Rabu, 06 Agustus 2025
Beranda / Berita / Nasional / Pakar Komunikasi UMY Tanggapi Soal Fenomena Bendera One Piece dan Tafsir Semiotika

Pakar Komunikasi UMY Tanggapi Soal Fenomena Bendera One Piece dan Tafsir Semiotika

Selasa, 05 Agustus 2025 17:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi bendera Anime One Piece. Foto: Net


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pakar Komunikasi dari Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Fajar Junaedi menyampaikan pandangannya terkait ramainya perbincangan mengenai bendera Anime One Piece.

Dosen yang akrab disapa Fajarjun ini menilai Anime One Piece memiliki banyak elemen semiotika dengan beragam tema dan makna yang bisa digali lebih dalam.

“One Piece adalah manga shōnen yang berarti manga yang ditujukan untuk remaja pria, sebenarnya telah lama beredar. Dalam konteks semiotika, bisa dilihat dengan memulai dari tema utamanya: kerja keras, kemenangan, dan persahabatan,” papar Fajarjun pada Senin (4/8).

Fajarjun melanjutkan, bahwa karakter-karakter dalam serial ini berfungsi sebagai representasi, dan musuh-musuh mereka berfungsi sebagai oposisi biner dari prinsip-prinsip di atas, maka pertempuran menjadi ideologis dalam teks budaya populer.

“Pertempuran ideologis ini menegaskan lagi bahwa nilai-nilai tokoh utama adalah yang terbaik dalam arena pertarungan yang dalam manga sebagai bagian dari budaya populer,”jelasnya.

Elemen visual menjadi menarik minat audiens dalam One Piece. Tanda visual seperti desain karakter, pakaian, dan properti mendukung pesan cerita dan budaya. Selain berfungsi sebagai bagian penting untuk merepresentasikan budaya dan cerita. Elemen-elemen ini merupakan pilihan estetika yang signifikan.

Fajarjun menjelaskan, dalam hal politik representasi karakter dan ideologi dalam One Piece menunjukkan pemaknaan semiotika di secondary signification dimana karakter dirancang secara semiotik untuk mewakili nilai-nilai dan konflik sosial yang lebih luas.

“Saya merujuk penelitian dari Thomas  Zoth (2011) yang berjudul The politics of One Piece: Political critique in Oda’s Water Seven. Zoth menyebutkan bahwa alur Water Seven menggunakan karakter untuk mengeksplorasi relasi antara individu dan negara, khususnya dalam hal keamanan nasional. Narasi tersebut menyiratkan bahwa mengorbankan hak individu demi peningkatan keamanan yang dirasakan tidak dapat diterima, dan memberikan perhatian pada sikap kritis terhadap isu-isu politik,”tuturnya.

Dengan ini, Fajarjun menilai bahwa ketika  bendera dari One Piece digunakan sebagai aktivisme sosial, hal ini bisa dimaknai sebagai simbol identitas kelompok, yang dalam konteks apa yang terjadi di Indonesia saat ini merupakan aktivisme sosial yang melakukan resistensi.

Merujuk pada sosiolog, Alberto Melucci, gerakan sosial memerlukan adanya simbol yang menyatukan orang. Bendera berfungsi sebagai penanda identitas yang memberi individu kesempatan untuk merasa menjadi bagian aktivisme digital.

“Ini terlihat dengan warganet yang menggunakan bendera One Piece di status media sosial, profil media sosial, membagikan di media sosial, dan bahkan mendiskusikannya di media sosial. Setelahnya media massa menjadikannya berita, lengkap dengan komentar para pejabat yang acapkali justru malah kontraproduktif bagi pemerintah karena ketidakpahaman,” tutupnya.[]

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI