Sabtu, 09 Agustus 2025
Beranda / Berita / Nasional / Dai Muda Diajak Isi Media Digital dengan Film Dakwah

Dai Muda Diajak Isi Media Digital dengan Film Dakwah

Sabtu, 09 Agustus 2025 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Pembibitan Calon Dai Muda Tahun 2025. [Foto: Humas Kemenag]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Aktor film Ketika Cinta Bertasbih, M. Cholidi Asadil Alam, mengajak para dai muda memanfaatkan media digital dan film sebagai sarana dakwah yang efektif dan ilmiah. Hal itu menurutnya berpengaruh besar dalam membentuk persepsi publik.

“Media digital itu adalah weapon, senjata kita dalam berdakwah. Kalau kita tidak kuasai, maka ruangnya akan diisi pihak lain,” ujar Cholidi di hadapan 200 peserta Pembibitan Calon Dai Muda Tahun 2025 di Asrama Haji Pondok Gede, Kamis (7/8/2025). Para peserta ini berasal dari berbagai provinsi di Indonesia.

Cholidi mengingatkan bahwa film bukan sekadar hiburan, tapi media ilmiah yang dapat membentuk opini, menginspirasi tindakan, bahkan mengubah gaya hidup masyarakat. Ia mencontohkan pengaruh luar biasa dari film Ketika Cinta Bertasbih yang ia bintangi sejak 2009.

“Saya pernah ke Hong Kong sampai tiga kali untuk berdakwah. Ada yang mendekati saya dan bilang, ‘Ini anak kami, kami beri nama Nasya karena terinspirasi nonton film Ketika Cinta Bertasbih,’” kisahnya.

Pengalaman serupa juga terjadi di Purwakarta. Saat sedang uji coba mobil, Cholidi dihampiri seorang warga yang membawa bayi. “Dia bilang, ‘Ini anak saya, saya beri nama Muhammad Cholidi Asadil Alam.’ Lengkap banget, saya sampai bilang, dapat royalti dong saya,” canda Cholidi yang disambut tawa peserta.

Menurutnya, kekuatan film terletak pada daya pengaruhnya yang dalam dan luas. Ia bahkan mengisahkan ada tetangganya di Kalimantan yang memberi nama anaknya Muhammad Almino Asadil Alam, karena terinspirasi dari semangat perjuangannya.

“Film bisa membentuk kedekatan emosional. Bukan hanya dikenal, tapi dikenang. Dan itu semua bisa diarahkan untuk dakwah yang berdampak,” jelasnya.

Sebagai praktisi sekaligus akademisi, Cholidi menjelaskan struktur konten dalam teori komunikasi massa. Film atau sinematografi berada di tingkat tertinggi dalam hierarki konten digital, diikuti trailer, teaser, hingga turun ke bentuk-bentuk pendek seperti video TikTok dan konten media sosial lainnya.

“Kalau film bisa satu jam, maka trailer satu menit, teaser bisa hanya 10 detik. Dari situ muncul konten-konten turunan. Itu semua bisa jadi jalur dakwah bila dikelola dengan niat dan strategi yang tepat,” tegasnya.

Ia juga membagikan pengalamannya menjadi satu-satunya pembicara dari Indonesia dalam forum internasional pasca-Muktamar Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Makassar. “Lima pembicara, dari Jepang, Australia, Singapura, Malaysia, dan saya dari Indonesia. Saya sampaikan materi tentang film sebagai media ilmiah dalam memengaruhi masyarakat, pakai bahasa Inggris,” ungkapnya.

Tak hanya di forum formal, dalam dua tahun terakhir Cholidi juga aktif mengisi sembilan kegiatan dakwah dan diskusi di berbagai komunitas, termasuk restoran milik diaspora, dengan menyampaikan pesan-pesan dakwah menggunakan bahasa Inggris.

“Saya ingin sampaikan ke teman-teman, jangan takut masuk media. Jadi artis, jadi aktor, jadi influencer boleh. Tapi tujuannya harus dakwah. Dakwah harus menyentuh ruang digital, ruang publik, ruang visual,” ujarnya menutup sesi dengan penuh semangat.

Kegiatan Pembibitan Calon Dai Muda Tahun 2025 yang digelar Direktorat Penerangan Agama Islam, Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama itu ikuti 200 peserta dari seluruh provinsi. Program tersebut bertujuan mencetak dai muda yang moderat, adaptif, dan relevan dengan perkembangan zaman. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI