DIALEKSIS.COM | Jakarta - Perpustakaan sekolah sering kali masih dianggap sebagai pelengkap, bukan bagian strategis dari sistem pendidikan. Padahal, di sanalah budaya literasi dan mutu pembelajaran bisa bertumbuh. Isu ini mengemuka dalam Kegiatan Penguatan Perpustakaan Sekolah se-Provinsi DKI Jakarta yang berlangsung di Hotel Holiday Inn, Jalan Gajah Mada, Jakarta, pada Rabu (7/5/2025).
Ali Muqados, Kepala Bidang Pembinaan SMA Dinas Pendidikan DKI Jakarta, membuka sesi dengan menyampaikan kondisi faktual pengelolaan perpustakaan sekolah. Menurutnya, banyak perpustakaan dikelola oleh guru yang kekurangan jam mengajar dan tidak memiliki latar belakang kepustakawanan.
“Kepala perpustakaan itu banyak yang hanya guru kurang jam. Bukan dari orang yang memang belajar ilmu perpustakaan,” ujarnya.
Ali juga menyoroti sistem pengadaan buku yang belum sesuai dengan kebutuhan nyata. Banyak buku penting tidak tersedia dalam sistem, sementara koleksi yang ada sering tidak diperbarui.
“Bukan dana yang jadi masalah, tapi sistemnya terbatas. Buku yang dibutuhkan tidak ada dalam sistem pengadaan. Koleksinya pun tidak update,” tegasnya.
Ia mendorong sekolah-sekolah untuk lebih kreatif dan aktif. Salah satunya melalui pembuatan pojok literasi atau sawung baca di berbagai sudut sekolah.
“Buku jangan hanya di dalam perpustakaan. Buat sawung-sawung literasi di sudut-sudut sekolah. Kalau bukunya tidak ada di sistem, ajukan saja secara resmi,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Suryanto, Kepala Bidang Pembinaan Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta, menekankan pentingnya kerja bersama antara dinas pendidikan dan perpustakaan.
“Dinas Perpustakaan dan Dinas Pendidikan akan bekerjasama dalam kegiatan pengembangan literasi di sekolah. Dengan pengelolaan perpustakaan yang efektif, sekolah menjadi pusat pengembangan literasi dan budaya menulis, mewujudkan generasi Jakarta yang literat dan kreatif,” jelasnya.
Dalam sesi selanjutnya, Taufiq A. Gani, Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi (P3SMPT) Perpustakaan Nasional RI, menyampaikan bahwa meski kegiatan ini berlangsung dalam konteks DKI, substansi yang dibahas mencerminkan kebutuhan nasional.
“Persoalan pengelolaan perpustakaan sekolah bukan hanya milik DKI. Di banyak daerah, kita temukan tantangan serupa: SDM tidak profesional, buku tidak relevan, dan kepala sekolah belum melihat perpustakaan sebagai bagian dari budaya mutu. Kita butuh pendekatan yang sistemik dan berkelanjutan di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Ia juga menegaskan peran kepala sekolah sebagai kunci pembentuk ekosistem literasi sekolah.
“Kepala sekolah jangan membiarkan perpustakaan berjalan sendiri. Libatkan perpustakaan dalam menciptakan budaya mutu,” tegasnya.
Taufiq mengungkap bahwa saat ini Perpustakaan Nasional tengah menyiapkan kebijakan nasional bersama Direktorat PDM, GTK, dan Pusdatin Kemendikdasmen untuk memperkuat kelembagaan dan tata kelola perpustakaan sekolah di seluruh Indonesia.
Sebagai penutup, Ihsanuddin dari MAN Insan Cendekia Serpong membagikan cara-cara praktis membangun kolaborasi antara kepala sekolah dan pengelola perpustakaan, khususnya dalam penyusunan dokumen mutu dan perencanaan strategis perpustakaan sekolah.
Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa perpustakaan tidak bisa berjalan sendiri. Ia membutuhkan kepemimpinan, kolaborasi, dan kebijakan yang konsisten”agar benar-benar menjadi ruang hidup yang menumbuhkan generasi pembelajar. [*]