Senin, 21 Juli 2025
Beranda / Feature / Pustaka Rasa Mall, Surga Sunyi di Tengah Kota

Pustaka Rasa Mall, Surga Sunyi di Tengah Kota

Sabtu, 19 Juli 2025 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Baim
"Mal Baca" Perpustakaan Wilayah Aceh. [Foto: dok. DPKA]

DIALEKSIS.COM | Feature - Sekilas, bangunan ini tak terlalu menggoda mata. Tampak depan gedung pustaka Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh yang terletak di pusat Kota Banda Aceh itu masih menyimpan kesan kusam karena belum sepenuhnya rampung. Dinding beton yang mulai berlumut dan cat yang belum sempurna, ditambah keadaan yang sunyi membuat suasana terkesan sedikit horor.

Namun, "don't judge book by cover". Ungkapan berbahasa inggris ini tepat sekali menggambarkan gedung pustaka ini secara keseluruhan. Apa yang tampak dari luar sama sekali tak mencerminkan kenyataan di dalamnya.

Begitu kendaraan terparkir rapi di area basement, suasana pun berubah total. Lobi bawah gedung ini menghadirkan kesan yang hangat dan bersahabat. Senyum ramah staf pustaka menyambut setiap pengunjung yang datang -- sebuah sapaan hangat yang menjadi pembuka perjalanan menuju dunia literasi yang benar-benar menyenangkan.

Lift berteknologi baru membawa pengunjung naik ke lantai demi lantai, hingga tibalah mereka di lantai 3 -- jantung utama gedung ini. Di sinilah ribuan buku menanti untuk dijelajahi.

Tapi alih-alih barisan rak-rak kusam dan suasana kaku seperti perpustakaan pada umumnya, pengunjung justru akan merasa sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan modern. Pustaka ini memang didesain dengan konsep menyerupai mall.

Ruangannya bersih, tertata apik, nyaman dan yang paling penting, tenang dan adem. Suasana yang menenangkan itu semakin terasa berkat penataan interior yang cerdas, dengan sekat-sekat tematik yang memudahkan pengunjung menjelajah dunia pengetahuan sesuai minatnya.

Lebih dari sekadar tempat membaca, pustaka ini juga menjadi ruang bereksplorasi. Akses internet gratis tersedia bagi siapa saja yang ingin berselancar di dunia maya. Ada ruang remaja, ruang agama, ruang IT, hingga ruang naskah kuno yang menghadirkan atmosfer berbeda. Bahkan tersedia ruang privat transparan untuk mereka yang ingin membaca secara tenang dan sendiri.

Bagi yang ingin merasakan pengalaman literasi yang berbeda, di dalam gedung ini juga terdapat library theater dengan kapasitas 75 orang, tempat menonton konten edukatif dalam suasana bioskop mini yang nyaman. Semuanya adalah bagian dari 17 layanan yang kini tersedia di pustaka yang diresmikan pada tahun 2022 oleh Gubernur Nova Iriansyah itu.

Menurut Zulkifli, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, yang dijumpai di ruang kerjanya, Kamis, 17 Juli 2025, menceritakan sebelum diresmikan Gubernur Nova, transformasi gedung pustaka ini berawal dari konsep dasar tiga ruang lama, yakni ruang umum, referensi, dan ruang anak.

"Dulunya hanya ada tiga ruang utama, ruang umum, referensi, dan ruang anak," ungkap Zulkifli.

Kini gedung ini menjadi magnet literasi yang dikunjungi sekitar seribuan orang setiap hari. Tak kurang dari 260 ribu eksemplar buku tersedia untuk memenuhi dahaga pengetahuan masyarakat.

Agar penampilan gedung pustaka ini semakin ciamik, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh telah merencanakan untuk menyempurnakan tampilan bagian depan gedung. Selain itu, lantai lima yang saat ini berupa rooftop akan disulap menjadi sebuah café bernuansa pustaka.

"Selain menyediakan kopi dan makanan ringan lainnya, cafe ini juga akan menyediakan buku-buku yang dapat dibaca ketika sedang ngopi," kata Zulkifli.

Bagi Saufa, seorang mahasiswi S2 Ekonomi Syariah di Banda Aceh, perpustakaan bukan sekadar tempat menumpuk buku atau mengejar referensi. Pustaka telah menjadi bagian dari perjalanan akademiknya, sejak awal menempuh kuliah S1hingga kini sedang menapaki jenjang magister.

"Sudah sering ke sini, Pak. Dari awal kuliah sampai sekarang," ujar Saufa, Kamis, 17 Juli 2025. Saat itu, Saufa sedang mengerjakan sejumlah tugas kuliahnya di sudut ruangan.

Baginya, pustaka ini bukan tempat asing. Ia telah menjadi saksi dari perubahan besar yang dilakukan pihak pengelola. Dahulu, perpustakaan ini masih jauh dari kesan modern. Tapi sekarang, suasana dan fasilitasnya sudah berubah drastis. Bahkan, katanya, pustaka ini sekarang terasa seperti ruang pulang.

"Dulu belum ada kantin di lantai atas, sekarang sudah ada. Jaringan internet juga sekarang lebih stabil. Alhamdulillah, akses jadi jauh lebih mudah," tutur Saufa.

Peningkatan layanan tak hanya dirasakan dari fisik gedung atau koneksi internet. Bagi Saufa, sisi informasi pun semakin representatif. Ia mengandalkan akun Instagram perpustakaan untuk memperoleh update, dan kini juga sudah tersedia aplikasi digital yang mempermudah pencarian buku serta layanan lainnya.

Namun, yang membuat Saufa betah bukan sekadar teknologi. "Saya lebih prefer ke sini dibanding tempat lain," katanya. Alasannya sederhana, tapi dalam: "Karena tempatnya cozy, Pak. Maksudnya santai, relax... teduh dan senyap."

Ia menyukai suasana tenang yang disuguhkan di dalam perpustakaan. Tak ada riuh, tak ada kebisingan. Hanya deretan buku, udara sejuk, dan ruang-ruang baca yang membuat siapa pun merasa nyaman untuk berlama-lama. Di sinilah ilmu bisa dinikmati dalam ketenangan, tanpa tekanan.

Bagi pengunjung setia seperti Saufa, perpustakaan ini bukan sekadar fasilitas. Ia adalah ruang teduh tempat pikiran bisa bernafas lega, tempat belajar terasa menyenangkan, dan tempat di mana seseorang bisa merasa "ada" tanpa harus terburu-buru.

Gedung pustaka ini bukan hanya tempat menyimpan buku. Ia telah menjelma menjadi ruang hidup yang menghadirkan keteduhan, pengetahuan, dan kenyamanan dalam satu tarikan napas. Tempat di mana literasi tak lagi kaku, tapi ramah, hangat, dan menyenangkan. [ba]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI