Beranda / Berita / Nasional / BRIS Semester I Untung Laba Bersih Rp117,2 miliar Juni 2020

BRIS Semester I Untung Laba Bersih Rp117,2 miliar Juni 2020

Kamis, 10 September 2020 19:00 WIB

Font: Ukuran: - +

[Foto:Ist/Net:keuangansyariah]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pandemi Covid-19 yang terjadi di awal tahun 2020 membawa dampak yang luar biasa bagi semua sektor, termasuk perbankan. Meski begitu, tidak semua kinerja perbankan, khususnya perbankan syariah mengalami kemerosotan pada semester I 2020.

Menurut data yang dilansir dari WE Online, satu dari tiga emiten perbankan syariah membukukan pertumbuhan kinerja keuangan dan kinerja saham yang signifikan pada paruh pertama tahun ini. Emiten tersebut adalah PT BRI Syariah Tbk (BRIS).

Kemudian, bagaimana catatan kinerja BRIS sepanjang semester I 2020 dan bagaimana pula kinerja dua emiten perbankan syariah lainnya? Untuk lebih memahami, simak perbandingan kinerja selama semester I dan pergerakan saham secara year to year dari tiga emiten perbankan syariah berikut ini.

1.BRI Syariah

Kinerja keuangan PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) pada semester I 2020 dapat dikatakan menjadi yang terbaik di antara emiten bank syariah lainnya. Bagaimana tidak, BRI Syariah mencetak kenaikan laba bersih hingga 229,6% dari Rp35,55 miliar pada Juni 2019 menjadi Rp117,2 miliar pada Juni 2020.

Direktur Utama BRIS, Ngatari, mengungkapkan laba bersih yang tumbuh subur tersebut didukung oleh optimalisasi fungsi intermediari (perantara keuangan) yang dilakukan BRI Syariah sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Hal itu tercermin dari pembiayaan BRIS yang tumbuh positif hingga 55,92% menjadi Rp37,4 triliun pada semester I 2020.

“Peningkatan laba bersih BRI Syariah didukung oleh optimalisasi fungsi intermediari yang diikuti dengan pengendalian beban biaya dana,” ungkapnya pada Senin, 24 Agustus 2020 lalu.

Adapun segmen mikro menjadi yang paling mendominasi, yaitu mencapai Rp5,4 triliun dari total pembiayaan BRI Syariah. Segmen ini pula yang diklaim mempunyai pertumbuhan tertinggi dan memberi kontribusi terbesar bagi perusahaan. Pembiayaan tersebut berikutnya meliputi dua segmen, yakni segmen konsumer yang mencapai Rp2,5 triliun serta segmen kecil menengah dan kemitraan yang mencapai Rp2,2 triliun.

Selanjutnya Ngatari menyebutkan digitalisasi proses pembiayaan melalui aplikasi i-Kurma menjadi penopang pertumbuhan pembiayaan BRI Syariah. Ngatari mengklaim, aplikasi tersebut efektif mendongkrak kinerja BRI Syariah, terlebih lagi di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini.

Untuk diketahui, sampai dengan Juni 2020, BRI Syariah membukukan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp41 triliun. Angka nyaris 1,5 kali lebih besar dari capaian tahun sebelumnya yang sebesar Rp28 triliun. Sebesar 54,34% dari DPK tersebut merupakan dana murah (CASA) yang sampai dengan Juni 2020 tercatat sebesar Rp22,3 triliun.

Bukan hanya kinerja keuangan perusahaan, kinerja saham bersandi BRIS ini juga kinclong sejak awal tahun 2020. Dilansir dari Stockbit, kenaikan harga saham BRIS secara year to date (ytd) mencapai 189,16%. Sementara itu, jika dilihat secara year to year (yoy) saham BRIS mengalami kenaikan sebesar 125,35%. Asal tahu saja, pada tanggal 8 September 2019, harga saham BRIS bertengger di angka Rp426 per saham. Angka tersebut melonjak tinggi menjadi Rp960 per saham pada 8 September 2020.

2.BTPN Syariah

Pandemi Covid-19 berdampak negatif terhadap kinerja keuangan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPS) pada semester I 2020. Sampai dengan Juni 2020, BTPS membukukan laba bersih sebesar Rp406,69 miliar. Angka tersebut turun 33,16% dari capaian pada Juni 2019 lalu yang mencapai Rp609,77 miliar.

Kurang maksimalnya capaian laba bersih tersebut dipengaruhi oleh penyaluran pembiayaan BTPS yang tumbuh tipis pada paruh pertama tahun ini. Pada periode tersebut, pembiayaan BTPS tumbuh 2% dari Rp8,54 triliun pada Juni 2019 menjadi sebesar Rp8,74 triliun pada Juni 2020.

Walau tak menyebut angka, Direktur BTPS, Fachmy Achmad, mengungkapkan bahwa sebagian besar pembiayaan tersebut berasal dari pembiayaan baru kepada nasabah ultramikro. Itu pun belum maksimal karena adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) turut membatasi aktivitas bisnis bank, terutama bagi nasabah ultramikro bisang pariwisata yang paling terdampak.

“Saat PSBB, aktivitas lokal dibatasi. Seluruh nasabah di wilayah pembatasan tersebut terdampak,” tutur Fachmy pada Selasa, 28 Juli 2020 lalu.

Ia menambahkan, memahami bahwa pembiayaan baru harus tetap dilakukan, BTPS menyiasatinya dengan lebih selektif dalam mencari nasabah baru di tengah situasi saat ini. Hal itu tergambar melalui rasio kredit macet yang terjaga di level 1,8%. Perlu diketahui juga, BTPS menghimpun DPK sebesar Rp9,46 triliun sampai dengan Juni 2020. Capaian tersebut tumbuh 7% jika dibandingkan dengan periode Juni 2019 lalu yang hanya Rp8,88 triliun.

Tak jauh berbeda dengan kinerja keuangan, sejak Januari 2020 hingga September 2020 (ytd), kinerja saham BRIS cenderung turun dengan depresiasi sebesar 9,86%. Meskipun begitu, jika dilihat secara tahunan (yoy) harga saham BTPS mengalami kenaikan sebesar 23,36%. Dilansir dari Stockbit, pada 8 September 2019 lalu harga saham BTPS bertengger di level Rp3.040 per saham. Sementara itu, pada 8 September 2020, harga saham BTPS meroket ke level Rp3.750 per saham.

3.Bank Panin Syariah

Kinerja PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS) tercatat menurun sepanjang semester I 2020. Dilansir dari laporan keuangan perusahaan, sampai dengan Juni 2020, PNBS mengantongi laba bersih tahun berjalan sebesar Rp1,57 miliar. Angka tersebut turun 69,27% dari Juni 2019 yang kala itu tercatat sebesar Rp5,11 miliar.

Penurunan laba tersebut terjadi seiring dengan membengkaknya beban operasional lainnya dari Rp62,37 miliar pada Juni 2019 menjadi Rp76,49 miliar pada Juni 2020 ini. Selain itu, rasio non performing financing (NPF) PNBS juga mengalami peningkatan dari 2,88% menjadi 3,41%.

Melalui siaran pers PNBS yang dirujuk dari Bisnis.com, manajemen PNBS berkomitmen untuk melakukan perbaikan kinerja keuangan, salah satunya melalui pembiayaan ke sektor produktif.

“Perbaikan kinerja akan dilakukan melalui pembiayaan ke sektor produktif dan terus meningkatkan efisiensi secara berkesinambungan di berbagai bidang,” tulis manajemen PNBS, dikutip pada Rabu, 9 September 2020.

Perlu diketahui, PNBS mencatat kenaikan penyaluran pembiayaan sebesar 32,9% menjadi Rp7,26 triliun pada paruh pertama tahun 2020. Sementara itu, DPK yang terhimpun juga meningkat sebesar 24,65% menjadi Rp7,67 triliun pada periode semester I 2020.

Sementara itu, kinerja saham PNBS di pasar modal terpantau stagnan dalam waktu yang lama. Bagai saham tidur, harga saham PNBS tertahan di level Rp50 per saham selama hampir setahun terakhir. Dilansir dari Stockbit, saham PNBS sudah berada di level Rp50 per saham sejak 2 Oktober 2019 silam. Adapun sehari sebelumnya, harga saham PNBS bertengger di angka Rp51 per saham.

Secara tahunan (yoy) saham PNBS terkoreksi sedalam 3,85%. Pada 8 September 2019, harga saham PNBS berada di angka Rp52 per saham, sedangkan pada 8 September 2020 harganya dipatok sebesar Rp50 per saham [hajinews].

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda