Rabu, 14 Mei 2025
Beranda / Kolom / Musda 2025: Saatnya Golkar Aceh Dipimpin Darah Muda!

Musda 2025: Saatnya Golkar Aceh Dipimpin Darah Muda!

Selasa, 13 Mei 2025 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Aryos Nivada

Penulis: Aryos Nivada (pendiri Jaringan Survei Inisiatif dan Lingkar Sindikasi)


DIALEKSIS.COM | Kolom - Mengusung semangat pembaharuan dari pinggiran Pulau Sumatra, Aceh kini menjadi laboratorium politik Golkar Baru, tempat di mana kader-kader muda dipersilakan menggugat tradisi demi menyalakan nyala inovasi.

Momentum Musda DPD I Aceh Juni 2025 bukan sekadar pergantian pucuk pimpinan, melainkan titik tolak lahirnya energi segar yang siap meneguhkan posisi Golkar sebagai partai modern yang benar-benar merakyat.

Inilah babak baru perjalanan Golkar Aceh: di mana visi muda berpadu dengan kebijaksanaan pengalaman untuk menulis ulang peta politik lokal dengan tinta keberanian.

Tentunya dengan mempelopori Golkar Baru dari Aceh, Bisakah Partai Golkar menghadirkan kebaruan yang baru lagi?

Paska orde baru, Golkar hadir dengan paradigma baru. Paradigma baru ini melepaskan citra diri sebagai the ruller’s party menjadi sepenuhnya partai yang senantiasa membawa pembaharuan.

Aspek pembaruan ditunjukkan melalui perubahan struktur atau kelembagaan sehingga tidak lagi dipandang sebagai mesin pemilu atau alat politik untuk melegitimasi kekuasaan sebagaimana dalam paradigma lama.

Dengan paradigma baru maka Partai Golkar menjadi Partai politik yang modern dalam pengertiannya yang sebenarnya.

Tokoh kunci pembaharuan dengan paradigma baru itu terjadi pada masa Akbar Tandjung memimpin Golkar, dan hasilnya Golkar sampai saat ini masih menjadi salah satu partai terbesar di Indonesia.

Terpilihnya Bahlil Lahadahlia sebagai Ketua Umum Golkar pada Agustus 2024 juga momen pembaharuan berikutnya di Golkar.

Golkar lagi - lagi bisa membuktikan sebagai partai modern yang membuka kesempatan besar kepada semua kadernya untuk menjadi Ketua Umum Golkar sekalipun berasal dari daerah yang jauh dari ibu kota.

Bahlil adalah putra Papua yang terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Umum Partai Golkar dalam Musyawarah Nasional (Munas) XI Golkar, Rabu (21/8/2024).

Alangkah hebatnya manakala di Aceh dalam Musda DPD I Aceh pada Juni 2025 dihadirkan pembaharuan berikutnya, berupa memberi kepercayaan kader muda Golkar untuk menjadi Ketua DPD I Golkar Aceh.

Tradisi memilih kader muda untuk memimpin Golkar tidak boleh lagi diabaikan. Buktinya, Bahlil sendiri terbilang masih muda, terpilih saat usia 48 tahun.

Di partai lain, ada banyak juga yang memimpin partai dalam usia relatif muda. Jadi, harus dibuka jalan bagi munculnya kader muda untuk memimpin, seperti nasional membuka jalan bagi Gibran yang menjadi Wakil Presiden dalam usia yang sangat muda.

Di Aceh tentu sangat banyak kader muda yang potensial. Ada Andi Sinulingga, Syukri Rahmat, Sabri, Badruddin, Khalid dan ada juga Ahmad Haeqal Asri.

Banyak ulasan tentang Andi Sinulingga telah dipublikasikan di kolom Dialeksis; ulasan-ulasan tersebut terbukti tidak terbantahkan dan telah teruji. Kini, segala sesuatunya sangat bergantung pada ketukan hati nurani yang diberikan Tuhan, agar ia mau berkontribusi demi kemajuan dan transformasi positif Golkar Aceh sesuai tuntutan zaman.

Jika kita singgung kedua sosok ini Syukri Rahmat dan Ahmad Haeqal Asri merupakan sosok yang loyal dan memiliki sikap politik yang jelas. Mereka tidak cenderung bermain dua kaki dalam setiap dinamika politik, baik di internal Partai Golkar maupun saat berkompetisi di ranah legislatif atau eksekutif. Tapi masih ada kader Golkar selalu main aman dan tidak bisa bersikap ketika pemilihan ketua DPD I Golkar, ini salah satu ciri bukan politikus sejati.

Lebih dari itu, Syukri Rahmat telah menunjukkan totalitasnya dalam memberikan kontribusi nyata menjalankan roda partai. Sementara itu, Haeqal pernah diuji dengan tawaran pindah ke Demokrat untuk diusung dari partai tersebut saat Pilkada, namun ia tetap setia dan loyal kepada Golkar.

Karena kenapa? Jawabannya sederhana Sebagai anak dari seorang tokoh Aceh yang pernah memimpin Golkar Aceh, darah ideologi Golkar tentu turut mengalir dalam diri Haeqal.

Memang, pada Pileg 2024, sosok yang akrab disapa Haeqal itu belum terpilih sebagai wakil rakyat, dan pada Pilkada Banda Aceh belum terpilih sebagai calon wali kota atau calon wakil wali kota Banda Aceh.

Namun, dari perolehan suara dan hasil survey di musim Pilkada Haeqal cukup layak disebut sebagai kadar muda Golkar yang sudah memiliki kapasitas untuk memimpin. Terbukti, sebagai Ketua PMI Banda Aceh, Haeqal sukses membawa PMI Banda Aceh menjadi semakin baik lagi dari periode-periode sebelumnya.

Tapi, di atas itu semua adalah kesediaan semua kader Golkar untuk memberi jalan lapang bagi kader muda untuk memimpin DPD I Golkar Aceh.

Apa tujuannya? Membuka jalan tol bagi kebesaran politik Golkar di Aceh sehingga terus menerus menjadi partai yang mendapat dukungan dari rakyat Aceh.

Mari kita jadikan momentum ini sebagai titik tolak kebangkitan Golkar Aceh: di mana semangat muda berpadu dengan kebijaksanaan pengalaman, dan tekad untuk berinovasi menuntun setiap langkah. Percayalah, ketika kader-kader muda bangkit dengan hati yang tulus, visi yang jelas, dan keberanian untuk bertindak, langit politik Aceh akan semakin cerah.

Inilah saatnya kita buka jalan bagi energi baru, menyalakan api harapan, dan menulis babak baru kejayaan Golkar Aceh bukan hanya sebagai warisan sejarah, tapi sebagai nyala inspirasi yang menggelora di setiap sudut daerah. Karena sejatinya, perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil yang berani.[]

Penulis: Aryos Nivada (pendiri Jaringan Survei Inisiatif dan Lingkar Sindikasi)

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
diskes
hardiknas