Minggu, 04 Mei 2025
Beranda / Liputan Khusus / Indepth / Rosario De Marshall “Preman” Hercules yang Membuat Gaduh

Rosario De Marshall “Preman” Hercules yang Membuat Gaduh

Minggu, 04 Mei 2025 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (kiri), Herculues (tengah), dan Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo (kanan). [Foto: kolase dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Indepth - Tubuh lelaki ini tidak lagi sempurna, penuh luka. Bahkan salah satu bola matanya bukan lagi orisinal setelah dihantam butiran timah panas. Dia kenal dengan preman Tanah Abang.

Seiring perjalanan waktu akhirnya dia mendirikan organisasi. GRIB namanya (Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu). Organisasi ini pernah membuat gaduh, bentrok dengan Pemuda Pancasila (PP) Jawa Tengah dan Bandung Jawa Barat, berdampak pada aksi pembakaran mobil polisi.

Pemimpin organisasi ini Rosario de Marshall, dia lebih dikenal dengan panggilan Hercules. Nama Hercules ditabalkan kepadanya ketika dia membantu tentara dalam operasi di Timor-Timur.

Kini dia menjadi perhatian publik, dia berbenturan dengan sejumlah jendral purnawirawan dan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Bahkan dengan Kang Dedi, Hercules mengeluarkan ultimatum, akan mengepung Gedung Sate dengan mengerahkan anggota mencapai 50.000.

Para Jendral purnawirawan yang berseteru dengannya dan Kang Dedi menyatakan Hercules sebagai preman. Aksi premanisme harus diberantas.

Bagaimana perseteruan antara Hercules dengan pejabat di Bumi Pertiwi dan sejumlah Jendral Purnawirawan. Rosario menyatakan dia tidak takut. Siapa Hercules? Bagaimana perseteruan yang membuat gaduh ini, Dialeksis mengurainya.

Hercules - Sutiyoso

Hercules menjadi buah bibir kembali, dalam sebuah video dia menyebutkan mantan Gubernur Jakarta Letjen (Purn) Sutiyoso dihina dengan sebutan 'bau tanah' tidak usah mengurus Ormas. Pernyataan itu disampaikan Hercules, setelah Sutiyoso mendukung revisi Undang-Undang Ormas, yang digulirkan Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian.

Mantan gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso mengungkap pengalamannya bersinggungan dengan Ormas yang berlaku bak preman, seperti dalam tayangan di Youtube tvOneNews, tayang Minggu (27/4/2025).

Sutiyoso menjelaskan, semasa menjabat Panglima Komando Distrik Militer (Kodam) Jaya pada 1996-1997, dia yang bertanggung jawab dengan keamanan Jakarta sering berurusan dengan Ormas.

Menurutnya, pengalaman dengan ormas yang berlaku layaknya preman sangat tidak menyenangkan. Hal itu ia rasakan kurang lebih 11 tahun, ditambah masa jabatan Gubernur Jakarta.

"Jadi waktu panglimapun sudah begitu, hiruk pikuknya ibu kota oleh aksi-aksi ormas yang menjelma jadi preman tukang palak, terutama di tempat-tempat hiburan," kata Sutiyoso.

"Saya sangat mendukung Pak Tito Mendagri mau merevisi UU Ormas ini. Bukan tingkah laku mereka saja yang harus dievaluasi ya, tapi juga cara berpakaian. Saya tidak nyaman melihat ormas berpakaian yang terkesan lebih tentara dari tentara," sebut Bang Yos, panggilan akrabnya.

"Pasukan khusus misalnya, bagaimana kita itu untuk mendapatkan baret merah enam bulan latihannya, dari Batujajar, ke gunung hutan, jalan 10 hari ke Cilacap ke Nusakambangan pakai baret merah, tahu-tahu dipakai ormas-ormas ini, kita sangat kecewa lah," jelasnya.

Pernyataan Sutiyoso yang viral itu, dijawab oleh Hercules dengan pedas, bahkan dia menantang Sutiyoso. Rosario de Marshal menganggap Sutiyoso telah menyinggung ormas.

Dengan nada mengejek seperti dalam tayangan video, Hercules meminta Sutiyoso untuk diam. Pernyatan ketua GRIB ini disampaikanya ketika memberi dukungan kepada Razman Nasution yang sedang bersidang di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Selasa (29/4/2025).

"Kayak Pak Sutiyoso itu ngapain, Pak Sutiyoso itu gak usahlah menyinggung ormas, sudahlah kalau saya bilang mulutmu sudah bau tanah. Gak usah nyinggung-nyinggung kita," tegas Hercules.

Hercules juga tegas mengatakan, tidak takut terhadap Sutiyoso. "Orang boleh takut sama Pak Sutiyoso, saya gak takut," sebutnya.

Pernyatan Hercules ini membuat Jendral Purnawirawan Gatot Nurmantyo “berang” dan memberikan statamen keras.

Kang Dedi dan GRIB

Sebelum kita ikuti “pertarungan di udara” antara Jendral Gatot Nurmantyo dan lelaki dari Timor Timur ini, kita simak dulu perseteruan antara Kang Dedi, Gubernur Jawa Barat dengan kelompok Grib yang dipimpin Rosario.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan komitmennya untuk menindak tegas maraknya aksi premanisme yang meresahkan masyarakat dan dunia usaha di wilayahnya dengan segera membentuk Satuan Tugas (Satgas) Anti-Premanisme.

Hal itu guna memastikan keamanan dan ketertiban, terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri yang kerap diwarnai peningkatan kasus pemalakan dan pemerasan oleh preman. Menurut Dedi, keputusan membentuk satgas ini didasarkan pada peningkatan kasus premanisme di sejumlah daerah di Jawa Barat.

"Satgas ini harus segera dibentuk untuk menangani tindakan premanisme secara cepat dan tegas," ujar Dedi dalam konferensi pers di Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (21/3/2025).

Menurutnya, dia mendapat banyak laporan mengenai tindakan kriminal oleh kelompok preman, termasuk pemaksaan pemberian tunjangan hari raya (THR) kepada instansi pemerintah maupun swasta.

Untuk itu pihaknya membentuk Satgas, tidak hanya akan melibatkan kepolisian, tetapi juga unsur TNI dan Polisi Militer (POM/PM). Dedi menekankan pentingnya sinergi antarlembaga untuk memastikan bahwa tindakan terhadap premanisme dapat dilakukan secara menyeluruh dan efektif.

"Satgas Anti-Premanisme terdiri dari unsur TNI-Polri dan POM atau Polisi Militer. Nanti akan ada lembaga khusus yang menangani ini di tingkat kabupaten dan kota, serta akan disediakan nomor telepon khusus untuk pengaduan," jelasnya.

"Kita ini pemerintah menjalankan tugas untuk menjaga investasi berjalan dengan baik, rakyat bisa bekerja, rakyat bisa sejahtera," kata Dedi di Bandung.

Dedi mengatakan akan selalu memberikan rasa aman kepada masyarakat Jawa Barat dan para investor. Ia mengaku tidak takut terhadap ancaman apapun.

Aksi Kang Dedi ingin memberantas preman dengan membentuk tim, mendapat reaksi dari GRIB. Razman Arif Nasution Juru Bicara Ketum GRIB Jaya Hercules, bagaikan mengultimatum Dedi Mulyadi. Razman meminta Dedi tidak mengganggu kegiatan ormas yang dapat berpotensi menjadi konflik.

Namun Kang Dedi tetap sikapnya, tidak takut menghadapi ancaman apapun. Dia tetap dengan prinsipnya Jawa Barat harus aman dari aksi preman.

Suasana panas, Kang Dedi kembali mendapat ultimatum, Ormas Grib ini akan mengerahkan masa yang disebut sebut jumlahnya mencapai 50.000 orang mengepung Gedung Sate, tempat Gubernur Jawa Barat bertugas.

Ancaman ini menjadi viral dan menjadi pembahasan, memunculkan perlawanan. Rakyat Jawa Barat juga bangkit menyatakan kesiapanya untuk membela Dedi Mulyadi. Mereka menyatakan sikapnya membela sang gubernur.

Kemenangan Dedi Mulyadi dalam meraih kursi Gubernur Jawa Barat bukan karena GRIB, tapi karena masyarakat memang mencintai Dedi Mulyadi. Demikian alasan sejumlah pembela Kang Dedi yang pernyataannya viral di berbagai media.

