DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Menjelang Musyawarah Daerah (Musda) ke-XII Partai Golkar Aceh, suara-suara dari internal partai mulai mengerucut. Salah satunya datang dari Iskandar, kader senior Partai Golkar Aceh yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), yang secara tegas menyatakan penolakannya terhadap wacana mengusung calon ketua dari luar kader partai.
Dalam pernyataannya, Iskandar menekankan pentingnya menjaga marwah dan kemandirian Partai Golkar di Aceh. Menurutnya, kepemimpinan partai harus berasal dari kader tulen yang telah melalui proses pengkaderan, loyal terhadap partai, dan memahami dinamika internal organisasi.
"Kami menolak secara tegas siapa pun dari luar yang ingin masuk hanya untuk duduk di kursi Ketua DPD I Golkar Aceh. Ini rumah besar kami, dan tidak bisa dipimpin oleh mereka yang bukan bagian dari proses panjang perjuangan di tubuh Golkar," ujar Iskandar kepada Dialeksis.com, Rabu (17/7/2025).
Ia menilai, jika ketua partai diisi oleh orang luar, maka hal itu akan melemahkan semangat kaderisasi dan mencederai nilai-nilai demokrasi internal partai.
“Banyak kader potensial yang telah membuktikan loyalitas dan kapasitasnya selama ini. Memberikan jabatan strategis kepada orang yang tidak pernah berkeringat bersama partai hanya akan menciptakan konflik internal dan merusak soliditas organisasi,” lanjut Iskandar.
Sebagai partai besar yang sudah mengakar di Aceh, Golkar menurutnya harus memberi ruang seluas-luasnya kepada kader internal untuk berkembang dan memimpin. Iskandar juga mengingatkan agar DPP Golkar menghormati aspirasi kader daerah demi menjaga kohesivitas menjelang Pemilu 2029.
“Kami tidak anti terhadap perubahan, tapi perubahan itu harus lahir dari rahim kader sendiri, bukan melalui penunjukan atau intervensi dari luar,” tegasnya.
Iskandar mengajak seluruh kader Golkar di Aceh untuk bersatu dan mengedepankan musyawarah dalam memilih pemimpin. Ia juga berharap Musda kali ini menjadi momentum untuk memperkuat konsolidasi internal, bukan ajang perebutan kekuasaan oleh pihak luar yang punya kepentingan sesaat.
“Golkar harus kembali pada jati dirinya. Jika ingin kembali menjadi partai besar dan dipercaya rakyat, maka semua keputusan penting harus dikembalikan kepada kader,” tutup Iskandar mantan kader HMI.
Musda Golkar Aceh ke-XII dijadwalkan berlangsung dalam waktu dekat dan menjadi sorotan berbagai pihak, seiring menguatnya dukungan terhadap sejumlah nama kader internal. Namun isu mengenai masuknya figur eksternal untuk menduduki posisi ketua turut memicu dinamika panas di tubuh partai beringin tersebut. [ra]