Kamis, 14 Agustus 2025
Beranda / Politik dan Hukum / Khalid Sarankan Bustami Dirikan Partai Sendiri, Bukan Ambil Alih Golkar

Khalid Sarankan Bustami Dirikan Partai Sendiri, Bukan Ambil Alih Golkar

Kamis, 14 Agustus 2025 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : MRZ
Tangkapan layar dialeksis.com

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Aceh ke-XII yang semula dijadwalkan pada Juni 2025 belum juga digelar hingga pertengahan Agustus ini. Penundaan disebut-sebut karena menunggu kepastian jadwal Ketua Umum DPP Golkar, Bahlil Lahadalia. 

Namun, di balik dinamika itu, penolakan terhadap calon ketua dari luar kader internal terus menguat di tubuh partai berlambang pohon beringin tersebut.

Salah satu suara lantang datang dari Khalid S.Pd.I., M.M., Ketua DPD II Golkar Kabupaten Pidie Jaya sekaligus anggota DPR Aceh dari Dapil Pidie - Pidie Jaya. 

Dalam wawancara podcast Sisi Lain bersama Muhammad Saleh, pimpinan media Modus Aceh, pada Rabu (13/8/2025), Khalid menegaskan bahwa Partai Golkar membutuhkan sosok pemimpin yang lahir dari proses kaderisasi, bukan figur eksternal yang datang tiba-tiba.

“Partai ini membutuhkan pemimpin yang dibutuhkan oleh Partai, bukan pemimpin yang membutuhkan Partai,” tegas Khalid.

Menurutnya, Partai Golkar saat ini memiliki banyak kader potensial, mulai dari anggota DPR RI, DPRA, DPRK, hingga kepala daerah. Karena itu, ia mempertanyakan urgensi mengangkat figur dari luar partai untuk duduk di posisi Ketua DPD I Golkar Aceh.

Nama Bustami Hamzah, bakal calon Gubernur Aceh 2024 yang sebelumnya disebut meraih 46% suara dalam Pilkada, kini santer dikaitkan dengan bursa ketua Golkar Aceh. Menanggapi hal ini, Khalid menyarankan agar Bustami lebih baik mendirikan partai sendiri jika ingin membangun basis politik.

“Kalau hanya karena hasil Pilkada lalu dianggap sebagai legitimasi untuk memimpin Golkar, saya pikir akan lebih menarik jika beliau mendirikan partai sendiri. Itu jauh lebih terhormat,” ujar Khalid.

Lebih jauh, Khalid menekankan bahwa di internal Golkar berlaku sistem kaderisasi yang jelas dan berjenjang. Ia sendiri merupakan contoh kader yang tumbuh dari bawah dan meniti proses panjang hingga dipercaya menjadi anggota legislatif tingkat provinsi.

“Apa yang saya raih hari ini bukan datang secara instan. Saya menjalani proses panjang di partai. Maka, jika ada pihak dari luar yang tiba-tiba ingin mengambil alih pucuk pimpinan, tentu ini menyakitkan bagi kami kader yang sudah lama berjuang,” tegasnya.

Khalid juga mengingatkan bahwa menjadikan Golkar sebagai kendaraan politik dadakan hanya akan merusak tatanan dan semangat kaderisasi yang selama ini dijunjung tinggi oleh partai.[mrz]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI