggal 12 dan 13 Januari 1839, mengeluarkan abu yang menyebar hingga ke Pulau Weh (Sabang). Gunung ini bernama Burni Telong (gunung terbakar), berada di Bener Meriah, Provinsi Aceh.

Kini, pada 2 Agustus 2025, levelnya naik dari level 1 (normal) menjadi level II (waspada). Laporan kenaikan status itu disampaikan secara resmi oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Badan Geologi.

Dalam laporan khususnya disebutkan, aktivitas gunung berapi Burni Telong, yang terletak di Kabupaten Bener Meriah provinsi Aceh naik dari level I (Normal) ke level II (Waspada) pada 2 Agustus 2025.

Kenaikan level ini, Badan Geologi memberikan pengumuman, agar masyarakat, pendaki (pengunjung) agar tidak mendekati area kawah Burni Telong dalam radius 1,5 kilometer. Tidak berada di daerah fumarol dan solfatara pada saat cuaca mendung atau hujan karena konsentrasi gas dapat membahayakan kehidupan.

Peringatan ini disampaikan Kepala Badan Geologi Republik Indonesia, Muhammad Wafid, Sabtu (2/8/2025) dalam keterangan resminya. Menurutnya, gunung Merapi Burni Telong merupakan gunung api tipe starto dengan ketinggian puncak 2.624 m di atas permukaan laut (dpl) dan pada posisi koordinat 96o49’ 16” BT dan 4o 46’ 10” LU.

Secara administratif termasuk kedalam wilayah Kabupaten Bener Meriah. Menurut pengamatan secara visual pada periode 1 Juli 2025- 2 Agustus 2025 pukul 06.00 WIB, gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut.

Asap kawah tidak teramati. Cuaca cerah hingga mendung, angin lemah hingga kencang ke arah utara, timur laut, timur dan barat. Suhu udara sekitar 18 “ 32°C.

Sementara, menurut Badan Geologi, data kegempaan dari tanggal 1 Juli “ 2 Agustus 2025 pukul 06.00 WIB, 11 kali gempa vulkanik dangkal, 121 kali gempa vulkanik dalam, 24 kali gempa tektonik lokal dan 60 kali gempa tektonik jauh.

Dijelaskan Badan Geologi, pada periode 1 Juli 2025 - 2 Agustus 2025 aktivitas hembusan asap kawah Gunung Burni Telong masih tidak teramati.

Meskipun demikian, gempa vulkanik dalam (VA) pada bulan Juli 2025 mengalami peningkatan cukup signifikan, terutama tanggal 22 “ 24 Juli 2025. Hal ini menunjukkan aktivitas magma atau sistem hidrotermal mengalami peningkatan, meskipun tidak menerus.

“Pada periode ini terekam juga 24 kali Gempa Tektonik Lokal yang mengindikasikan peningkatan tekanan regional di sekitar gunung Burni Telong. Hal ini berlanjut dengan peningkatan gempa vulkanik dangkal pada tanggal 1 - 2 Agustus 2025 sehingga perlu diwaspadai dan dipantau lebih intensif,” jelas Badan Geologi.

Sinyal dari level I (normal) naik ke level II (waspada) yang disampaikan oleh Badan Geologi, mengharuskan masyarakat khususnya di seputaran Burni Telong mengikuti perkembangan gunung merapi yang sudah pernah meledak 5 kali ini.

Sinyal level II (waspada) pernah juga dikeluarkan Badan Geologi untuk Gunung Suelawah pada tahun 2013. Dua gunung merapi yang aktif di Aceh Tengah status pernah naik turun dari normal ke waspada.

Untuk Burni Telong, sesuai dengan Wikipedia, termasuk jenis gunung berapi kerucut. Gunung Burni Telong pernah meletus sebanyak 5 kali, tahun 1837, 1839, 1856, 1919, dan 1924 Masehi.

Gunung Burni Telong meletus untuk pertama kali pada akhir bulan September 1837. Letusan terjadi beberapa kali disertai dengan gempa bumi yang merusak kawasan di sekitarnya. Letusan ini merupakan letusan dengan kondisi normal pada kawah pusat.

Letusan kedua terjadi pada tanggal 12 dan 13 Januari 1839. Letusan ini mengeluarkan abu yang menyebar hingga ke Pulau Weh (Sabang). Letusan ketiga terjadi pada tanggal 14 April 1856. Pada letusan ini keluar abu dan batu dari kawah.

Gunung Burni Telong berhenti meletus lebih dari setengah abad. Letusan keempat baru terjadi pada bulan Desember tahun 1919 dengan letusan yang normal. Letusan terakhir terjadi pada tanggal 7 Desember 1924. Letusan ini sangat kecil sehingga hanya menampakkan lima tiang asap di langit.

Burni Telong kini menjadi kawasan favorit, khususnya bagi pendaki gunung. Hamparan kopi di lereng gunung ini juga dikenal subur, perumahan penduduk di kawasan lembar merapi ini sudah terbilang banyak, bahkan kantor pemerintah Bener Meriah juga tidak berada terlalu jauh di arah selatan.

Burni Telong menjadi gunung pavorit di Aceh. Di gunung ini memiliki ekowisata yang berkaitan dengan flora dan fauna yang hidup di dalamnya. Jenis tumbuhan yang dijadikan sebagai objek ekowisata adalah edelweis dan kantong semar. Sedangkan ekowisata dengan fauna utamanya melalui primata dan burung.

Di Burni Telong hidup beberapa hewan endemik seperti kedih dan siamang. Selain itu terdapat pula 11 jenis burung endemik Pulau Sumatera dan 51 jenis burung lainnya.

Selain Burni Telong, di Aceh dikenal juga Seulawah Agam, gunung yang memiliki tinggi 1726 mdpl ini memiliki nama-nama lain seperti, Solawa Agam, Solawaik Agam, Selawadjanten, dan Goldberg. Kawah Seulawah Agam dikenal sebagai Kawah Heutsz dan ada juga yang menyebut kawahnya sebagai Tanah Simpago

Seulawah Agam dan Seulawah Dara sebagai Kawasan Penyangga Ekosistem Leuser. suhu udara minimum 19-21 C dan maksimum 25-30 C dengan curah hujan yang berkisar 2.000 “ 2.500 mm pertahun, dengan ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut (Mdpl).

Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), pada 16 dan 21 Agustus 1975 terdengar suara gemuruh dan asap keluar dari Gunung Seulawah Agam.

Kemudian pada September 2010, PVMBG juga menaikkan status Gunung Seulawah Agam menjadi waspada karena terjadi peningkatan aktivitas vulkanik, terutama kegempaan di gunung itu. Pada tanggal 4 Januari 2013, status waspada kembali dikeluarkan masih terkait dengan peningkatan aktivitas kegempaan vulkanik.

Selain aktivitas gunung merapi yang statusnya waspada pada 2013, Seulawah dihuni bermacam jenis Flora dan fauna.

Seperti gajah yang di kenal dengan legenda Pocut Meurahnya, rusa, harimau, beruang, kancil, babi hutan, tenggiling, landak dan ular.

Juga terdapat berbagai macam jenis burung yang selalu menghiasi kawasan ini. Luasnya bukit yang terjal yang diselimuti oleh berbagai macam jenis kayu seperti meranti, copat, cemara, beramah, urip, deriam dan semantuk sehingga menjadi penyangga kehidupan bagi mahluk hidup.

Sebenarnya di Aceh, ada 6 gunung merapi yang aktif. Seulawah Agam di Aceh Besar, Peuet Sagoe di Pidie Jaya, Burni Telong di Bener Meriah, dan Gunung Jaboi di Kota Sabang, Burni Geureudong di Bener Meriah dan Gunung Gayo Lesten, lebih terkenal dengan nama Gunung Leuser, di Aceh Tenggara.

Kini, Badan Geologi mengeluarkan pengumuman peningkatan status Burni Telong dari level satu naik ke level dua ditingkat waspada. Alam sudah memberikan tanda, Burni Telong sudah memberikan sinyal, kini dia dalam posisi waspada.

Kekuatan alam, walau manusia sudah memiliki ilmu tehnologi cangggih, namun tidak semuanya mampu mendeteksi apa yang diiinginkan alam. Buktinya letusan Marapi di Sumbar, sudah ada tanda-tanda diisyaratkan alam, namun karena abai dan tidak peka, musibah ini menelan korban.

Gunung Marapi di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, meletus pada Minggu, 3 Desember 2023, sekitar pukul 14.55 WIB. Dari 75 pendaki yang semuanya berhasil dievakuasi, 23 orang meninggal dunia. Rata-rata mahasiswa dan anak muda muda, termasuk polisi di dalamnya.

Saat Merapi Sumbar erupsi, ada sejumlah pendaki yang masih berkemah. Padahal sebelumnya, para pendaki telah diimbau agar tidak mencapai puncak. Sejarah kelam ini menjadi pelajaran yang berharga.

Kini Burni Telong levelnya naik ke waspada, himbauan yang disampaikan Badan Geologi kiranya menjadi sinyal buat semua. Bila alam menunjukan kekuatanya, tidak mampu manusia membendungnya. [bg]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI