Beranda / Feature / Harga Sembako Naik Bukti Ketergantungan Aceh Pada Tetangga

Harga Sembako Naik Bukti Ketergantungan Aceh Pada Tetangga

Sabtu, 04 Desember 2021 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Baga

seorang peternak ayam di Blang Bintang, Aceh Besar menunjukan telur sisa hasil kutipanya, ketika Dialeksis bertandang ke sana. (Foto/ Baga)


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Menjelang ahir tahun dan perayaan natal, harga kebutuhan pokok di Aceh mengalami kenaikan. Tingginya permintaan pasar membuat harga di pasaran mengalami kenaikan. Kok bisa? Padahal di negeri bersyariat ini tidak ada perayaan natal dan tahun baru.

Apalagi saat ini harga minyak goreng meroket di pasaran menyusul naiknya harga CPO dunia (CPO Dumai) yang masih terus terjadi hingga menembus level tertinggi. Di minggu ke-4 November harga CPO Dunia (Dumai) mencapai Rp.12.812/Liter, harga tersebut lebih tinggi 51,06% dibanding November 2020.

Kenaikan harga minyak goring, telah membuat sejumlah komoditi lainya juga mengalami kenaikan. Harga telur dan dan cabai di pasaran menunjukan grafik meninggi. Hampir semua daerah mengalaminya, tiga komoditi ini secara nasional mengalami kenaikan.

Apalagi menjelang natal dan tahun baru, tingginya permintaan membuat harga kebutuhan pokok bergerak naik. Lantas apa hubunganya Aceh yang tidak merayakan natal dan tahun baru, namun ikut-ikutan harga kebutuhan pokoknya naik.

Harga-harga kebutuhan pokok di Aceh sangat tergantung pada toke-toke besar di Medan. Bila di negeri Deli ini harga kebutuhan pokok naik akibat tingginya permintaan pasar menjelang natal, akhir tahun dan memasuki tahun baru, maka Aceh walau tidak merayakan natal dan tahun baru, namun terkena imbasnya.

Inilah hebatnya Aceh. Sembako di sana selalu melonjak tinggi ketika menjelang dan saat dilangsungkan hari hari besar, walau adakalanya di Aceh sendiri tidak merayakanya. Sejak dulu hingga kini hampir semua sembako di Aceh, dipasok dari Medan, sehingga bila di sana harga mahal, maka di Aceh juga ikut melambung tinggi.

“Memang kita di Aceh tidak merayakan natal dan tahun baru, tetapi karena kita masih ketergantungan dengan Medan, maka ketika di Medan naik harga, Aceh juga ikut naik,” kata seorang pedagang grosir di Banda Aceh yang sudah pengalaman dengan keadaan ini.

Tentunya dia berharap, sama dengan harapan masyarakat Aceh, agar pemerintah di Aceh mampu melepaskan ketergantungan dengan Medan, terutama terkait produksi sembako.

Namun jangankan urusan sembako, urusanya tomat dan cabai saja yang seharusnya bisa disediakan di Aceh, tapi hingga kini juga masih tetap ketergantungan dari Medan. Untuk tomat misalnya, bila pasokan tomat dari Medan terhenti, maka Aceh bisa krisis tomat dan harga bisa melambung tinggi.

Ketergantungan Aceh pada tetangga sampai hari ini belum mampu diatasi secara signifikan. Urusan sembako, cabai, tomat, telur, Aceh memang masih sangat ketergantungan dengan tetangganya, Sumatera Utara.

Disaat harga minyak dunia mengalami lonjakan harga, ditambah lagi menjelang natal dan tahun baru, Aceh memang merasakanya.

Lihatlah di lapangan harga komoditi minyak yang mengalami kenaikan. Komoditi minyak goreng curah naik 10,13% dibandingkan bulan lalu, kini menjadi Rp 17.400 per liter, minyak goreng kemasan sederhana naik 11,18% menjadi Rp 17.900 per liter. Minyak goreng kemasan premium naik 9,71% menjadi Rp 19.200 per liter.

Demikian dengan harga telur ayam, di Pasar Induk Lambaro, Aceh Besar, misalnya harga telur ini mengalami kenaikan. Rp 385.000/ikat (300 butir), naik bila dibanding minggu (Rp 375.000/ikat).Demikian dengan seluruh daerah di Aceh harga ini juga mengalami kenaikan.

Demikian dengan gula pasir, dari Rp 595.000/sak (50 Kg) kini menjadi Rp 615.000/sak. Minyak goreng kualitas sedang Rp 17.500/Kg. rata rata pedagang Aceh mengakui kenaikan harga kebutuhan pokok ini sangat ditentukan oleh toke-toke pemasok dari Medan, Sumatera Utara. Bila harga di sana naik, maka di Aceh juga mengalami kenaikan.

Rakyat Aceh tentunya harus bersabar, berdoa dan berusaha, karena sampai saat ini beragam harga kebutuhan pokok di negeri sangat ditentukan oleh tetangga mereka. Bila harga di sana naik, mau tidak mau, di Aceh juga harus naik. Sampai kapan Aceh mengantungkan dirinya kepada tetangga?*** Bahtiar Gayo


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda