Minggu, 21 September 2025
Beranda / Pemerintahan / Muzakarah Ulama ke XIV Digelar di Aceh Timur, Zahrol Fajri: Momentum Menyatukan Umat

Muzakarah Ulama ke XIV Digelar di Aceh Timur, Zahrol Fajri: Momentum Menyatukan Umat

Sabtu, 20 September 2025 22:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Kepala Dinas Syariat Islam Aceh, Zahrol Fajri, S.Ag., M.H. Foto: Tangkapan Layar Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Suasana religius menyelimuti Kompleks Dayah Bustanul Huda, Gampong Alue Cek Doi, Kecamatan Julok, Aceh Timur, pada Minggu, 21 September 2025. Ratusan ulama, pimpinan dayah, tokoh masyarakat, hingga perwakilan pemerintah berkumpul dalam Muzakarah Ulama se - Aceh ke XIV, forum tahunan yang menjadi rujukan penting bagi perjalanan syariat Islam di Tanah Rencong.

Kepala Dinas Syariat Islam Aceh, Zahrol Fajri, S.Ag., M.H., yang hadir memberikan sambutan, menilai pertemuan itu bukan sekadar agenda rutin, melainkan momentum menyatukan umat.

“Saya menyampaikan selamat atas terselenggaranya Muzakarah Ulama se-Aceh yang ke-14. Kegiatan ini bukan hanya ruang silaturahmi, tapi juga wadah strategis untuk memperkuat pelaksanaan syariat Islam di Aceh,” ujar Zahrol kepada Dialeksis, Sabtu (20/9/2025).

Sejak pertama kali digelar, muzakarah ulama selalu menjadi forum untuk membahas isu-isu krusial yang dihadapi masyarakat Aceh. Mulai dari fatwa halal-haram dalam praktik ekonomi, penanggulangan narkoba, hingga tantangan perkembangan teknologi digital.

Menurut Zahrol, para ulama memiliki posisi sentral sebagai penuntun umat. “Di tengah derasnya arus globalisasi, peran ulama sangat dibutuhkan untuk menjaga akidah dan akhlak masyarakat. Muzakarah ini menjadi ruang musyawarah kolektif agar kita tidak kehilangan arah,” katanya.

Ia menambahkan, pemerintah Aceh melalui Dinas Syariat Islam berkomitmen menindaklanjuti hasil muzakarah dalam bentuk kebijakan maupun program nyata. 

“Keputusan-keputusan ulama adalah cahaya bagi pemerintah daerah. Hasil muzakarah akan menjadi referensi penting bagi kami dalam menjalankan amanah syariat secara kontekstual dan menyentuh kebutuhan masyarakat,” tutur Zahrol.

Dalam pernyataannya, Zahrol juga menyinggung tantangan kontemporer yang dihadapi Aceh, termasuk pengaruh media sosial, gaya hidup modern, serta masuknya ideologi-ideologi transnasional. “Semua ini menuntut keteguhan ulama dalam memberi arahan yang menyejukkan. Ulama bukan hanya benteng moral, tetapi juga motor penggerak untuk menjaga harmoni sosial,” katanya.

Ia mengajak masyarakat Aceh untuk hadir dan menyukseskan acara tersebut. Menurutnya, keterlibatan masyarakat bukan hanya bentuk dukungan, melainkan juga bagian dari tanggung jawab kolektif dalam menghidupkan syariat.

“Semoga kita semua, masyarakat dan ulama, dapat bersama-sama menghadiri, menyukseskan, dan mengambil manfaat dari muzakarah ini. Aceh yang kuat adalah Aceh yang mampu merawat syariat sekaligus menjaga keberagaman dengan damai,” ujar Zahrol menutup pernyataannya.

Muzakarah Ulama se-Aceh sudah berlangsung sejak lebih dari satu dekade terakhir. Forum ini kerap menghasilkan rekomendasi yang berpengaruh besar, baik dalam kebijakan pemerintah maupun dalam kehidupan sosial masyarakat. Misalnya, pembahasan soal regulasi pendidikan dayah, fatwa peredaran narkoba, hingga pedoman dakwah di era digital.

Di Aceh Timur tahun ini, tema muzakarah diperkirakan akan mengerucut pada isu-isu aktual: penguatan syariat di ranah keluarga, strategi menghadapi penyalahgunaan teknologi, dan penguatan peran dayah sebagai pusat pembelajaran Islam moderat.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
bpka - maulid