DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pengamat Media Aryos Nivada mengungkapkan sejumlah tantangan krusial yang tengah dihadapi dunia penyiaran, khususnya di Aceh.
Aryos Nivada, yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Aceh, menyoroti fenomena yang ia sebut sebagai “homeless media”.
Menurutnya, ini merupakan tantangan nyata dalam dunia penyiaran digital, di mana sejumlah platform media bermunculan tanpa fondasi kelembagaan yang jelas.
“Kita menghadapi suatu fenomena yang dalam psikologi disebut sebagai keniscayaan. Harus ada keharmonisan dan kemampuan merespons secara cepat. Masalah utamanya adalah kita seringkali tidak mampu berakselerasi, bahkan cenderung gagap,” ujar Aryos dalam sebuah diskusi publik bertajuk “Aspirasi Publik: Tantangan Penyiaran di Era Digital” yang diselenggarakan oleh TVRI Aceh pada Selasa (27/5/2025).
Ia menjelaskan bahwa “homeless media” merujuk pada entitas media yang eksis di media sosial tanpa memiliki rumah resmi seperti situs web atau legalitas kelembagaan.
Media semacam ini, meskipun kadang tumbuh dari komunitas dan hobi, kerap tidak memiliki standar operasional prosedur (SOP), akuntabilitas, dan kredibilitas yang dapat dipertanggungjawabkan secara profesional.
“Bagaimana mungkin kita ingin bertarung secara fair jika mereka tidak memiliki SOP yang jelas, bahkan eksistensinya tidak bisa diverifikasi secara hukum?” tegasnya.
Lebih jauh, Aryos menyerukan perlunya gerakan kolektif yang melibatkan berbagai pihak untuk menciptakan ekosistem media digital yang sehat dan bertanggung jawab. Menurutnya, tidak cukup hanya mengandalkan pemerintah atau lembaga formal untuk membenahi kondisi ini.
“Mari kita semua yang memang peduli membuat gerakan perubahan bagi kelompok media digital atau media online. Tidak hanya mengandalkan aparat pemerintah, tetapi juga harus ada political will yang kuat dan kesadaran dari seluruh pihak,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa energi kolektif untuk memperbaiki ekosistem media ini perlu segera diaktifkan. Tanpa kesadaran bersama, ia khawatir kondisi ini justru akan semakin memperlemah kualitas informasi yang beredar di ruang publik.
Aryos mengajak kepada para pelaku media dan masyarakat untuk terus mendorong hadirnya konten-konten informasi yang sehat, kredibel, dan bebas dari hoaks.
“Mari kita sama-sama berkomitmen mengelola saluran informasi dengan konten yang berkualitas tinggi. Media harus menjadi penjernih informasi, bukan penyebar kekacauan atau hoak," pungkasnya. [nh]