Gatot Nurmantyo

Pernyataan Hercules terhadap Jendral Purnawirawan Sutiyoso membuat Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo marah besar ke Ketum Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB). Gatot Nurmantyo menyebut Hercules sebagai preman yang mengunakan pakaian ormas.

"Ingat kau dulu TBO (Tenaga Bantuan Operasi), kau bisa ke Jakarta pakai apa? Sudah purnawirawan juga yang bawa kau ke sini, kok ngomong seenaknya kayak gitu tidak sopan, sudah jadi raja kau? Kamu itu kan preman memakai pakaian ormas," kata Gatot dalam video pernyataannya yang viral.

"Saya bisa buktikan kalau itu preman, di Jawa Barat mengatakan kalau ingin didukung oleh GRIB, pertama mencintai dulu GRIB baru mencintai rakyat. Pakai dong otakmu, Gubernur, Bupati, Wali Kota itu harus mencintai rakyat dulu karena dia pejabat rakyat, karena yang milih rakyat, bukan GRIB, preman itu," sebut Gatot dengan nada tinggi.

Gatot juga menyinggung aksi pembakaran mobil polisi di Depok, Jawa Barat. Gatot mengaku marah besar karena ulah oknum GRIB ini.

"Yang kedua, ini yang bikin saya marah, kejadian di Depok. Polisi itu adalah alat negara yang melaksanakan ketertiban melindungi masyarakat, ketika akan menangkap, dilawan dikepung, negara apa ini? Alat negara, mobilnya dibakar," ujar Gatot.

"Kalau saya diam orang akan menyangka bahwa polisi sudah nggak ada, adanya preman, ini bahaya untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia," sebut Gatot yang mengingatkan Hercules agar sopan dalam berbicara.

"Satu dia menghina pensiunan Kopassus, eh kau menghina Presiden saya. Jenderal Prabowo itu Komandan Jenderal Kopassus, Pangkostrad, Presiden saya, kau bilang bau-bau tanah, saya juga bau tanah. yang sopan bicara," tegas Gatot yang terlihat mengacungkan jarinya.

Gatot mengatakan semua anggota TNI berharap bisa pensiun menjadi purnawirawan karena panjang umur dan sukses menjalankan tugasnya.

"Pak Sutiyoso itu bukan langsung bintang 3 lho, purnawirawan bukan langsung begitu, mereka berdarah-darah, termasuk saya berdarah di Timor Timor," kata Gatot.

"Ingat kau dulu TBO (Tenaga Bantuan Operasi), kau bisa ke Jakarta pakai apa? Sudah purnawirawan juga yang bawa kau ke sini, kok ngomong seenaknya kayak gitu tidak sopan, sudah jadi raja kau? Kamu itu kan preman memakai pakaian ormas," kata Gatot sambil menunjuk-nunjuk ke arah kamera.

Akhirnya Ketua Umum DPP Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu Jaya (GRIB Jaya) Rosario de Marshall alias Hercules meminta maaf kepada mantan Gubernur DKI Jakarta yang purnawirawan TNI AD Sutiyoso atas ucapan yang ia lontarkan.

"Karena Pak Sutiyoso dari komando pasukan khusus baret merah. Saya sangat hormat dan saya sangat kagum kepada beliau. Atas kesalahan saya kemarin salah mengucap itu saya minta maaf sebesar-besarnya," kata Hercules dikutip dari kanal Youtube GRIB TV, Jumat (2/5/2025).

Di sisi lain, seperti dilansir CNN Indonesia, Hercules mengkritik Eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang disebut telah mengucapkan pernyataan bengis kepada dirinya. Ia mengaku tak takut kepada Gatot.

Hercules mengaku tidak terima disebut Gatot melakukan premanisme. Ia mengklaim telah memperbaiki diri dengan sering pergi ke Tanah Suci dan menyantuni anak yatim piatu.

“Aku enggak salah, enggak punya salah dengan Pak Gatot loh. Pak Gatot sampai bicara premanisme, kurang ajar. Aku salah apa Pak Gatot? Pak Gatot yang aku hormati yang aku muliakan," ujar dia.

Hercules mengklaim melarang seluruh anggota GRIB melakukan tindakan premanisme. Ia menghormati hukum yang berlaku di Indonesia.

Hercules juga mengaku mendukung seluruh upaya kepolisian menindak anggota GRIB di Depok yang membakar mobil polisi dan melawan pihak kepolisian.

"Kenapa sih Pak Gatot bicara masalah peristiwa Depok pembakaran mobil polisi saya sudah menelpon Pak Kapolda Metro Pak Karyoto, dan saya menelpon Kabagops Polres Depok," katanya.

"Saya meminta tindak mereka habis tangkapin mereka semua yang terlibat dibalik penyerangan mobil polisi yang dibakar, bila perlu tembakin kaki mereka," sebutnya.

Oleh karena itu, Hercules meminta Gatot memperbaiki ucapannya dan saling memyampaikan permohonan maaf dengan dirinya.

"Pak Gatot memperbaiki koreksi statement itu dan saya menahan diri mengoreksi apa-apa statement saya yang salah ya kalau memang bisa saling memaafkan," ujarnya.

Siapa Rosario de Marshal yang Mendapat Julukan Hercules?

Rosario de Marshal adalah figur kontroversial. Dari berbagai sumber yang berhasil Dialeksis.com rangkum, pada awalnya, dia dikenal sebagai mantan preman Tanah Abang yang memiliki kekuasaan di wilayah Jakarta.

Pada 2022, Hercules diangkat sebagai tenaga ahli di Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD DKI Perumda Pasar Jaya. Dia menduduki jabatan tersebut bersama M Rifky alias Eki Pitung.

Sebelum menjadi tenaga ahli di Perumda Pasar Jaya dan jadi tokoh di Tanah Abang, Hercules sempat membantu operasi militer di Timor Timur. Bahkan nama Hercules adalah julukan yang diberikan kepadanya oleh Komando Pasukan Khusus yang bertugas di Timor Timur pada 1975.

Julukan ini diberikan tentara karena Rosario mampu memikul karung seberat 100 kilogram meski badannya kecil. Dia membantu TNI dan kemudian dibawa ke Jakarta.

Hercules berasal dari keluarga petani di Dili,tiba di Jakarta sekitar tahun 1987 sebagai bagian dari kampanye penerimaan masyarakat Timor Timur oleh Indonesia.

Dia kemudian berjualan rokok di kawasan Tanah Abang. Di pusat perdagangan tekstil terbesar di Asia Tenggara itu, ketika itu Hercules sering menjadi sasaran pemalakan para preman.

Namun, seperti yang dicatat dalam buku Politik Jatah Preman karya Ian Douglas Wilson (2015), Hercules memberikan perlawanan.

Pada tahun 1993, kelompok yang dipimpinnya (pemuda Timor Timur) menguasai Kelurahan Jatibunder, Tanah Abang, yang sebelumnya didominasi kelompok Betawi dan Madura. Kelompok ini mengontrol pungutan dari pedagang di pasar utama serta kegiatan di kawasan Bongkaran dekat stasiun.

Dia bertahan di Tanah Abang hingga tahun 1997. Namun, dalam sebuah bentrokan berdarah dengan kelompok Betawi yang dipimpin Muhammad Yusuf Muhi alias Ucu Kambing berhasil mengusir kelompok Hercules.

Sebagai preman Hercules telah kehilangan sebelah mata kanan, ditembak dari jarak dekat. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka akibat dibacok ratusan kali. Dia sering dikeroyok, namun sampai kini masih menghirup udara.

Hercules sempat menetap di kampung halaman istrinya di Indramayu tetapi tetap menjalankan bisnis jasa keamanan.

Saat di Timor Timur, Kolonel Gatot Purwanto, merekrut Hercules. Dia juga dekat dengan Prabowo Subianto. Mereka bertemu pertama kali ketika terjadi perang saudara di Timor Timur. Hercules memberikan bantuan logistik kepada TNI, khususnya pasukan Kopassus yang dipimpin oleh Prabowo.

Kini Hercules memimpin Ormas GRIB, yang tidak memiliki hubungan dengan Partai Gerindra, partai politik yang dipimpin Prabowo. Walau dalam pemilihan presiden 2024, Hercules memerintahkan semua anggota GRIB Jaya mendukung Prabowo sebagai presiden.

Kini namanya kembali diperbincangkan karena kicauan dan sikapnya. Dia berbenturan dengan para jendral purnawirawan dan bersitegang dengan Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi. Sejarah apa lagi yang akan terukir? [bg]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
diskes