Sabtu, 04 Oktober 2025
Beranda / Pertahanan dan Keamanan / Kapolda Aceh Serukan Harmoni: “Sudah Saatnya Membangun, Bukan Membahas Disharmoni”

Kapolda Aceh Serukan Harmoni: “Sudah Saatnya Membangun, Bukan Membahas Disharmoni”

Sabtu, 04 Oktober 2025 16:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Aceh, Irjen Pol Marzuki Ali Basyah. Foto: Ist


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Aceh, Irjen Pol Marzuki Ali Basyah, menyerukan agar seluruh elemen masyarakat Aceh berhenti memperbincangkan perpecahan dan mulai menebar semangat kebersamaan. Ia menegaskan, sudah saatnya rakyat Aceh bersatu dalam semangat membangun daerah.

“Sudah bukan waktunya lagi membahas disharmoni ataupun disintegrasi. Sekarang waktunya membangun,” kata Irjen Marzuki di Banda Aceh, Sabtu, 4 Oktober 2025.

Menurut Marzuki, rakyat Aceh perlu memperkuat harmonisasi di tengah keragaman. “Kita harus menciptakan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dari berbagai elemen yang berbeda agar bisa berjalan bersama,” ujarnya.

Ia menjelaskan, harmonisasi sosial bukan sekadar jargon, melainkan upaya nyata untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang damai, sejahtera, dan saling menghormati. Dalam pandangannya, harmoni adalah fondasi bagi pembangunan berkelanjutan di Aceh.

Kapolda menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor yang dikenal dengan konsep Pentahelix, yaitu kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media. 

“Model kolaborasi ini menjadi kunci untuk mencapai kesejahteraan bersama, khususnya dalam konteks pembangunan Aceh,” tegasnya.

Menurut Marzuki, semua unsur itu harus berperan aktif dan saling melengkapi. Pemerintah menciptakan regulasi dan dukungan kebijakan, dunia usaha menyediakan lapangan kerja, akademisi memberi riset dan inovasi, media menjadi pengawal transparansi, sementara masyarakat menjadi pelaku utama perubahan.

Dalam pidatonya, Marzuki juga menyinggung nilai-nilai historis yang menjadi inspirasi. “Rasulullah SAW telah memberi teladan bagaimana membangun Madinah sebuah kota yang harmonis, adil, dan berperadaban. Konsep Madani itu yang harus kita wujudkan di Aceh,” ucapnya.

Ia menambahkan, konsep harmonisasi juga pernah diterapkan dengan gemilang pada masa Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636). “Di bawah kepemimpinannya, Kesultanan Aceh mencapai puncak kejayaan dan menjadi kerajaan terkuat di kawasan Selat Malaka serta bagian barat Nusantara,” ujar Marzuki.

Salah satu simbol keberhasilan harmonisasi itu, kata Marzuki, adalah kawasan Peunayong yang kini dikenal sebagai Pecinan Aceh. “Peunayong menjadi tempat aman dan nyaman bagi para pedagang asing. Sultan menjamu tamu-tamu dari berbagai bangsa di sana. Aceh menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai,” jelasnya.

Selain itu, Sultan Iskandar Muda juga menjalin hubungan diplomatik dengan banyak negara, membangun sistem hukum yang adil, dan menegakkan qanun dengan tegas. “Semua itu berawal dari harmonisasi dan rasa saling percaya di tengah masyarakat yang majemuk,” lanjutnya.

Kapolda Aceh menegaskan bahwa semangat harmonisasi harus dihidupkan kembali sebagai fondasi bagi pembangunan ekonomi dan sosial Aceh. 

“Penerapan harmonisasi seperti yang dilakukan Sultan Iskandar Muda terbukti membawa kejayaan bagi Aceh. Bahkan nilai-nilainya masih hidup hingga sekarang meusyuhu sampai kini,” tuturnya.

Menurutnya, harmoni memiliki arti penting dalam menciptakan persatuan, mengurangi konflik, membangun masyarakat inklusif, dan meningkatkan efisiensi pemerintahan. 

“Dengan terciptanya suasana harmonis, investasi akan masuk, industri tumbuh, ekonomi meningkat, dan angka kemiskinan serta pengangguran berkurang,” kata Marzuki.

Ia mengakhiri dengan ajakan agar seluruh pihak menebar energi positif. “Mari kita bersama membangun Aceh dengan semangat harmoni, karena dari sinilah peradaban dan kemajuan akan tumbuh,” pungkas Kapolda Aceh Irjen Pol Marzuki Ali Basyah. []

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI