DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Menjelang puncak Musyawarah Daerah (Musda) ke - 12 Partai Golkar Aceh, nama Dr. Teuku Raja Keumangan (TRK) terus mencuat sebagai calon unggulan yang didukung banyak pihak.
Media lokal mencatat, TRK saat ini menjabat Bupati Nagan Raya digadang - gadang akan maju dalam kontestasi pemilihan ketua Golkar Aceh.
Persiapan Musda yang direncanakan pada Juni 2025 dipastikan berjalan lancar; Ketua Panitia Ali Basrah menegaskan pelaksanaannya “tidak ada masalah” karena seluruh kewenangan ada di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar.
Kekuatan Teuku Raja Keumangan, makin dominan sebagai kandidat ketua Golkar Aceh. Pemberitaan tentang dukungan terhadap TRK ramai di media.
TRK sendiri mengaku telah menerima dukungan lisan dari DPP Partai Golkar untuk maju sebagai calon ketua. Dia diperintahkan untuk maju dalam Musda kali ini.
Salah seorang mantan anggota RPA menilai, TRK merupakan satu - satunya calon potensial dengan gelar doktor (Dr.) di antara nama-nama lain seperti Ilham Pangestu, Lukman CM, Mukhlis Takabeya, dan Andi HS. Kualifikasi akademisnya melengkapi rekam jejak panjang di legislatif dan organisasi partai.
Menurut Aramiko Aritonang, mantan anggota DPRA, dia menilai TRK punya pengalaman politik dan legeslatif. Selain jabat Bupati Nagan Raya, TRK pernah menjadi Wakil Ketua II DPR Aceh dan kini memimpin Badan Pemenangan Pemilu Golkar Aceh.
“Pengalaman eksekutif dan legislatif ini menjadikannya figur matang yang siap membawa Golkar Aceh menghadapi tantangan politik mendatang,” sebut Aramiko.
TRK mendapat dukungan luas dari struktur DPD II se - Aceh. TRK sebagai salah satu “kader potensial” yang layak memimpin partai. Aramiko tegas menolak calon dari luar partai, mengangkat ketua non-kader akan menjadi kemunduran besar.
Mmpat kandidat muncul dalam bursa ketua Golkar Aceh; Teuku Raja Keumangan (TRK) selaku Bupati Nagan Raya, Ali Basrah (Wakil Ketua DPR Aceh sekaligus ketua panitia Musda), Andi HS (pengurus DPP Golkar pusat), serta Bustami Hamzah (mantan Penjabat Bupati Aceh Barat).
Andi HS belum menyatakan berniat maju secara jelas dan lebih melakukan sosialisasi produk UMKM Aceh, walaupun bacaan publik memahami bagian dari upaya meraih dukungan elit Golkar di kementerian. Di sisi lain, Bustami Hamzah meski mendapat “diskresi” dari Ketum Golkar, masih dipersoalkan, karena dia bukan kader Golkar.
Dinamika internal menegaskan keunggulan figur TRK. Puluhan kader senior menyampaikan sikap menolak pimpinan dari luar partai, seraya menyoroti sosok-sosok internal berkualitas.
Aramiko Aritonang menegaskan, jabatan Ketua DPD I Partai Golkar Aceh tidak pernah diisi oleh orang di luar partai. Akan menjadi kemunduran besar jika hal itu terjadi sekarang,” sebutnya.
Sikap ini memperkuat pandangan bahwa kemenangan calon internal, adalah yang diharapkan banyak pihak. Pengamat politik juga melihat TRK sebagai figur yang tepat memimpin Golkar Aceh ke depan.
Menurut Teuku Kemal Fasya (Dosen FISIP Unimal), TRK adalah “simbol perlawanan dari Barat Selatan Aceh” yang berani mengambil langkah penting dalam karier politiknya.
Fasya menyoroti keberaniannya mundur dari DPR Aceh untuk mencalonkan diri menjadi Bupati Nagan Raya, serta garis keturunan Golkar (ayahnya dan kakeknya kader Golkar) yang membuat reputasinya di atas rata-rata.
Sementara itu, TRK sendiri menegaskan kesiapannya memajukan partai jika diberi kepercayaan. Baginya yang terpenting adalah menghargai, mengakomodir, dan bersama-sama memajukan Golkar Aceh. Ketika dia diberi amanah, dia akan menjalankan roda organisasi untuk kemajuan bersama.
Ia bahkan berencana menyusun blueprint Golkar Aceh lima tahun ke depan bersama jajaran pengurus di semua tingkatan. Dengan dukungan yang semakin menguat dari pengurus DPD II se - Aceh serta restu lisan DPP.
Teuku Raja Keumangan diyakini akan menjadi pemimpin Golkar Aceh periode berikutnya. Dalam kesempatan terbarunya TRK optimistis bahwa dengan dukungan Ketua Umum Bahlil Lahadalia dan pemilik suara Golkar Aceh, “Golkar Aceh akan semakin solid, progresif, dan siap menghadapi tantangan lima tahun ke depan,” sebutnya.