Sabtu, 13 Desember 2025
Beranda / Parlemen Kita / DPRA Desak Pertamina Tambah Pasokan Gas di Aceh Atasi Kelangkaan Pascabencana

DPRA Desak Pertamina Tambah Pasokan Gas di Aceh Atasi Kelangkaan Pascabencana

Jum`at, 12 Desember 2025 15:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Anggota DPRA, Fuadri. [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kelangkaan gas elpiji kembali melanda Aceh, memperburuk kondisi masyarakat di tengah bencana banjir dan longsor yang terjadi dua pekan lalu.

Situasi ini tidak hanya menyulitkan rumah tangga, tetapi juga membuat sejumlah pelaku UMKM terpaksa menghentikan operasional mereka.

Anggota DPRA dari Fraksi Partai Golkar-PAN-PDA, Fuadri, S.Si., M.Si., meminta Pertamina untuk segera menambah pasokan gas dan memperbaiki manajemen distribusi.

Menurut Fuadri, kelangkaan gas elpiji yang berkepanjangan menandakan lemahnya respon Pertamina dalam mengatasi kebutuhan masyarakat, terlebih pada masa bencana. 

Ia menilai, hingga hari ini belum terlihat upaya maksimal dari jajaran Pertamina untuk mengatasi antrean dan tingginya harga di pangkalan.

“Kelangkaan gas ini tidak bisa ditangani secara cepat dan tepat. Sudah dua minggu bencana terjadi di Aceh, tetapi gas masih langka. Ini kan tanda bahwa kinerja mereka tidak berjalan sebagaimana mestinya,” ujar Fuadri kepada media dialeksis.com, Jumat (12/12/2025).

Fuadri mengungkapkan bahwa banyak UMKM kuliner -- yang sangat bergantung pada gas elpiji, terpaksa menutup usaha sementara karena sulit mendapatkan pasokan. Kondisi ini menambah tekanan ekonomi di tengah masyarakat yang baru saja tertimpa musibah.

“UMKM kita banyak yang terpaksa tutup. Ini persoalan serius. Pertamina harus menambah kuota gas ke pangkalan agar masyarakat bisa membeli dengan harga normal, apalagi di tengah kondisi bencana seperti sekarang,” tegasnya.

Fuadri meminta agar pemerintah segera melakukan evaluasi menyeluruh terkait kinerja jajaran Pertamina di Aceh. Ia menilai hal ini mendesak agar kejadian serupa tidak terus terulang dan masyarakat tidak menjadi korban dari lemahnya distribusi energi.

“Ibaratnya, mereka ini pemimpin yang tidak bertanggung jawab terhadap tugas dan beban yang sudah diberikan. Mereka harus segera dievaluasi,” tegasnya.

Fuadri berharap pemerintah pusat dan Pertamina segera mengambil langkah konkret untuk menormalkan pasokan gas di Aceh. Di tengah proses pemulihan pascabencana, energi adalah kebutuhan vital bagi masyarakat dan sektor usaha.

“Masyarakat sudah menderita karena banjir dan longsor. Jangan ditambah dengan krisis energi. Pertamina harus hadir, bukan justru menyulitkan,” tutupnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI