Beranda / Politik dan Hukum / Tujuh Sosok di Balik Layar Debat Pilgub Aceh

Tujuh Sosok di Balik Layar Debat Pilgub Aceh

Kamis, 24 Oktober 2024 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Ilustrasi debat kandidat. Foto: net


DIALEKSIS.COM | Aceh - Ketika panggung debat Pilgub Aceh digelar, tujuh cendekiawan akan mengawal kualitas demokrasi dari balik meja panelis. Mereka bukan sekadar akademisi, tapi juga pelaku sejarah yang turut membentuk wajah Aceh hari ini. Berikut profil lengkap mereka yang Dialeksis rangkum, Kamis (24/10).

Profesor Transportasi yang Memimpin Dua Periode

Herman Fithra bukan nama asing di jagat pendidikan Aceh. Rektor Universitas Malikussaleh (Unimal) yang kini memasuki periode kedua kepemimpinannya ini mengawali karier dari tangga terbawah: sebagai staf perencanaan Dinas PU Aceh Utara pada 1993.

Pria kelahiran Lhokseumawe ini menyandang gelar ASEAN Engineering sejak 2019. Prestasinya kian bersinar dengan penganugerahan Honorary Member dari ASEAN Federation of Engineering Associations, baru sehari yang lalu. Di tengah kesibukan memimpin Forum Rektor Aceh, ia juga alumnus PPRA LXIII LEMHANNAS RI 2022.

Dari Lab ke Kursi Bupati

Amhar Abubakar memiliki jejak langkah yang unik. Guru Besar Bioteknologi Pangan USK ini pernah menanggalkan jas laboratoriumnya untuk menduduki kursi Plt Bupati Aceh Timur (2016-2017). Pria kelahiran Idi ini juga pernah menakhodai Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong Aceh.

Linguis dengan Dua Master dari Dua Benua

Teuku Zulfikar, guru besar UIN Ar-Raniry, mengantongi dua gelar master yang tak biasa: satu dari Monash University Australia, satu lagi dari Ohio University Amerika. Wakil Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry ini menekuni kajian identitas pemuda dan agama, dengan publikasi yang tersebar di berbagai jurnal internasional.

Pengamat Politik dari Tanah Pidie

Effendi Hasan, doktor lulusan Universiti Kebangsaan Malaysia, adalah nama yang akrab di layar televisi lokal. Dosen FISIP USK ini konsisten mengamati dinamika politik Aceh sejak 2009, dengan fokus penelitian pada partai politik dan pemilu lokal.

Mantan Ketua Panwaslih yang Kini Memimpin FISIP

Teuku Zulkarnaen membawa pengalaman unik sebagai mantan Ketua Panwaslih Kota Lhokseumawe (2017-2023). Dekan FISIP Unimal yang baru menjabat dua bulan ini meraih gelar doktornya dari Universiti Utara Malaysia.

Pejuang HAM dengan Segudang Prestasi

Suraiya Kamaruzzaman mendobrak stereotip dengan latar belakangnya sebagai dosen Teknik Kimia yang aktif dalam gerakan HAM. Peraih penghargaan Yap Thiam Hien ini memimpin Pusat Riset Perubahan Iklim USK sambil tetap konsisten memperjuangkan hak-hak perempuan. Prestasinya diakui internasional melalui The N Peace Award 2012.

Antropolog Harvard yang Kritis

Reza Idria membawa perspektif Harvard ke meja panelis. Antropolog UIN Ar-Raniry ini dikenal kritis terhadap penerapan syariat Islam di Aceh. Direktur Eksekutif ICAIOS ini pernah menggemparkan akademisi Eropa lewat presentasinya "Make Aceh Great Again" di Universitas Leiden.

Ketujuh panelis ini akan menguji visi dan kapasitas calon pemimpin Aceh dalam debat perdana. Dengan latar belakang yang beragam - dari teknik hingga antropologi, dari aktivisme hingga birokrasi - mereka diharapkan membawa dimensi baru dalam demokrasi Aceh.

"Keragaman latar belakang panelis mencerminkan kompleksitas tantangan yang dihadapi Aceh," ujar Agusni AH Ketua KIP Aceh . "Ini bukan sekadar debat, tapi momentum untuk menguji kesiapan calon pemimpin menghadapi tantangan masa depan."

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda