Bigboss Barbershop. Foto: dok Instagram
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Bisnis barbershop tengah menjamur di Kota Banda Aceh dalam beberapa tahun terakhir. Tempat pangkas rambut bergaya modern ini tumbuh subur di berbagai sudut kota, menawarkan pelayanan lebih nyaman dan trendi bagi kaum pria. Fenomena tersebut tidak lepas dari meningkatnya minat masyarakat terhadap perawatan penampilan serta konsep barbershop kekinian yang kian digemari.
Pertumbuhan bisnis barbershop di Banda Aceh terbilang pesat dalam tiga tahun terakhir. Tren usaha pangkas rambut modern ini mulai muncul sejak pertengahan 2010-an, diawali oleh hadirnya Bigboss Barbershop pada 2014 yang dikenal sebagai salah satu pionir barbershop modern di Aceh.
Kini, barbershop telah menjadi bagian dari gaya hidup pria urban di Banda Aceh. Meningkatnya kesadaran akan pentingnya penampilan, ditambah konsep barbershop yang menawarkan pengalaman lebih dari sekadar potong rambut, ikut mendorong maraknya bisnis ini. Budaya perawatan diri yang kian kuat, pengaruh media sosial, serta pemulihan ekonomi pascapandemi turut berkontribusi terhadap menjamurnya barbershop di kota ini.
Pemerintah setempat melihat tren ini sebagai peluang positif. Bisnis barbershop dipandang sebagai bagian dari ekonomi kreatif dengan prospek yang menjanjikan.
“Prospek barbershop ini cukup besar karena semua orang juga akan selalu memakai jasa tukang pangkas, tidak mungkin mereka pangkas sendiri,” ujar Plt Kepala Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh, Ir. Muhammad Siswanto menegaskan potensi bisnis pangkas rambut modern tersebut.
Dengan kata lain, kebutuhan masyarakat akan jasa potong rambut menjadi jaminan pasar bagi industri barbershop yang terus bertumbuh.
Konsep Nyaman Tarik Minat Pelanggan
Di kota ini, barbershop modern dapat ditemui dari pusat kota hingga kawasan kampus. Sejumlah tempat pangkas rambut populer antara lain Bigboss Barbershop, Homies Barbershop, NBC Barbershop, Marko Barbershop, hingga Raden The Barber. Masing-masing bersaing menawarkan konsep unik dan pelayanan terbaik untuk menarik pelanggan.
Layanan yang disediakan umumnya lebih lengkap dibanding pangkas rambut tradisional. Selain potong rambut dengan berbagai model terkini, barbershop menawarkan pula cuci rambut (hair wash), creambath, pijat kepala, sampai penataan styling rambut sesuai tren terbaru. Pelanggan bisa mendapatkan paket perawatan menyeluruh dalam satu kunjungan, sesuatu yang jarang ditemukan di tukang pangkas konvensional.
Fenomena barbershop modern ini juga mengubah fungsi tempat pangkas rambut menjadi ruang sosial. Banyak pelanggan datang bukan sekadar untuk memotong rambut, tetapi juga menikmati interaksi santai dengan barber. Sesi pangkas rambut kerap diisi obrolan ringan antara pelanggan dan pemangkas, menciptakan suasana akrab di mana pelanggan merasa dihargai dan didengar.
Bahkan, bagi sebagian anak muda, pergi ke barbershop telah menjadi gaya hidup. Usai mendapatkan potongan rambut keren, tak sedikit yang langsung berfoto atau membuat video untuk diunggah ke Instagram dan TikTok. Barbershop pun menjelma menjadi tempat aktualisasi diri di era media sosial.
Maraknya barbershop modern ini diakui membawa tantangan bagi usaha pangkas rambut tradisional. Banyak tukang cukur klasik yang dulunya mendominasi, kini mulai tersaingi oleh barbershop bergaya milenial.
“Pangkas tradisional mungkin kalah dalam hal pelayanan dan tren model rambut,” ujar Dedi, seorang barber muda, seraya menyarankan pangkas rambut konvensional berinovasi agar tetap diminati.
Inovasi tersebut misalnya menambah layanan modern atau meningkatkan kenyamanan tempat pangkas lama, supaya pelanggan merasa betah dan tidak beralih sepenuhnya ke barbershop.
Respon Warga Banda Aceh
Menjamurnya bisnis barbershop di Banda Aceh mendapat tanggapan beragam dari masyarakat. Mirza Ferdian, salah seorang warga Banda Aceh, merasakan adanya perubahan kebiasaan dalam hal pangkas rambut.
“Dulu kita pangkas rambut di kios sederhana, sekarang di mana-mana ada barbershop berkonsep modern. Tempatnya nyaman, ber-AC, ada musik juga, jadi pengalaman potong rambut jadi lebih menyenangkan,” ujarnya kepada Dialeksis.
Menurut Mirza, kehadiran banyak barbershop memberikan pilihan baru bagi konsumen. Ia melihat generasi muda khususnya lebih menyukai pangkas rambut di barbershop karena selain hasil potongannya lebih trendy, suasananya juga mendukung untuk bersantai.
“Walaupun mungkin bayar sedikit lebih mahal daripada pangkas biasa, tapi kan sebanding dengan fasilitas dan style yang didapat,” tambahnya, memahami alasan kaum muda rela mengeluarkan biaya ekstra.
Sementara itu, Nasrul Rizal, warga lain yang mengaku rutin menggunakan jasa barbershop, merasakan sendiri manfaat layanan pangkas rambut kekinian ini. Ia berpendapat bahwa kualitas hasil dan pelayanan di barbershop membuatnya enggan kembali ke pangkas tradisional.
“Di barbershop, tukang cukurnya ramah dan profesional, model rambut saya bisa dipilih sesuai tren. Walaupun harganya lebih mahal sedikit, hasilnya rapi dan memuaskan,” kata Nasrul.
Baginya, atmosfer yang nyaman dan pelayanan tambahan seperti cuci rambut atau pijat ringan setelah pangkas menjadi nilai lebih. Nasrul menyebut pengalaman pangkas di barbershop terasa seperti “perawatan diri” yang membuatnya percaya diri dengan penampilan barunya.
“Saya puas, uang yang keluar terasa sepadan dengan layanan yang saya dapat,” ujarnya sembari tersenyum.
Dengan semakin banyaknya barbershop bermunculan, persaingan bisnis ini kian ketat namun positif. Konsumen di Banda Aceh kini menikmati standar baru dalam layanan pangkas rambut pria.
Fenomena barbershop modern tidak hanya membuka lapangan kerja bagi pemuda kreatif, tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat bahwa merawat penampilan di barber yang nyaman sudah menjadi kebutuhan umum.
Selama tren fashion dan gaya hidup terus berkembang, bisnis barbershop di Banda Aceh tampaknya akan terus tumbuh seiring tingginya permintaan akan layanan pangkas rambut yang kekinian dan berkualitas.
Sebelumnya
