Beranda / Berita / Nasional / Prognosis Cuaca Indonesia: Antisipasi Masuknya Musim Kemarau 2024

Prognosis Cuaca Indonesia: Antisipasi Masuknya Musim Kemarau 2024

Jum`at, 09 Februari 2024 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG), Fachri Radjab. Foto: dok FMB


DIALEKSIS.COM | Nasional - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengumumkan bahwa Indonesia diperkirakan akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei hingga Juni 2024, setelah berada pada puncak musim hujan saat ini.

Menurut Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, A. Fachri Radjab, fenomena El Nino masih terpantau aktif sepanjang bulan Januari 2024. Namun, dia mengungkapkan bahwa fenomena El Nino kemungkinan akan melemah menuju fase netral mulai bulan Maret 2024. 

Dengan demikian, curah hujan tahunan pada tahun 2024 diperkirakan akan mendekati kondisi normal. Meskipun begitu, ada beberapa daerah yang diprediksi akan mengalami curah hujan di atas normal dan di bawah normal.

"Saat ini kita memang sedang berada dalam periode puncak musim hujan 2024, terutama pada bulan Januari dan Februari. Namun, beberapa daerah sudah memasuki periode kemarau, seperti Aceh, Sumatra Utara bagian Timur, dan Riau. Hal ini karena daerah-daerah tersebut mengalami dua kali musim hujan, dan kini telah memasuki musim kemarau," ujarnya dalam sebuah siaran di kanal Youtube Kementerian Dalam Negeri, seperti dikutip pada Kamis (8/2/2024).

El Nino adalah fenomena iklim di mana terjadi anomali kenaikan suhu permukaan laut. Hal ini menyebabkan musim kemarau menjadi lebih panas dan kering secara ekstrem dibandingkan dengan musim kemarau biasanya. Dampak dari El Nino adalah musim kemarau di Indonesia pada tahun 2023 menjadi lebih ekstrem, yang memicu gangguan dalam produksi pangan dan peningkatan suhu maksimum harian di beberapa daerah.

BMKG memperkirakan bahwa pada bulan Januari-Februari 2024, kategori curah hujan rendah (<100 mm/bulan) akan terjadi di sebagian wilayah pesisir Sumatra bagian utara Aceh, Sumatra Utara, sebagian Riau, Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, dan sebagian Papua Barat.

Namun, menurut Fachri, curah hujan yang tinggi masih berpotensi terjadi di sebagian besar Jawa, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah bagian utara, serta Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah bagian utara, Sulawesi Selatan bagian utara, Sulawesi Tengah, serta Sumatra Selatan dan sebagian Lampung, hingga bulan Maret.

"Ketika kita memasuki bulan Mei, kita akan memasuki musim kemarau. Daerah-daerah yang perlu mendapatkan perhatian khusus, seperti Jawa Tengah bagian timur, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Timur, akan mengalami penurunan curah hujan pada bulan Mei. Hal ini berkaitan dengan masa penanaman tanaman pangan," jelasnya.

Wilayah yang mengalami musim kemarau diperkirakan akan semakin meluas, dan pada bulan Juli 2024, Indonesia diperkirakan akan mencapai puncak musim kemarau.

"Disebutkan bahwa musim kemarau di Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan tidak sekering musim kemarau tahun 2023. Meskipun begitu, kesiapsiagaan untuk menghadapi inflasi harus tetap dilakukan. Ini termasuk antisipasi terhadap bencana hidrometeorologi kering maupun basah," pungkas Fachri.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda