Beranda / Opini / Desa Tingkem, Desa Perjuangan

Desa Tingkem, Desa Perjuangan

Sabtu, 30 Juni 2018 20:23 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi: lintasgayo.co

Oleh: HELMI MAHADI, S.I.P., M.A


"Kami adalah pelayan rakyat bagi semua rakyat".  Demikian diucapkan Bupati saat menyampaikan kata sambutan ucapan terima kasih pada masyarakat Desa Tingkem yang telah memilih Bupati dan Wakil terpilih pada pilkada lalu.

Inilah sebuah catatan kunjungan bupati dan wakil bupati pada hari Senin, Tanggal    27 November 2017. Desa Tingkem adalah Desa Perjuangan karena di Desa ini bagaikan amunisi peluru saat kami butuh untuk mendulang suara pada pilkada lalu. Selain itu, Desa ini juga sebagai tempat kami bersandar saat istirahat dari satu kecamatan perjalanan ke kecamatan lain. Malam gelap gulita serta diiringi hujan lebat, gerilya dari desa ke desa terus dilakukan oleh tim setia MASS.

Denang alos,waih peh nge siu ken kupi, cerite muli ari paloh ke toa—tikar pun digelar, air panas untuk kopi pun telah tersedia, cerita dimulai dari hulu ke hilir. Sensasi cerita pun, mulai serius sampai tawa canda kelakar pun berakhir untuk mengusir kegalauan menjelang pemungutan suara. Secara defacto,  hasil suara dari Desa Tingkem menang mutlak.

Dari kronologis saat para rombongan datang, tarian sambutan pun dilakukan. Dilanjutkan dengan budaya melengken¬-pantun puisi yang bermakna tata cara sambutan para raja datang ke basis perjuangannya. Selesai itu, dilanjutkan lagi dengan budaya Pongot-yang dilantunkan dengan nada suara tangis yang tersedu-sedu oleh para putri-putri Desa yang menadah tangan sambil memanjatkan doa-doa harapan untuk mewujudkannya sampai berhasil sesuai garis perjuangan para raja yang didukung secara total oleh rakyatnya. Inilah sekilas, tata cara sambutan dalam adat Gayo.  

Bupati dalam pidatonya, menyampaikan ucapan terima kasih atas usaha dan dukungan masyarakat Desa Tingkem. Desa ini tak terlupakan karena menyumbang suara secara mutlak dan mampu mempengaruhi hasil suara Desa lain.

Ada kelakar yang menyentuh hati disampaikan oleh Bupati yakni "ada warga Tingkem, yang sebelumnya menyampaikan, kalau nanti sudah menempati Pendopo jangan lupa ladeni kami, namun setelah ditunggu rasa segan untuk bertegur sapa menjadi sungkan untuk datang sebagai tanda silaturahmi, beda rasanya sebelum berada di Pendopo, Bupati sebagai sosok warga sebelumnya. Bupati pun, menyampaikan bahwa pangkat di bahu ini adalah tanda sebagai Pemimpin bagi masyarakat Gayo Lues. Pintu Pendopo terbuka bagi siapa saja dan masyarakat umum, tidak ada lagi terkotak-kotak nomor satu, dua dan tiga saat pilkada lalu.

Demikian pula yang disampaikan oleh Wakil Bupati, "kami sebagai pemimpin yang dipilih oleh masyarakat karena kami percaya semua persoalan bisa kita atasi bersama karena ‘bersama kita pasti bisa’.   

Acara selanjutnya pun, dilakukan orasi sosial oleh Badan Narkotika Provinsi bersama BNK yang disampaikan Brigjen. Drs. Faisal yang mengayomi wilayah kerja Aceh. Dalam orasinya, bahwa bahaya Narkotika sudah menjadi ancaman anak bangsa yang tanpa batas usia dan semua komponen masyarakat. "Darurat Narkotika" adalah salah satu cara untuk melemahkan suatu bangsa dengan menjadikan generasi pecandu. Dampaknya, generasi yang malas berpikir kreatif dan malas bekerja. Sekaligus, merusak tatanan budaya dan leluhur adat istiadat. Hal ini disampaikan karena Gayo Lues termasuk salah-satu daerah penghasil Ganja yang terbaik jenis Candu tingkat Dunia. Garis Merah disandang daerah penghasil Ganja yang terbanyak adalah Aceh Besar, Biruen dan Gayo Lues.

Untuk mengatasi persoalan ini, maka BNK bersama Pemerintah Daerah memberikan perhatian serius untuk mencegahnya dengan cara program penyuluhan, pengajian dan peningkatan ekonomi dalam bentuk program keberlanjutan melalui tanaman palawija-cabe hibrida, kacang kedelai, dan pertenakan serta bibit Kopi. Pembinaan generasi melalui pembangunan mental akhlak moral menjadi utama untuk mengatasinya melalui ibadah dan pengajian rutin.   

Masyarakat Gayo Lues umumnya, akan diberikan kompensasi dalam bentuk simultan program yang mencegah penanaman Ganja sekaligus meningkatkan ekonomi. Caranya, harus sinergi program desa dengan program pemerintah. Identifikasinya adalah transparansi dalam pengelolaan Dana Desa. Agar tercapai pemerataan pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam segala sektor.    

Adapun pilihan kunjungan ke Desa ini karena hamparan sawah ladang sangat luas. Sebab itu, sangat layak sebagai Desa Penghasil Kopi. Inilah salah satu cara untuk meningkatkan penghasilan ekonomi masyarakat. Alasannya, kondisi alam yang sejuk dan rindang dilingkupi oleh hutan lebat sangat mendukung pada jenis tanaman Kopi, karena perkebunan Kopi sangat butuh iklim yang menghasilkan oksigen yang mengandung udara yang lembab. Sehingga, pada musim kemarau tanah tetap menyimpan air yang dibutuhkan oleh persediaan akar Kopi. Artinya, secara natural kelembapan tanah sangat memungkinkan tingkat kesuburan Kopi. Namun, begitu standar perawatan terhadap tanaman Kopi harus menjadi prioritas juga. Secara teknis, kunci keberhasilannya tanaman ini adalah konsistensi perawatannya.

Secara implisit, Desa Tingkem juga akan dijadikan Desa Binaan dalam mengelola sumber daya alamnya. Hal ini terdapat pada sumber air yang mencukupi untuk menjadikan energi listrik yang berbasis pada air ataupun Perusahaan Listrik Tenaga Air. Setidaknya, mencukupi kebutuhan listrik pada Desa Tingkem tersebut. Selain itu, pengelolaan air bersih yang dikonsumsi pun sangat mendukung untuk kebutuhan areal sawah dan ladang.

Berkaitan gambaran di atas bahwa Desa Tingkem dapat menjadi Desa Ecology Tourist-Desa Wisata yang berbasis pada eksotisme keindahan lingkungan alam. Secara alami, Desa ini berdampingan dengan hamparan bukit dan pegunungan hutan. Udara yang segar, panorama sawah yang luas, dan pegunungan yang sangat hijau.

Inilah yang menjadi tantangan bagi para SKPK yang terkait untuk dapat menempa,  membina dan mengelola Desa Tingkem untuk dijadikan sebagai Desa Modal Pembangunan yang asri terhadap lingkungannya.

Pada akhirnya, Desa Tingkem dapat menjadi mutu-kualitas Desa Eco-Wisata yang sekaligus dapat menjadi pusat penyambutan pada agenda tahun depan 2018 sebagai Gayo Alas Mountain International Festival (GAMIF)-Festival Internasional Budaya Daerah Pegunungan Alas dan Gayo. Inilah bagian penting untuk membuka informasi bahwa masyarakat Gayo Lues adalah daerah yang memberi pesan bahwa masyarakatnya dapat harmonis dengan lingkungan yang terus terjaga baik melestarikan hutan maupun menjaga leluhur budaya tarian Saman. Dengan ini pula, masyarakat Gayo Lues dapat menyatakan bahwa daerah kami bebas Narkoba. ‘welcome to Gayo Lues’, we bring you a dance saman’—selamat datang ke Gayo Lues, kami bawa anda untuk tarian Saman.      



Penulias adalah Alumi Political Science Department.

World Class Research University Gadjah Mada


ASN Setdakab Gayo Lues


Keyword:


Editor :
HARISS Z

riset-JSI
Komentar Anda