Beranda / Berita / Nasional / Badan Geologi ESDM Ungkap Temuan Baru Usai Semeru Erupsi

Badan Geologi ESDM Ungkap Temuan Baru Usai Semeru Erupsi

Kamis, 16 Desember 2021 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Sejumlah temuan baru mengikuti peristiwa erupsi Gunung Semeru, termasuk kehadiran gunung api yang potensi erupsi. [Foto: Antara]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap temuan baru usai terjadinya erupsi di Gunung Semeru, Sabtu (4/12/2021).

Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono menyebut pihaknya saat ini tengah menerjunkan tim ke lapangan, untuk mengetahui jangkauan dampak erupsi gunung api terbaru.

“Kami saat ini menurunkan tim tanggap darurat untuk melihat atau mengupdate peta KRB (kawasan rawan bencana) kami, karena sekarang ternyata dari sektor satelit ada perubahan coverage dari awan panas dan lahar itu lebih luas,” ujar Eko kepada CNNIndonesia.com lewat sambungan telepon, Senin (13/12) siang.

Erupsi awan panas guguran di Gunung Semeru pada Sabtu (4/12) menyembur hingga radius 11 kilometer. Sedangkan peringatan dini yang diberikan Badan Geologi sebelumnya ada pada radius 5 kilometer.

Di samping itu Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN melaporkan kerusakan lahan akibat erupsi Semeru yaitu 2.417,2 hektare.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Riset Aplikasi Penginderaan Jauh BRIN Rokhis Khomarudin menyebut erupsi menimbulkan bukaan baru aliran lava dari aktivitas vulkanik Gunung Semeru.

Bukaan tersebut tercatat sepanjang 710 meter dengan lebar 110 meter, menurut citra satelit USGS (United States Geological Survey).

Rincian luas kerusakan lahan meliputi hutan 909,8 hektare, lahan terbuka 764,5 hektare, hutan sekunder 243,1 hektare, lahan pertanian 161,5 hektare, ladang/tegalan 161,2 hektare, perkebunan 77,9 hektare, pemukiman 67,8 hektare, semak/belukar 20,9 hektare, dan tubuh air 10,4 hektare.

Dari data sejumlah citra satelit yang digunakan sebagai pembanding dengan situasi saat ini, Rokhis menyebut daerah yang terdampak awan panas dan guguran Gunung Semeru tampak sangat jelas.

Dari citra satelit juga diperkirakan setidaknya ada 43 bangunan yang langsung terkena dampak awan panas dan guguran Gunung Semeru.

Lebih lanjut Eko Budi Lelono menjelaskan saat ini ada tiga gunung api yang berpotensi erupsi besar. Ketiga gunung tersebut saat ini berstatus level III atau siaga dan sudah erupsi secara teratur.

“Kemungkinan erupsi besar kemungkinan itu Ada saja, tapi kan tidak bisa pengumuman ke masyarakat bahwa akan ada erupsi besar,” ujar Eko.

“Yang lain juga banyak yang aktif contoh misalnya yang level siaga ada gunung Merapi, gunung Sinabung, gunung Ili Lewotowok itu semuanya erupsi secara teratur,” sambungnya.

Kendati berpotensi erupsi besar, ia tak dapat memastikan kapan ketiga gunung itu bakal memuntahkan isi perut, atau mengeluarkan awan panas guguran skala besar.

Eko mengklaim saat ini pihaknya terus melakukan pantauan aktivitas di seluruh gunung api aktif selama 24 jam.

Hal itu disebutnya lantaran beberapa gunung api aktif sudah mengeluarkan ciri erupsi besar seperti adanya aliran magma ke atas permukaan gunung, kandungan gas kimia, deformasi atau pembengkakan struktur gunung, hingga ketampakan visual.

“Jadi kan kami rekam tuh ada beberapa aktivitas seperti aliran magma ke atas, kemudian gas kimia yang keluar memperlihatkan juga ciri-ciri peningkatan aktivitas, ada deformasi dari gunung. Jadi gunungnya membengkak, kemudian visualisasinya kelihatan keluar asap-asap dan sebagainya,” tuturnya.

Pantauan seismik dalam dan dangkal juga diklaim Eko tak luput dari rekaman. Sehingga, apabila menunjukkan parameter semakin banyak, masyarakat bisa waspada dan hati-hati.

Meskipun ada tiga gunung api yang masuk dalam level Siaga, Eko mengklaim pihaknya juga turut memantau aktivitas gunung api yang ada di level I atau berstatus normal.

Ia mengatakan beberapa gunung api aktif seperti di Amerika Serikat dan Jepang terjadi erupsi besar, meskipun dikategorikan level I.

Saat ini Eko mengatakan Badan Geologi sudah memetakan lokasi rawan bencana di setiap gunung api aktif. Hal itu seharusnya menjadi acuan, sehingga apabila terjadi erupsi besar masyarakat setidaknya bisa terhindar.

“Kemudian ikutilah arahan dari BPBD atau pemerintah daerah yang dasarnya informasi yang kami berikan,” pungkasnya.

Lebih lanjut apabila ingin mendapatkan informasi terkait aktivitas gunung api bisa diperoleh dari pusat vulkanologi mitigasi bencana geologi di badan geologi.

“Mungkin bisa dilihat di pos pengamat,dan juga bisa akses ke magma.esdm,” tutur Eko. [CNN Ind]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda