Senin, 28 Juli 2025
Beranda / Politik dan Hukum / Tolak Figur Luar, Yusuf Ishaq Tegaskan Pentingnya Kader Lokal Pimpin Golkar

Tolak Figur Luar, Yusuf Ishaq Tegaskan Pentingnya Kader Lokal Pimpin Golkar

Minggu, 27 Juli 2025 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

M. Yusuf Ishaq, kader senior dan mantan Plt Ketua DPD I Golkar Aceh. Foto: Ist


DIALEKSIS.COM | Aceh - Menjelang Musyawarah Daerah (Musda) XII Partai Golkar Aceh yang dijadwalkan digelar bulan depan, muncul wacana bahwa seorang figur dari luar kader akan dicalonkan sebagai Ketua DPD I Golkar Aceh. Wacana ini langsung memantik gelombang penolakan dari berbagai kalangan internal partai. Para kader dan elit senior menegaskan bahwa Golkar Aceh tidak kekurangan stok kader mumpuni untuk memimpin, sehingga tidak ada alasan mendatangkan tokoh “impor” dari luar barisan kader.

Bagi para kader, Musda kali ini bukan sekadar pemilihan ketua, tetapi menjadi pertaruhan bagi marwah dan jati diri Partai Golkar di Aceh. Apakah partai ini masih setia pada sistem kaderisasi dan tradisi organisasi, atau akan tunduk pada intervensi luar yang mengabaikan jerih payah kader selama ini?

Salah satu suara yang paling lantang datang dari M. Yusuf Ishaq, kader senior dan mantan Plt Ketua DPD I Golkar Aceh. Dalam wawancara eksklusif bersama Dialeksis, Minggu (27/07/2025), Yusuf menyuarakan kegelisahan banyak kader terhadap wacana figur luar memimpin partai.

“Partai Golkar Aceh tidak kekurangan kader. Kita punya surplus kader berpengalaman ada yang pernah jadi kepala daerah/bupati, anggota DPR, bahkan kepala daerah. Kenapa harus impor dari luar?” tegasnya.

Yusuf juga menyebut sejumlah nama kader potensial seperti Teuku Raja Keumangan (TRK), Ali Basrah Pasaribu, Andi Harianto Sinulingga, hingga Ilham Pangestu sebagai contoh tokoh yang lahir dan besar dari rahim Golkar Aceh.

Menurutnya, kehadiran figur eksternal justru mencerminkan ketidakpercayaan terhadap kemampuan kader sendiri. Padahal, Golkar adalah partai dengan sistem kaderisasi yang kuat dan tertata. 

“Kepemimpinan Golkar harus mengacu pada proses yang diatur dalam AD/ART. Tidak bisa tiba - tiba lompat ke atas tanpa pernah menjalani proses dari bawah,” tegasnya.

Yusuf mengingatkan bahwa dalam AD/ART Partai Golkar, telah ditegaskan bahwa kader yang layak memimpin adalah mereka yang setidaknya telah mengabdi selama lima tahun berturut-turut dan tidak pernah putus dalam aktivitas kepartaian. Selain itu, harus pernah menjabat sebagai pengurus Partai Golkar minimal setingkat Pengurus Tingkat II atau pernah berada dalam struktur organisasi kemasyarakatan (Ormas) yang berafiliasi langsung dengan Golkar.

"Ini bukan soal suka atau tidak suka, tapi soal penghormatan terhadap proses. Kalau kita abaikan proses itu, kita mencederai semangat kaderisasi," ujarnya.

Yusuf menilai bahwa wacana penggunaan diskresi oleh DPP untuk membuka jalan bagi figur luar justru bisa menjadi preseden buruk. “Diskresi memang mungkin diatur dalam organisasi. Tapi untuk apa digunakan jika kita punya kader sendiri yang lebih dari layak?” tanyanya retoris.

Ia menyayangkan adanya upaya lobi ke DPP oleh pihak luar demi mendapatkan karpet merah. Menurutnya, tindakan seperti itu hanya akan memicu keresahan, memperlemah soliditas internal, dan menimbulkan jarak antara elite pusat dengan arus bawah partai di daerah.

“Soliditas lahir dari penghargaan terhadap proses kaderisasi. Kalau proses itu dilewati oleh figur luar, maka kader akan merasa dikhianati,” ujarnya.

Ia menggambarkan Golkar Aceh sebagai pohon beringin yang besar karena akarnya kuat di daerah. “Kalau pucuknya ditempelkan tanaman lain yang akarnya tidak menyatu, pohon itu akan layu,” kata Yusuf dengan kiasan yang menggugah.

Yusuf juga mengingatkan bahwa sepanjang sejarahnya, DPD I Golkar Aceh selalu dipimpin oleh kader internal. Tradisi itu, kata dia, bukan tanpa alasan. Itu dibangun atas dasar konsistensi dalam menjaga jalur kaderisasi.

“Masak sekarang, kader - kader yang telah puluhan tahun berjuang dan membesarkan partai harus dikalahkan oleh orang yang tidak punya jejak apapun di tubuh Golkar Aceh?” tegasnya.

Lebih jauh, Yusuf mengkhawatirkan bahwa jika hal ini dibiarkan, akan mematikan semangat kader - kader muda yang sedang meniti jenjang di partai. Menurutnya, kepemimpinan ideal adalah hasil dari proses pembelajaran organisasi, bukan hasil pendekatan kekuasaan sesaat.

Ia bahkan menilai kemunculan tokoh - tokoh muda seperti TRK yang siap maju menjadi ketua sebagai bukti nyata bahwa regenerasi di Golkar Aceh berjalan sehat dan produktif. “Justru ini yang harus diapresiasi oleh DPP. Mereka adalah produk murni kaderisasi partai,” katanya.

Di tengah tensi menjelang Musda, Yusuf berharap DPP Partai Golkar bersikap bijaksana dan mendengarkan aspirasi kader - kader daerah. Ia menekankan tiga prinsip penting dalam memilih pemimpin yakni kesiapan kader, loyalitas pada garis partai, dan komitmen terhadap pembangunan daerah.

“Musda ini jangan jadi panggung bagi elite - elite yang hanya numpang lewat. Biarkan Musda menjadi ajang kader sejati untuk berkompetisi secara sehat. Ini soal masa depan partai, bukan sekadar rebutan jabatan,” ujar Yusuf.

Sebagai penutup, Yusuf mengajak seluruh kader dan pengurus di semua tingkatan untuk tetap solid mempertahankan marwah partai dan menolak segala bentuk penyelundupan kepentingan eksternal.

“Kalau Golkar ingin besar di Aceh, kuncinya ada pada pundak kader Aceh sendiri. DPP harus percaya itu,” pungkasnya dengan nada optimistis.

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI