DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Budayawan dan Seniman film Aceh, Davi Abdullah, M.Sn., menilai bahwa penolakan terhadap konser grup musik Slank di Banda Aceh pada Sabtu ini seharusnya tidak dilihat secara sempit.
Menurutnya, kehadiran Slank justru dapat menjadi momentum penting untuk menguatkan pesan anti narkoba di Aceh, mengingat provinsi ini termasuk salah satu daerah yang rawan penyalahgunaan narkotika.
“Slank adalah duta anti narkoba nasional. Pesan-pesan yang mereka bawa bisa menjadi ruang edukatif bagi generasi muda Aceh. Ini justru bisa menjadi panggung moral, bukan panggung maksiat,” ujar Davi Abdullah, Minggu (26/10).
Dalam pandangan culture studies, lanjut Davi, musik memiliki posisi penting dalam membentuk kesadaran sosial di era digital. Melalui distribusi karya dan interaksi budaya yang terjadi, musik berperan sebagai medium komunikasi yang mampu menyentuh lapisan masyarakat luas.
“Musik tidak bisa hanya dilihat dari sudut pandang moral formalistik. Dalam seni, musik adalah bahasa hati, ia menggugah, menyentuh, bahkan bisa mengubah cara pandang seseorang ketika pesan-pesan positif disampaikan dengan cara cara kreatif,” jelasnya.
Menanggapi anggapan sebagian kelompok yang menilai konser musik bertentangan dengan ajaran Islam, Davi menegaskan bahwa persoalan moralitas tidak bisa disederhanakan hanya pada satu ruang atau kegiatan.
“Kalau mau mencari maksiat, itu bisa terjadi di mana saja, bukan hanya di konser musik. Yang penting adalah bagaimana niat, pengawasan, dan nilai yang dibawa dalam kegiatan tersebut,” ujarnya.
Menurut Davi, semangat pelarangan yang tidak diimbangi dengan dialog budaya justru dapat mempersempit ruang ekspresi seni dan melemahkan daya kritis generasi muda.
“Musik seharusnya dijadikan jembatan edukasi, bukan tembok pemisah. Aceh butuh ruang seni. Dan medium musik bisa mengubah sedikit banyaknya tentang narkoba di Aceh,” tutupnya.