Beranda / Berita / Nasional / Belasan Ribu Anak di Jawa Timur Terpapar Covid-19, 89 Meninggal

Belasan Ribu Anak di Jawa Timur Terpapar Covid-19, 89 Meninggal

Selasa, 20 Juli 2021 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi anak terpapar Covid-19. (Foto: Istimewa)


DIALEKSIS.COM | Nasional - Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur, Andriyanto menuturkan, penularan Covid-19 di wilayah setempat terus melonjak, terutama klaster keluarga. Tercatat hingga 18 Juli 2021 ada 226.521 kasus positif di Jawa Timur tersebut, dimana 19.978 di antara yang terpapar adalah anak-anak.

“Ini menyedihkan, klaster keluarga terus naik. Dan ada 89 anak-anak yang meninggal karena Covif-19. Sebanyak 42 anak usia 0-5 tahun dan 47 anak usia 6“18 tahun,” kata Andri, Selasa (20/7).

Andri menjelaskan, lonjakan Covid-19 klaster keluarga biasanya berawal dari seseorang yang sudah lebih dahulu tertular lalu menularkannya pada anggota keluarga lain. Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan klaster keluarga semakin massif. Hal itu antara lain membiarkan anak-anak bermain bersama di lingkungan komplek atau perumahan tanpa protokol kesehatan.

"Kegiatan berkumpul warga pun menjadi cara virus corona menyebar dari satu orang yang terinfeksi ke orang lain dengan mudah. Sebab, biasanya saat warga sudah berkumpul, jaga jarak sulit sekali diterapkan,” ujarnya.

Menurut Andri, catatan kematian anak-anak yang terpapar Covid-19 tersebut mestinya menjadi peringatan keras. Apalagi kasus anak yang meninggal dunia akibat Covid-19 lebih dari satu. “Ukurannya kalau ada satu anak meninggal saja itu sudah wabah, ini sudah 89 anak yang meninggal. Jadi kita harus benar-benar waspada,” kata dia.

Andri menjelaskan, yang lebih memprihatinkan adalah anak-anak yang terkonfirmasi positif Covid-19 itu kebanyakan gizi buruk. Bukan karena beratnya kurang saja, tapi mereka yang obesitas juga masuk kategori gizi buruk.

Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Surabaya Ermi Ndoen menuturkan, anak-anak menjadi bagian penting dalam berbagai perubahan. Termasuk upaya mereka yang bisa mengajak teman sebayanya untuk patuh pada protokol kesehatan. Sebab, salah satu upaya yang bisa memutus penularan Covid-19 adalah patuh pada protokol kesehatan.

“Anak-anak bisa berbicara melalui media sosialnya untuk mengajak teman sebayanya bahkan keluarganya. Ajakan untuk menerapkan 3M (protokol kesehatan) serta menjaga hidup sehat,” kata dia.

Untuk mendukung upaya pencegahan penularan Covid-19 terhadap anak, UNICEF Indonesia bersama Akatara Jurnalis Sahabat Anak mengelar Ronda Digital. Ronda Digital merupakan gerakan kolaborasi yang dilakukan bersama anak-anak di Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk bersama-sama mengkampanyekan penerapan protokol kesehatan.

Kolaborasi itu dijalankan anak-anak di berbagai kabupaten/ kota dengan melakukan Siskamling di media sosial untuk menyampaikan pesan kebaikan dan patuh pada protokol kesehatan. Hasil kolaborasi itu nantinya diharapkan bisa menjadi ruang edukasi serta membangun kembali pola ‘Ronda Digital’ yang bisa dilakukan oleh anak-anak untuk menjaga diri dan menyelamatkan keluarganya, temannya, maupun saudara-saudaranya dari penularan Covid-19.

Ronda digital, kata Ermi, menjadi literasi digital yang disukai anak-anak untuk menyampaikan pesan kebaikan di media sosial. Ronda Digital juga bisa menjadikan anak sadar literasi. Dalam bentuk virtual, aksi perundungan pun bisa terjadi. Itu termasuk pelecehan seksual anak yang terus ada di ruang digital.

“Keberadaan Ronda Digital bisa menjadi literasi yang bagus bagi anak-anak untuk saling mengingatkan antar sebayanya,” ujarnya.

Ketua Forum Anak Jatim, Firnas menuturkan, kesempatan untuk ikut Ronda Digital menjadi tantangan bagi anak-anak. Apalagi ada banyak produk digital yang bisa dipakai dalam patroli di media sosial sambil menyampaikan ajakan baik.

“Kami sadar kalau 3M di masyarakat memang mulai longgar, jadi perlu kampanye 3M yang lebih ketat,” ujarnya [republika.co.id].

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda